Mimbar Bebas Sumpah Pemuda di Banjarmasin: Penuh Duka dan Kecewa Mahasiswa

0

KOORDINATOR Wilayah BEM se-Kalimantan Selatan, Ahdiat Zairullah mengungkapkan kostum hitam saat aksi adalah bentuk kekecewaan dan kedukaan terhadap kebebasan berdemokrasi di Indonesia.

YA, aksi mimbar bebas peringatan hari Sumpah Pemuda ke-92 di bundaran Hotel Arum Banjarmasin pada Rabu (28/10/2020) sore tadi, dipenuhi rasa duka dan kecewa dari mahasiswa.

Pasalnya, selain kecewa atas disahkannya omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja, mahasiswa juga mengaku berduka saat dua pentolan mereka terjerat perkara hukum gegara aksi demonstrasi hingga malam hari. Bahkan harus ditetapkan sebagai tersangka.

Kedua mahasiswa yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Kalsel yakni Ahdiat Zairullah dan Ahmad Renaldi. Meski demikian, Ahdiat menegaskan status yang ditetapkan polisi tak membuatnya gentar untuk menyuarakan kebenaran.

BACA : Gelar Mimbar Bebas Di Bundaran Hotel A, Massa Bawa Poster Bertuliskan Save Ahdiat Dan Renaldi

“Status tersangka tak akan menghentikan saya untuk menyuarakan kebenaran,” tegas Ahdiat, saat berorasi di tengah puluhan massa.

Menurut aktivis mahasiswa asal Universitas Lambung Mangkurat (ULM) tersebut, aksi mimbar bebas kali ini menandakan bahwa pemerintah tidak bisa lagi menampung aspirasi masyarakat. Di samping, ia tegaskan, tak lagi menyiarkan aspirasi terhadap DPRD Kalsel.

“Tidak ada lagi gunanya mengadu kepada DPRD, hari ini kita hanya mengadu dari rakyat kepada rakyat. Kita saling mendengarkan,” ujarnya.

Selain itu, massa tetap mendesak Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) sebagai upaya menjegal aturan sapu jagat tersebut.

BACA JUGA : Pakai Kostum Serba Hitam, BEM Se-Kalimantan Gelar Mimbar Bebas Peringatan Sumpah Pemuda

Di akhir aksi, hal menarik kembali terjadi. Puluhan massa menutup refleksi peringatan sumpah pemuda dengan pembacaan ‘Sumpah Duka’.

“Kami putra dan putri Indonesia mengaku, berduka yang satu, duka terhadap negara Indonesia”.

“Kami putra dan putri Indonesia mengaku, kecewa yang satu, kecewa terhadap pemerintah Indonesia”.

“Kami putra dan putri Indonesia mengaku, membenci yang satu, membenci kaum elit oligarki,” tutup bunyi orasi dari puluhan mahasiswa.(jejakrekam)

Penulis M Syaiful Riki
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.