Pembangunan Miniatur Kincir Angin Dikritik, Wabup Rahmadi Sebut Akan Dirikan Monumen Batola

0

KOTA Marabahan memiliki bangunan baru, miniatur kincir angin yang terletak di ujung Jembatan Rumpiang, Kecamatan Cirebon. Miniatur kincir angin ini, diharapkan dapat menarik masyarakat untuk mengunjungi Kota Bahalap.

NAMUN pembangunan miniatur kincir angin, dikritik antropolog Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat Nasrullah. Alih-alih membangun monumen berciri khaskan Kota Marabahan, Pemkab Batola justru memilih membangun kincir angin, bangunan khas negeri Belanda.

Ia pun bercerita di lokasi Jembatan Rumpiang dulu di masa Perang Banjar, justru Belanda menggunakan empat kapal perang untuk menggempur pasukan pendukung Pangeran Antasari. Yakni, Banka, Admiraal van Kinsbergen, Onrust dan Kapiten van Os yang membordir dengan tembakan meriam Benteng Sasar, tempat Panglima Wangkang dan pasukannya bertahan.

BACA : Monumen Kincir Angin di Kawasan Jembatan Rumpiang Dinilai Jauh dari Identitas Batola

Tak cukup itu. Nasrullah juga membeber hujanan peluru meriam itu juga dibantu ratusan serdadu Belanda dan pasukan pribumi menyerbu pasukan Panglima Wangkang dalam pertempuran jarak dekat.

“Itu terjadi pada 27 Desember 1870, hingga akhirnya Panglima Wangkang tewas dalam pertempuran, ketika sebuah peluru mengenai kepalanya,” tulis Nasrullah, mengutip tulisan sejarawan Helius Syamsuddin.

Lokasi empat kapal perang yang menghujani pasukan Panglima Wangkang itu diperkirakan tidak jauh dari tuguh atau monumen kincir angin. Inilah yang menjadi alasan Nasrullah mempertanyakan mengapa justru di lokasi itu dibangun monumen kincir angin.

“Dengan kondisi ini, lambat laun kita bisa kehilangan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap daerah,” ucap Nasrullah.

Merespon hal itu, Wakil Bupati Batola Rahmadian Noor menyayangkan kritikan Nasrullah dilayangkan melalui media massa. Ia meminta seharusnya terlebih dahulu berdiskusi hal tersebut dengan pemerintah daerah (pemda).

BACA JUGA : Nama Pasar Rakyat Marabahan Timur Abaikan Kearifan Lokal

“Kalau protes langsung (ke pemda) tidak ada, kalau misalnya bertanya terlebih dahulu, ini langsung ke media,” ujar Rahmadi saat dihubungi jejakrekam.com, Jum’at (9/10/2020).

Dia menyebut pembangunan kincir angin bagian kecil dari rencana pembangunan Ruang terbuka Hijau (RTH) di kawasan jempatan rumpiang.

Dalam waktu dekat, kata Rahmadi, Pemkab Batola akan mendirikan sejumlah bangunan yang akan mempercantik RTH Rumpiang. Konsepnya RTH Rumpiang akan dibangun beragam monumen khas dunia, seperti miniatur Menara Eifel, Jam Bigban, hingga Piramida.

“Insya Allah banyak bangunan-bangunan tempat selfi yang akan menjadi bagian dari taman (rumpiang),” ucap Ketua DPD Partai Golkar Batola ini.

BACA JUGA : Pasar Wangkang Marabahan Direvitalisasi

Rahmadi menyanggah memprioritaskan bangunan khas luar negeri, ketimbang bangunan yang bercorak kedaerahan. Menurut dia, pemda berencana akan membangun monumen Batola yang lebih besar ketimbang miniatur bangun terkenal dunia.

Rencananya monumen Batola tepat di simpang tiga Jembatan Rumpiang, namun saat ini Pemkab Batola masih menunggu pihak Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XI Banjarmasin untuk melakukan pelebaran jalan.

“Di taman makam pahlawan pun ada juga bangunan monumen berbentuk senjata khas Batola pusaka Raja Tumpang. Rencananya mau direnovasi,” tandas Rahmadi.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.