Cerita Bocah di Banjarmasin Jualan Es Mambo, Demi Beli Gawai untuk Belajar Daring

0

PANDEMI Virus Corona (Covid-19) memaksa anak-anak harus melek teknologi. Maklum, di masa sekarang ini, proses belajar dialihkan ke dalam jaringan (daring).

DI samping itu, fasilitas penunjang belajar daring pun harus mumpuni. Hal ini menjadi persoalan anak-anak hingga wali murid di masa pandemi kini.

Sebab, tak semua anak memiliki fasilitas penunjang belajar daring. Muhammad Noor, salah satu siswa di Kota Banjarmasin, misalnya.

Bocah berusia 9 tahun ini berjuang mengumpulkan rupiah dengan berjualan es mambo. Panas hujan pun dilewati. Pekerjaan itu dilakukannya agar dapat membeli gawai demi memudahkan proses belajar.

M Noor anak kedua dari tiga bersaudara. Ia tinggal serumah dengan ibu dan ayahnya. Saat sore menjelang malam tiba, sang ibu yang biasa menyiapkan jualan bocah periang tersebut.

BACA JUGA: Tanpa Dibantu Pemerintah, Warga Teluk Mendung Mantuil Perbaiki Titian Pakai Uang Pribadi

Bersama sepeda bututnya, setiap hari M Noor mengelilingi kawasan Teluk Dalam, Pasar Lima dan Lapangan Kamboja. Yang mana, dalam sehari ia mampu menjual hingga 200 biji es mambo.

Dengan harga yang relatif murah dan terjangkau yakni hanya Rp1.000 perbiji, rasa esnya bervariatif. Mulai dari rasa kacang hijau, mangga, dan buah-buahan lainnya. Selain manis, esnya juga renyah di mulut.

Selama proses belajar daring, M Noor selalu memakai ponsel sang Ibu. Namun, menurutnya, selain gawai ibunya itu tak memiliki kapasitas yang mumpuni, ponsel tersebut juga sering direbut adik.

“Punya ibu cukup sulit untuk belajar daring. Karena ram nya minim,” ucapnya saat berbincang dengan jejakrekam.com, di bibir jalan di Banjarmasin, Senin (5/10/2020).

Bocah yang sudah berjualan sejak bulan April lalu itu pun dengan celoteh dan lancarnya mengatakan ini punya ponsel canggih dengan spesifikasi yang mumpuni.

“Yang ram-nya 8 giga dan kameranya dua,” ucapnya, kemudin terkekeh.

BACA JUGA: Menggembirakan, Alokasi Dana Kuota Internet Gratis Disetujui Di APBD-P Kalsel 2020

Saat ini, M Noor masih duduk di bangku kelas 4 di SDN Antasan Besar 1. Menurutnya, sang Ibnu yang bernama Sari cukup kesulitan untuk membelikan gawai keinginannya. Sebab, masih banyak keperluan rumah yang harus dipenuhi.

Di satu sisi, sang ayah yang berprofesi sebagai ojek online, saat ini pendapatannya sedang meredup. Sementara ibunya, juga menjaga kios kecil yang menjual berbagai barang dagangan.

Melihat kedua orang tuanya yang cukup kesulitan, muncul keinginan M Noor untuk berjualan.

Mulanya, M Noor berjualan es mambo hanya berjalan kaki, membawa termos es ke beberapa kawasan, yang jauh dari kediaman. Namun lambat laun, ternyata M Noor memilih berjualan ke tempat yang lebih jauh.

“Kalau berjualan di sekitar sini, katanya tidak laku,” ungkapnya.

BACA JUGA : Histeria Covid-19 Merebak, Suka Duka Penerapan e-Learning di Kampus Ternama

Benar saja. Menurutnya, saat berjualan di tempat yang cukup jauh dari kediamannya, es mambo yang dibawa M Noor lekas laku.

Saking lakunya, selain bisa menyisihkan uang hasil jualan untuk membeli gawai, M Noor juga dapat menyisihkan penghasilannya untuk membeli sebuah sepeda bekas.

“Baru dua pekan dipakai, remnya belakangnya putus,” tutur M Noor.

Lebih jauh, M Noor sendiri punya batasan-batasan ketika berjualan. Ia hanya diizinkan sang ibu berjualan dari siang hingga sore. Ketika berjualan sore hari, waktunya berjualan hanya beberapa jam saja.

“Kalau pun diizinkan berjualan malam hari, hanya Sabtu malam dan Minggu malam saja,” tuntasnya.

Semangat juang M Noor layak diacungi jempol. Ketika berjualan, ia memiliki prinsip. Pantang pulang apabila es mambo yang dibawanya belum habis dibeli.

Hal itu bukan tanpa alasan. Sebab ia sempat tak pulang hingga hari sudah beranjak malam. Padahal, saat itu, kata dia, kedua orang tuanya sedang sibuk mencari dirinya.

“Saat itu saya sedang di Lapangan Kamboja. Tapi ketemu orang tua, yang katanya sedang mencari saya,” tuturnya dengan polos.

Ditanya mengapa malam hari belum pulang, dengan polosnya, M Noor mengatakan bahwa es mambo yang dibawanya belum habis. (jejakrekam)

Penulis M Syaiful Riki
Editor Donny

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.