Arena Pilkada dan Permainan Para Cukong

0

Oleh: Muhammad Uhaib As’ad

STUDI mengenai relasi bisnis dan politik di negeri ini selalu menjadi perhatian dan kajian menarik di kalangan ilmuwan sosial seiring perkembangan dinamika ekonomi dan politik.

SEJUMLAH karya akademik atau penelitian  telah memperlihatkan bahwa pada setiap fase kekuasaan, keterlibatan kelompok bisnis tidak terpisahkan dan berusaha mereposisi diri masuk ke dalam jaringan kekuasaan.

Hal ini seperti ditulis oleh Yahya Muhaimin (1990), dalam buku Politik dan Bisnis. Secara umum buku Yahya Muhaimin ini memberikan konfirmasi bahwa keterlibatan kelompok bisnis dalam kekuasaan sudah terjadi di era pemerintahan Orde Lama.

BACA : Demokrasi dan Oligarki Lokal: Refleksi Kritis Menyongsong Pilkada di Kalsel

Namun demikian, kekuatan kelompok pengusaha pribumi masih memiliki posis penyeimbang atau setidaknya masih mendominasi beberapa sektor-sektor bisnis lainnya.

Artinya, persaingan kelompok bisnis pribumi dan kelompok bisnis Cina walau sama-sama dalam proteksi dan regulasi negara, kelompok bisnis pribumi masih bisa benafas tidak terkecil dalam kekuasaan atau oligarki bisnis Cina.

Hal yang membedakan ketika Orde Baru berkuasa, secara pelan-pelan kekuatan kelompok bisnis pribumi mengalami marjinalisasi dan penguasa Orde Baru lebih memilih bermain mata dengan penguasa Cina dan menempatkannya sebagai klien bisnis (client-business) istimewa dan mengendalikan oligarki bisnis secara total.

BACA JUGA : Pilkada di Tengah Pusaran Oligarki Lokal

Selain karena kedekatan kelompok bisnis Cina ini dalam perlindungan atau regulasi penguasa Orde Baru, kelompok bisnis ini juga dibawa perlindungan tentara  dan dikalangan tentara pun ikut berbisnis dan menguasa pos-pos sumber daya ekonomi dan bahkan politik selama Orde Baru berkuasa.

Tulisan ini mendeskirpsikan bahwa keterlibatan kelompok bisnis dalam kekuasaan dari era kekuasaan Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Demokrasi ini tidak dapat dihindari.

Persekongkolan para cukong dalam  kekuasaan politik semakin terstrukur di era demokratisasi saat ini. Di  era pasar demokrasi berbiaya tinggi telah membuka kesempatan (window opportunity) pagi para pemilik untuk berinvestasi dalam kontestasi demokrasi. Investasi politik ini sangat mudah dipahami bahwa perilaku itu  salah satu bentuk peternakan kekuasaan.

BAXCA JUGA : Di Balik Pilkada: Aktor Politik dan Perebutan Hegemoni Sumber Daya Lokal

Pertenakan kekuasaan yang sudah menjadi pengetahuan umum pada setiap Pilkada sebagai bentuk arena perjudian politik (political gambling) dan sekaligus penelanjang martabat atau marwah demokrasi.

Penyataan Prof Mahfud MD mengenai keterlibatan cukong dibalik Pilkada  sebagai sinyal lonceng kematian demokrasi. Demokrasi telah dibunuh oleh para oligarki, para mafia Pilkada dimana pesta demokrasi yang katanya sebagai pesta rakyat tidak lebih sekedar arena tepuk tangan dan hiruk-pikurk yang meaningless.

Pilkada tidak lebih arena adu gengsi para cukung yang membandari Pilkada. Pilkada bukan saja pertarungan diantara para lkandidat, akan tetapi yang bertarungan adalah para cukong dan bisa saja para cukong itu bermain dua kaki untuk kandidat.

BACA JUGA : Pilkada: Bos Lokal dan Arena Beternak Politik

Permainan politik dua kaki para cukong ini karena para cukong tidak pernah berpikir atau memandang Pilkda sebagai arena demokrasi untuk melahirkan calon kepala daerah yang kapabel untuk memimpin daerah dan mensejahterakan rakyat. Alih-alih berpikir seperti ini, kalau perlu bagaimana cukong-cokong itu memanipulasi pesta demokrasi dengan berbagai modus untuk memenangkan kandidat yang dibandari itu sebagai penguasa daerah.

Penguasa daerah itu akan menjadi kacung, kebijakan dan regulasi yang dibuat penguasa daerah itu tentu saja akan menguntungkan kepenitingan bisnis dan politik para cukong.

Lebih jauh,  para kepala daerah yang tersandera akan terus menerus para cukong termasuk menempakan oramg-orang atau loyalis cukong-cukong dalam struktur pemerintahan. Struktur pemerintahan atau birokrasi secara otomatis bercorak paternalistik dan feodalistik.(jejakrekam)

Penulis adalah Ketua Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Politik Banjarmasin

Dosen FISIP Uniska MAB Banjarmasin

(Isi dari artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis bukan tanggung jawab media)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2020/09/26/arena-pilkada-dan-permainan-para-cukong/

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.