Masuki Fase Adaptasi Baru, Bisnis Kuliner Khas Banjar Mulai Bergairah

0

BISNIS kuliner sempat meredup saat pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Banjarmasin yang berlangsung 38 hari. Praktis, aktivitas perekonomian masyarakat tiarap.

BANJARMASIN memberlakukan PSBB dalam tiga periode terhitung sejak 8 April hingga 31 Mei 2020, menindaklanjuti temuan kasus positif virus Corona (Covid-19), yang kian meningkat.

Kondisi ini dirasakan pemilik Rumah Makan Cahaya, Dayat. Rumah makan yang menyediakan menu masakan khas Banjar ini mengakui saat pemberlakuan PSBB di Banjarmasin hingga memasuki fase ‘new normal’ atau adaptasi kebiasaan baru, berpengaruh pada omzet penjualan.

RM Cahaya yang termasuk rumah makan cukup tua dan incaran para pejabat, pengusaha hingga warga keturunan Tionghoa, tercatat jadi pelanggan. Bahkan, Walikota Banjarmasin Ibnu Sina termasuk yang sering makan di rumah makan legendaris.

BACA : Bisnis Angkutan Kapal Mulai Bergeliat Seiring Kebiasaan Baru Diterapkan

RM Cahaya pun termasuk salah satu rumah makan ikonik di Banjarmasin, di samping RM Cendrawasih dan Kaganangan yang menyediakan menu khas Banjar.

“Memang, tinggal rumah makan kami yang bertahan. Rumah makan ini tergolong tua, karena saya sendiri merupakan generasi kedua mengelola rumah makan ini,” ucap Dayat kepada jejakrekam.com, Jumat (21/8/2020).

Dengan menu andalan ikan bakar, pepes dan gangan (sayur) khas Banjar, Dayat mengakui saat pandemi Covid-19, ia banyak kehilangan pelanggan. Sebab, kebanyakan para pelanggan merupakan warga keturunan Tionghoa dan kalangan pengusaha atau pejabat.

“Banyak yang tidak berani keluar rumah untuk makan di sini. Kalau pun ada, mereka hanya pesan antar ke rumah. Bahkan, ada pelanggan saya, datang ke rumah makan ini pakai baju APD (alat pelindung diri),” cerita Dayat.

BACA JUGA : Agus Sasirangan Terkesan dengan Masakan Khas Kampung Arab

Sebelum pandemi Covid-19 melanda pada awal Maret 2020 lalu, Dayat mengakui tiap hari omzet penjualannya bisa mencapai Rp 5 juta. Namun, saat pemberlakuan PSBB, pendapatannya terjun bebas hanya Rp 1 juta hingga Rp juta per hari.

“Makanya, waktu pemberlakuan PSBB, kami juga terkadang tutup. Kalau pun ada yang berani datang, bisa dihitung dengan jari,” ucap Dayat.

Menurut dia, kekhawatiran terjangkit Covid-19 menjadi alasan utama, di samping pengetatan penerapan protokol kesehatan saat PSBB berlangsung.

Ia memaklumi saat memasuki fase adaptasi kebiasaan baru, mau tak mau harus mengikuti aturan main seperti menyediakan hand sanitizer, pengunjung harus pakai masker serta jaga jarak tempat duduk.

Di tengah relaksasi di Banjarmasin, Dayat mengakui saat ini mulai bangkit lagi. Terutama, rumah makan yang menyediakan menu kuliner Banjar di tengah maraknya makanan cepat saji dan kudapan dari Pulau Jawa.

“Ya, namanya pencinta masakan Banjar masih ada. Bahkan, pernah saya menerima pesanana dari pengusaha keturunan Tionghoa dalam jumlah besar untuk pesta ulang tahun perkawinan. Tamu-tamu pun berdatangan dari segala penjuru, dari Amerika, Singapura, Hong Kong, Jakarta, Medan dan lainnya. Dari situ, kita bisa memperkenalkan menu masakan khas Banjar,” tutur Dayat.

BACA JUGA : Rumah Makan ARB Kembali Hadir di Samping Pemkot Banjarmasin

Meski pandemi Covid-19 belum berakhir, Dayat berharap omzet penjualan pun bisa meningkat, khususnya agar pelanggan bisa kembali menikmati aneka masakan yang menggugah selera itu.

“Ya, mulai sekarang mulai membaik. Semoga saja, bisnis kuliner makin bergairah dan pandemi Covid-19 bisa segera berakhir,” imbuh Dayat.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.