Sejarawan ULM Yusliani Noor Tutup Usia, Banua Kehilangan Kamus Sejarah Berjalan

0

SEJARAWAN Universitas Lambung Mangkurat Yusliani Noor berpulang ke Rahmatullah pada Sabtu (3/10/2020) dini hari. Mendiang banyak menelurkan karya tentang sejarah perjalanan Kalimatan Selatan, terutama Kesultanan Banjar dan penyebaran Islam di Banua.

KEPERGIAN Bang Yus – panggilan akrab almarhum – menyisakan duka yang mendalam. Tokoh cendikia Kesultanan Banjar Taufik Arbain mengungkapkan kehilangan sosok Yusliani Noor yang dinilainya seperti kamus berjalan sejarah Banua saat bercerita tentang perjalanan panjang sejarah di Bumi Antasari berserta kirah yang mengiringinya.

Almarhum, menurut Taufik, merupakan sejarawan yang unik, tidak hanya menelurkan karya tulisnya melalui buku, jurnal dan makalah, tetapi juga menarasikan sejarah dengan syair.

Sirapanji Kesuma menyambut Sunan.

Di Bandar dagang Muara Bahan.

Sunan berdagang.

Dakwah berjuang tegakkan Islam di Kalimantan Selatan.

Demikian petikan syair karya Yusliani Noor, yang digendangkan Taufik, bercerita tentang perjalanan Sunan Giri ketika berdagang sembari berdakwah ke bandar niaga pada waktu itu di Muara Bahan. Syair Bang Yus bercorak Melayu Banjar dan lekat dengan nilai-nilai keislaman.

BACA : Elegi Tanah Banjar; Bak Ayam Mati di Lumbung Padi

“Itu salah satu karya beliau, bahwa narasi teks sejarah selama ini kita baca, beliau menceritakan sejarah dengan bentuk syair, masyarakat pun senang dan memahami inti sejarah yang beliau tulis,” ujar Taufik kepada jejakrekam.com, Sabtu (3/9/2020).

Bagi dosen FISIP ULM ini, mediang Bang Yus sepanjang hidupnya konsisten membumikan sejarah Banua, terlebih khusus Kesultanan Banjar, dan perjalanan Islam.

Kontribusi nan panjang Bang Yus, Taufik mengatakan Kesultanan Banjar memberikan apresiasi tinggi dengan memberikan gelar Cendikia Utama Kesultanan Banjar. Bahkan, dengan karyanya, julukan kamus berjalan sejarah Banjar pun disematkan kepada almarhum. Selama ini, almarhum merupakan staf pengajar di Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP ULM Banjarmasin.

Terpisah, dosen antropologi ULM Nasrullah turut merasakan kehilangan Bang Yus. Meskipun tergolong senior, Nasrullah menilai mendiang memposisikan diri egaliter dengan figur yang lebih junior.

BACA JUGA : Sejarawan ULM : Pasar Ujung Murung dan Sudimampir Harus Segera Direvitalisasi

“Saya termasuk lama mengenal beliau, sewaktu masih kuliah, dan walaupun saya tidak pernah menjadi mahasiswa almarhum, saya banyak belajar dengan beliau,” ungkap Nasrulla.

Mendiang termasuk figur yang sederhana, dan serius dalam mendalami sejarah Kalimantan Selatan. Tak jarang ketika bertemu Bang Yus mengajak diskusi santai tentang beragam hal, terutama berkaitan dengan sejarah.

“Beliau termasuk sejarawan yang konsen dengan Bakumpai, beliau beberapa kali diundang untuk mempresentasikan karya beliau tentang sejarah Bakumpai,” ucap Nasrullah.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.