Risiko Kematian Dipicu Infeksi Covid-19 bagi Lansia Tinggi, Ini Penyebabnya!

0

JUMLAH penderita dan kasus kematian akibat infeksi virus Corona (Covid-19) seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Bahkan, trend kasusnya kian meningkat.

SEJAUH ini, virus Corona terlihat lebih sering menyebabkan infeksi berat dan memicu kematian bagi orang lanjut usia (lansia) dibandingkan orang dewasa atau anak-anak. Mengapa demikian?

Dokter ahli penyakit dalam dr Meldy Muzada Elfa, Sp.PD membedahnya dalam Webinar untuk Masyarakat Umum dan Awam tentang Covid-19 gelaran Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalsel, Minggu (30/8/2020).

Wakil Direktur RS Islam Banjarmasin ini memaparkan kasus kematian akibat infeksi Covid-19 berdasar usia dari data WHO, terbagi dalam rentang usia 45-64 tahun sebanyak 22.4 persen. Kemudian, 64-74 tahun berkisah 24,9 persen. Sedangkan, usia di atas 75 tahun sebanyak 48,7 persen.

BACA : Angka Kematian Tinggi Akibat Covid-19 di Kalsel Didominasi Kelompok Rentan dan Kluster Gowa

Staf Klinis Ilmu Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin ini menyebut mengapa lansia rentan terhadap Covid-19, karena disebabkan terjadi penurunan Cell Mediated Immuinity (CMI) atau Imunitas yang diperantai sel.

“Kemudian, kemampuan imunitas kelompok lanjut usia menurun sesuai peningkatan usia termasuk kecepatan respons imun melawan infeksi penyakit serta produksi imunoglobulin menurun,” kata dokter muda yang juga Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Kalsel ini.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (ULM) menguraikan gejala sakit pada lansia tidak khas di mana tanda infeksi tidak ditunjukkan secara otomatis.

“Kemudian, lebih dari 20 persen manusia berusia di atas 65 tahun mempunyai infeksi bakteri yang serius. Namun, tidak mengalami deman serta sistem saraf pusat kurang sensitif terhadap tanda-tanda imun dan tidak bereaksi cepat terhadap infeksi,” tuturnya.

BACA JUGA : Masyarakat Miskin dan Rentan Miskin Akibat Pandemi Covid-19 di Kalsel Capai 314.559 KK

Masih menurut Meldy, tidak sedikit lansia yang memiliki penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, asma, atau kanker. Hal ini bisa meningkatkan risiko atau bahaya infeksi virus Corona.

“Komplikasi yang timbul akibat Covid19 juga akan lebih parah bila penderitanya sudah memiliki penyakit-penyakit tersebut,” jelas dokter peraih gelar spesialis penyakit dalam dari UGM Yogyakarta ini.

Meldy membandingkan pandemi Covid-19 memang bukan hal baru. Sebab, di era kolonial Belanda, ada flu Spanyol bahkan lebih dasyat lagi,.

“Makanya, yang diutamakan perilaku hidup sehat. Mencuci tangan secara teratur dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60 persen menggunakan masker saat sedang sakit, menghindari kontak dengan orang yang sakit,” katanya.

Diakui Meldy, saat ini vaksion Covid-19 belum ada, termasuk obat mujarabnya secara medis. Yang ada saat ini, kata dia, hanya uji coba vaksin yang dilakukan pada manusia. “Bahkan, hingga sekarang belum dirilis, karena masih dalam proses pengujian,” ucapnya.

BACA JUGA : Sudah Selesai Direvisi, Penerapan Perwali Banjarmasin 60/2020 Soal Protokol Covid-19 Ditunda Lagi

Meldy pun berpesan agar pencegahan bagi lansia agar tak terpapar Covid-19 lebih diperketat, termasuk perawatan di rumah patut diperhatikan secara ekstra.

“Bagi orang lanjut usia yang mengalami demam dengan batuk, pilek, atau sesak napas perlu segera diperiksa ke dokter, terutama bila yang bersangkutan sudah memiliki riwayat penyakit kronis,” imbuh Meldy.

Selain Meldy, dr Ira Nurrasyidah Sp.P mengurai masalah gejala paru pada Covid-19 yang harus diwaspadai dan dr Intan Yustikasari Sp.JP, FIHA membahas masalah penyakit jantung dan Covid-19. Diskusi virtual ini pun dipandu para dokter kawakan di bidangnya.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.