Pengamat Politik ULM Sebut Ada Cara Alternatif Penyampaian Protes UU Ciptaker

0

MARAKNYA aksi protes Omnibus Law Cipta Kerja belakangan waktu terakhir membuat sejumlah akademisi daerah angkat bicara. Pengamat politik dan kebijakan publik FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Taufik Arbain, misalnya, mencoba mencari jalan tengah melihat masifnya demonstrasi baru-baru tadi.

KATA Taufik, negara memang telah memberikan hak yang besar kepada warga negara untuk menyampaikan pendapat, baik itu mahasiswa, organisasi kemasyarakatan. Hanya saja, dalam menyampaikan aspirasi, tentu ada ranah hukum yang harus dipahami.

Sehingga, ada keseimbangan antara negara yang memberikan hak dan rakyat yang memiliki kewajiban untuk menyampaikan pesan-pesan kepentingannya.

“Dalam konteks pembatasan waktu dari jam 08:00 sampai jam 18:00, saya kira itu jangan dipahami sebagai pembatasan. Karena disisi lain aparat juga ingin melindungi warga negara yang berdemonstrasi,” ujarnya.

BACA JUGA: Diklaim Permudah Izin Pengusaha Kecil, Sejumlah Pelaku UMKM Sambut Hangat UU Cipta Kerja

Ditambahkan Taufik, kesempatan berdemonstrasi baik yang dilakukan mahasiswa ataupun kelompok yang lainnya ada dua hal. Pertama, pesan yang disampaikan harus efektif. Kedua, timing aksi harusnya juga tidak terlalu panjang.

“Kawan-kawan media bisa cepat menyampaikan, yang terpenting adalah kawan-kawan mahasiswa, kelompok intelektual sebagai agent of change juga harus memahami konteks dimana media digital bisa menyampaikan pesan kemana-mana,” beber Taufik.

“Yang terpenting adalah kontennya, apa sih yang mau disampaikan? hari ini yang terpenting kita juga harus memahami keseimbangan sistem sosial, sistem politik, sistem kultural di masyarakat kita, sehingga keteraturan kita didalam berbangsa dan bernegara tetap jalan.” ucapnya.

BACA JUGA: Pelaku Usaha Coffe Shop dan Pengolahan Kayu di Banjarmasin Sambut Baik UU Cipta Kerja

Pesan bisa disampaikan dengan cepat sesuai era sekarang ini, lanjutnya, kemudian aparat bisa menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik, dan semua merasa aman.

“Kita tidak boleh terlalu egois menyampaikan pesan dan pendapat tanpa memikirkan hak warga negara yang lain, katakanlah mereka yang mencari rezeki, jalan yang macet dan lain-lain.” paparnya

Menurutnya, kolaborasi warga negara, termasuk mahasiswa serta kelompok lainnya dalam melakukan unjuk rasa itu penting, antara pengunjuk rasa, media dan aparat sehingga semua saling menjaga.

BACA JUGA: Unjuk Rasa Protes UU Cipta Kerja, Buruh di Banjarmasin Juga Tolak Upah Murah

“Yang jelas dalam teori-teori komunikasi politik itu terkait siapa yang menyampaikan pesan, dia menggunakan saluran apa, dan pesannya apa, tiga hal itulah secara konteks teoristik yang harus dilakukan, lebih-lebih di era sekarang, demo itu tidak perlu sampai malam, karena kita menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” tuturnya.

“Hari ini negara-negara d iluar bisa memantau kondisi negara kita, maka kitalah yang saya kira menjaga negara kita dengan cerdas dan elegan lebih-lebih bagi kaum intelektual,” pungkas Taufik. (jejakrekam)

Penulis Iman Satria

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.