Berebut Massa Nahdliyin di Banjarmasin, Apakah Ibnu Sina atau Haris Makkie yang Unggul?

0

DALAM tradisi Nahdlatul Ulama (NU) di Kalimantan Selatan, ketua ormas Islam selalu berbasis pesantren dan kalangan ulama ini. Namun, tradisi ini sepertinya telah bergeser.

ETNOGHRAPER Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Setia Budhi mengungkapkan saat ini justru tampuk pimpinan di dewan tanfizdiyah NU Kalsel diisi kalangan birokrat dan aktivis LSM atau parpol, khususnya dari PDI Perjuangan.

“Jadi, bagi saya, dalam membaca politik harus hati-hati klaim gerbong NU Banua Anam akan segaris lurus dengan figur ketua,” ucap Setia Budhi kepada jejakrekam.com di Banjarmasin, Senin (24/8/2020).

Dalam hipotesisnya, Setia Budhi menyebut bahwa Ketua NU Kalsel dalam hal ini Abdul Haris Makkie tidak berbanding lurus dengan arah dukungan basis warga Nahdliyin.

BACA : Empat PCNU di Kalsel Periode 2020-2025 Resmi Dilantik Haris Makkie

“Lalu, apakah PWNU Kalsel hasil Konferwil 2017, Abdul Haris Makkie sebagai ketua wilayah dan sekretarisnya, Berry Nahdian Furqon untuk masa khidmat 2018-2023 itu secara langsung akan mendapat dukungan warga NU?” cecar doktor lulusan University Kebangsaan Malaysia ini.

Menurut Setia Budhi, tampaknya perlu kerja keras bagi Haris Makkie yang akan berlaga di pemilihan Walikota Banjarmasin, maupun Berry Nahdian Forqan yang akan bertarung di pemilihan Bupati Hulu Sungai Tengah (HST) untuk menyakinan basis politiknya.

“Sebab, selama lima tahun ini, basis dukungan NU dan justru lebih banyak nampak bersilarurrahim dengan petahana (Walikota Ibnu Sina). Apalagi, Ibnu Sina masuk dalam jajaran penasihat ormas Islam ini,” paparnya.   

BACA JUGA : Bikin Poros Bersama Gerindra, PPP-PBB Tertarik Sosok Haris Makkie

Nah, diakui Setia Budhi, jika awalnya Haris Makkie selaku Ketua PWNU Kalsel diharapkan bisa menggarap sokongan warga NU se-Banua Anam, maka ketika didorong maju ke Pilwali Banjarmasin, tentu basisdukungan akan berbeda.

“Basis warga NU se-Banua Anam bisa saja akan terpecah, disebabkan terhalangnya suara arus bawah yang mayoritas mengehendaki ketua NU itu berkompetisi pada level provinsi,” tuturnya.

Terbukti, menurut Setia Budhi, PKB yang identik dengan suara Nahdlyin, justru hari ini ikut dalam koalisi mendukung petahana.

Dosen FISIP ULM ini menyebut hal ini buah nyata bahwa model silaturrahim yang selama ini dibangun Ibnu Sina berjalan sangat efektif.

Apakah ada kaitan dengan Pilgub Kalsel dengan Pilwali Banjarmasin? Bagi Setia Budhi, jika melihat figur yang main di Pilwali Banjarmasin, tampaknya tidak ada kaitan atau pengaruh langsung.

“Sebab sampai hari ini, tidak nampak garis politik antara bakal calon gubernur dengan bakal calon walikota yang bertanding,” ucap pengamat politik senior ini.

BACA JUGA : Tatap Pilwali Banjarmasin, Haris Makkie Ajak Warga Nahdliyin Bergerak Bersama Gerindra

Setia Budhi menganalogikan jika misalkan ada kaitan langsung antara Golkar yang mengusung Paman Birin (Gubernur Sahbirin Noor), maka seharunys Golkar mengusung Haji Yuni (H Yuni Nur Abdi Sulaiman) sebagai Ketua DPD Golkar Kota Banjarmasin.

“Atau jika misalnya PKS mau mengamankan suara gubernur, maka seharusnya mendukung sang petahana disebabkan secara kultural basis PKS Kota Banjarmasin tetap solid bergandengan tangan dengan petahana,” urai Setia Budhi.

Jika demikian, kata dia, secara hipotesis sang petahana masih lebih unggul dalam “model politik bacaruk” seperti ini. Sebab partai politik para pengusung tidak ada yang solid secara ideologis, bahkan soliditas itu hanya ditakar dari aspek pragmatis.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.