Walau Kaya Batubara, Khazanah Plasma Nutfah dan Rumah Lawas Tetap Terjaga

0

BUMI Balangan tak hanya kaya dengan sumber daya alamnya. Utamanya, tambang ‘emas’ batubara. Namun, kabupaten hasil pemekaran Hulu Sungai Utara (HSU) ini juga memiliki khazanah plasma nutfah (tumbuhan).

MESKI masuk beberapa kawasan dalam wilayah konsesi tambang terbesar di Kalimantan Selatan digarap PT Adaro Indonesia, toh kekayaan plasma nutfah masih terjaga. Balangan pun seakan menjelma menjadi oase lestarinya beberapa pohon langka endemik Kalimantan.

Salah satunya berada di Desa Marajai, Kecamatan Halong. Hingga kini, desa ini memiliki sejumlah pohon buah langka endemik Kalimantan.

Pemerhati buah khas Kalimantan Hanif Wicakcono yang sejak lama sudah mengekplore wilayah tersebut. Ia mengakui Desa Marajai masih banyak tumbuh pohon-pohonan buah khas Kalimantan yang sekarang sudah mulai langka.

BACA : Ada Anggrek Tebu dan Sendok, Kekayaan Plasma Nutfah Pegunungan Meratus

“Kita bersyukur masih ada lokasi lahan yang ditumbuhi aneka buah-buah khas Kalimantan, karena tidak dijadikan kebun karet unggul dan sawit sebagaimana lahan-lahan lainnya di wilayah ini,” kata Hanif Wicaksono kepada jejakrekam.com di Paringin, Jumat (28/8/2020).

Lantaran masih tersedianya pohon-pohon buah itu, tak heran jika Desa Marajai merupakan wilayah penghasil buah-buahan jenis langka.

Hanif mencontohkan, di Marajai ada aneka spicies durian. Sebut saja, ada durian berkulit merah yang disebut lahung (durio dulcis). Ada pula durian kuning yang disebut mantaula (Durio kutejensis). Selain itu,  durian berkulit warna hijau tua, berduri lancip panjang yang disebut mahrawin (Durio oxleyanus), dan aneka jenis durian lainnya.

BACA JUGA : Ayo, Selamatkan Plasma Nutfah Buah Endemik Kalimantan

“Banyak lagi buah-buah langka yang terdapat di hutan Desa Marajai. Ini tentu harus kita sikapi dengan melestarikan dan memanfaatkannya sebaik mungkin,’’ paparnya.

Terkait dari sekian banyak peninggalan budaya yang dimiliki Balangan, ada beberapa bangunan rumah  lawas yang bisa dijadikan destinasi sejarah kehidupan sosial dan kebudayaan Bumi Sanggam di masa silam.

Di antarannya, rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi di Desa Tarangan Kecamatan Paringin Selatan, Rumah Adat Banjar Pandam di Batu Mandi Kecamatan Batu Mandi. Kemudian, ada pula Rumah Batu khas Belanda di Desa Muara Ninian, Kecamatan Juai, dan dua buah rumah kuna era perdagangan karet masa Belanda di Desa Simpang Tiga Kecamatan Lampihong.

BACA JUGA : Desain Arangan Terus Digenjot, Kerajinan Tangan Dayak Meratus Makin Diminati

Dharma Setyawan, guru sejarah di SMAN 1 Paringin mengungkapkan, keberadaan beberapa buah rumah sebagai peninggalan budaya masa lalu di Balangan merupakan kekayaan warisan budaya.

Menurut dia, situs ini harus tetap dilestarikan sebagai salah satu kebanggaan daerah. Sebab, Balangan walau pun secara administratif terbilang muda, namun tua dari usia perjalanan sejarahnya.

“Untuk itu, diperlukan kesadaran bersama berbagai pihak untuk ikut menjaga dan melestarikannya agar warisan budaya itu tetap ada,” ujar Dharma.

BACA JUGA : Motif Anyaman Dayak Meratus yang Berbeda Menjadi Ciri Khas Tersendiri

Ia pun berharap pemerintah daerah memiliki tanggung jawab lebih dalam peran menyelamatkan keberadaan benda peninggalan sejarah. Ini agar dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.

“Peran serta pemerintah daerah bisa diwujudkan dengan mangajukan bangunan-bangunan tersebut menjadi cagar budaya sehingga terlindungi oleh aturan yang jelas,” bebernya.

Tak cukup hanya itu. Kata Dharma, pemerintah daerah bisa saja membuat  perda khusus untuk melestarikan bangunan tersebut. Bahkan, ke depan bisa dimanfaatkan sebagai objek penelitian untuk dunia pendidikan dan ilmu pengatahuan.(jejakrekam)

Penulis Gian
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.