Konsep Power to Powerless Demi Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kalsel

0

Oleh : Dr Lyta Permatasari, M.Si

WALAU pandemi seakan memperlambat detik demi detik yang berlalu, namun pandemi tidak mematikan putaran jarum jam. Semangat harus tetap kita perjuangkan, baik untuk pengembangandiri maupun untuk pemberdayaan masyarakat.

SAMPAI di titik ni, kolaborasi tingkat komunitas menjadi sangat penting sehingga kita dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat, peluang dan tantangan yang ada serta mencari solusi dari setiap permasalahan melalui jalinan strategic partnership yang mengedepankan asas kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau golongan.

Karena komunitas berada di wilayah stakeholder maka Forum Komunikasi Go Green hadir sebagai jawaban dan jembatan komunikasi antar stakeholder dengan menggenggam semangat kemitraan dalam pembangunan (partnership in development) sesuai dengan sendi ke-17 dari SDGs yakni Partnership For The Goals.

Karena pertemuan secara tatap muka sangat tidak disarankan di masa pandemi, maka Forum Go Green berupaya untuk memfasilitasi pertemuan stakeholder secara daring untuk tetap memetik manfaat dari silaturrahmi tetapi dengan cara yang aman dan sesuai dengan protokol kesehatan.

BACA : Hitam Putih Dampak Pandemi Covid-19 Bagi Indonesia Dari Sisi Ekonomi, Sosial Dan Lingkungan

Virtual Meeting Forum Komunikasi Go Green Ke-3 ini cukup menarik karena menghadirkan Direktur Utama Bank kalsel yang baru saja menyelesaikan Program Doktoralnya yakni Bapak Dr. Drs. Agus Syabarrudin, MSi dengan Tema Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Slum Area/ kawasan kumuh Kota Banjarmasin.

Saya akan mencoba menyampaikan pesan-pesan penting dari Penelitian Dr. Agus di Slum Area dengan Konsep Power to Powerless.

Sebagai gambaran awal, Kota Banjarmasin memiliki kawasan kumuh sekitar 166 Ha atau 2% dari Luas Kota. Dengan jumlah penduduk miskin tertinggi di Kalimantan Selatan sebanyak 28.935 jiwa atau 14,66% (Data BPS,2019), kondisi ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan pembiayaan kredit yang didominasi kredit perbankan yaitu sebesar 23,7 Triliun Rupiah atau 34,96% dari total seluruh penyaluran kredit perbankan di Provinsi KalimantanSelatan.

Di satu sisi, kemiskinannya tertinggi namun disisi lain penyaluran kreditnya juga tertinggi. Tentu ada hal yang dipertanyakan disini, apakah ada sasaran kredit yang keliru sehingga kesejahteraan masyarakat urung meningkat atau masyarakat belum memiliki strategi untuk memanfaatkan modal secara tepat dalam menjalankan usahanya? Ataukah ada yang perlu dijelaskan dalam bentuk skema keuangan pada masyarakat agar modal yang telah mereka dapatkan dapat digunakan secara tepat sasaran.

Logika yang dapat dijelaskan disini adalah adanya kenyataan bahwa ada gap antara ketersediaan dana dengan penggunaan dana sebagai modal usaha. Hal inilah yang perlu dicari solusinya agar kesejahteraan masyarakat yang kita harapkan dapat terwujud dengan peran serta perbankan dalam membantu gerak laju perekonomian daerah sesuai dengan fungsi teknis perbankan dalam membantu bisnis skala kecil baik UMKM maupun Koperasi agar dapat kredible, visible dan bankable.

BACA JUGA : Tak Perlu Hunus Mandau, Perlawanan Masyarakat Dayak Bisa Melalui Buku

Masyarakat miskin perkotaan memiliki tipologi yang sangat unik dengan berbagai problematika sosialnya. Faktor ketidakberdayaan membuat masyarakat miskin sulit bergerak dan mendapatkan akses perbankan.

Pengalaman empiris dan pengalaman historis dari format sosial ekonomi dan dikotomi telah melahirkan berbagai pandangan mengenai pemberdayaan yakni Power to Nobody (Pemberdayaan adalah Penghancuran Kekuasaan), Power to Everbody (Pembagian kekuasaan kepada setiap orang) dan Power to Powerless (Penguatan kepada yang lemah tanpa menghancurkan yang kuat).

Pandangan paling realistis dan moderat adalah Pandangan ke-3 yakni Power to Powerless. Untuk Kota Banjarmasin sendiri, pusat kawasan kumuhnya teridentifikasi berada di pusat kota dan bantaran sungai. Filosofi Power to Powerless bila diterapkan dengan action plan yang tepat, akan menghasilkan strategi pemberdayaan masyarakat yang sesuai untuk Slum Area.

Dalam periode waktu yang tidak lama, hal ini bisa terwujud jika masyarakat juga termotivasi untuk ikut belajar menjalankan bisnis yang tepat, dengan modal yang cukup dan sasaran/pasar yang telah siap untuk menampung hasil produksinya.

BACA JUGA : Hari Pelanggan Nasional, Bank Kalsel Terus Berkomitmen Selalu Setia dan Melaju Bersama

Action Plan ini oleh Dr. Agus dibagi kedalam dua bentuk skema pembiayaan yakni RLAFM1 dan RLAFM2. Dengan mengacu pada Tujuan Pertama Pembangunan Berkelanjutan yakni Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk di manapun (No Poverty), maka Dr. Agus merancang Skema RLAFM1 dan RLAFM2. RLAFM1 adalah singkatan dari Rahmatan Lil Alamin Financing Model 1 yakni sebuah skema pembiayaan yang dilakukan oleh institusi keuangan baik Bank maupun Non Bank untuk membantu masyarakat dalam memperoleh modal usaha disertai dengan financial planning yang tepat.

Sebagai high regulated funding dan menyangkut prudential banking, maka sebelum menyalurkan modal pada dunia usaha, bank terlebih dulu harus memiliki data lengkap dari nasabah disertai jaminan dan mitigasi resiko apabila sewaktu-waktu kredit tersebut mengalami kemacetan.

Hal ini membuat masyarakat terbagi dalam dua kelompok yakni tidak mau akses dan tidak tahu akses. Agar dapat memahami dengan benar tentang model pembiayaan yang ditawarkan maka kelompok usaha diberikan personal approach dalam bentuk sosialisasi agar tidak keliru dalam memandang bank

sebagai mitra usahanya. Agar tidak terdapat kesan bahwa berurusan dengan bank itu ribet atau menyulitkan. Sosialisasi ini penting bukan saja untuk membuka peluang usaha yang lebih luas namun juga untuk membangkitkan ekonomi masyarakat kalsel yang telah jatuh/ terpuruk di era Covid19 dengan cara memulihkan kegiatan ekonominya.

Model RLAFM1 adalah desain kemitraan antara institusi keuangan dengan pemerintah daerah atau stakeholder lain yang kompeten dan berbadan hukum seperti Koperasi dan BUMDES. Model pembiayaan ini, menyalurkan kredit usaha bagi penduduk slum area dimulai dari Proses Canvassing yakni kunjungan langsung ke target prospek untuk mengenalkan produk perbankan yang sesuai dan menjaring bisnis potensial yang dimiliki oleh penduduk setempat yang masih perlu suntikan modal untuk lebih berkembang.

Proses Canvassing dilanjutkan dengan Projection Meeting  yakni menyampaikan tujuan berusaha dalam upaya merubah keadaan dan memotivasi calon nasabah untuk memiliki semangat bangkit dari kemiskinan dengan strategi dan pemahaman yang benar tentang perbankan, tata cara mengelola keuangan yang baik, rencana finansial untuk kehidupan keluarga dan masa depan anak-anak termasuk sekolahnya, terpenuhinya tempat tinggal yang layak dan usaha rumahan yang sukses baik melalui pola perdagangan biasa maupun dengan pola perdagangan e-marketing bila di dalam komunitas tersebut terdapat kelompok anak muda yang sudah terbiasa menggunakan gadget baik untuk sosialisasi diri ataupun selling product.

Langkah selanjutnya yakni memberikan pelatihan dasar tentang produk dan model keuangan serta membangun karakter unggul sebagai entrepreneur.

Setelah semua tahapan itu terlewati, baru dana akan disalurkan pada yang bersangkutan dan dibentuk komunitas yang saling mendukung kelancaran usaha masing-masing dengan kunci kesuksesan pribadi adalah kesuksesan bersama dan sebaliknya.

BACA JUGA : Disaksikan Mentan RI, Bank Kalsel Terus Berkontribusi Dalam Pengembangan Ekonomi Daerah

Pengelolaan nasabah menjadi sangat penting karena kunci dari sukses pembiayaan ini adalah kemitraan, pembinaan, monitoring, pendampingan terhadap usaha yang diljalankan dan juga audit terhadap usaha yang telah berjalan dalam jangka waktu tertentu.

Berbeda dengan RLAFM1, RLAFM2 lebih bertumpu pada pemanfaatan dana sosial untuk membantu masyarakat yang kurang berdaya dengan charity, infaq atau sadaqah. Bank Kalsel memulai RLAFM2 ini dengan cara mendirikan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) dimana 2,5% dari penghasilan

karyawannya dikelola oleh UPZ ini dan dananya disalurkan untuk membantu memberdayakan ekonomi pesantren. Kedepan Model RLAFM2 ini diharapkan lebih berkembang dengan sinergi dan kolaborasi dari dana sosial berbagai perusahaan besar di Kalimantan Selatan yang concern terhadap community development utamanya di kawasan slum area yang membutuhkan uluran tangan donor untuk membuat kehidupan masyarakatnya menjadi lebih berdaya.

BACA JUGA : Masyarakat Miskin dan Rentan Miskin Akibat Pandemi Covid-19 di Kalsel Capai 314.559 KK

Kelanjutan dari semua ini adalah menuju pada terbentuknya ekosistem keuangan daerah yang kredibel dan bertujuan untuk melindungi sektor sektor pembangunan yang penting bagi hajat hidup orang banyak seperti sektor pertanian dan ketahanan pangan. Lebih luasnya lagi adalah perlindungan terhadap 3 (tiga) sektor penting yakni FEW (Food, Water dan Energy).

Pada tanggal 9 September 2020 mendatang akan dilaunching Program Ekosistem Keuangan daerah di Marabahan Barito Kuala dan program Ketahanan pangan menjadi prioritas utama dimana Kalsel harus kuat di sektor itu. Konsepnya bisa terimplementasi dengan cara memberi kemudahan pada petani untuk tetap berproduksi dan tidak kesulitan dalam proses tanam hingga jual. Last but not least, Power To Powerless dalam Konsep

Penelitian ini merekam secara faktual permasalahan kemiskinan di Slum Area secara utuh dan mencoba mengurainya secara detail dari pemikiran seorang Bankers yang sangat memahami Peta Strategic Financial.

 Penelitian ini membuka tabir SDGs-1 : No Poverty, SDGs-8 Decent Work dan Economic Growth dan menguncinya dengan SDGs-17 Partnership For the Goals. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa Hulu dan Hilir Kemiskinan bukan harga mati, namun harga hidup yang masih bisa berkembang dan bertumbuh dengan baik bila kemitraan dijalankan dengan sepenuh hati dan sepenuh strategi dalam harmonisasi dan toleransi yang saling berimbang dan mendukung.

Saya menyebutnya sebagai sebuah upaya sinergi dari hati untuk memperbaiki kehidupan sesama dengan hati-hati dan berpola menenangkan hati. Sukses selalu untuk Bank Kalsel, Bank Kebanggaan Banua.(jejakrekam)

Penulis adalah ASN di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banjar

Alumni S3 Ilmu Lingkungan Universitas Brawijaya

Staf Pengajar S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

HOST acara GO GREEN Creative RRI Banjarmasin

[email protected]

(Isi dari artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis bukan tanggung jawab media)

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.