Ibnu Vs Haris Bersaing Kuat di Survei, Pengamat Politik : Ananda Lebih Berpeluang Karena Basis Partai

0

PUNCAK pesta demokrasi di Kota Banjarmasin semakin dekat. Hingga kini, terjaring tiga pasangan calon yang bakal beradu memikat hati warga ibukota Kalimantan Selatan pada ajang lima tahunan pilihan rakyat itu.

MEREKA adalah Sekdaprov Kalsel Abdul Haris Makkie-Ilham Noor (Sekretaris DPD Partai Gerindra Kalsel) yang memiliki modal 9 kursi, dengan diusung Partai Gerindra, PPP, dan PBB. Kemudian, duet Wakil Ketua DPRD Banjarmasin Hj Ananda dan Mushaffa Zakir (anggota DPRD Banjarmasin) bermodal 20 kursi, di-back up PAN, Golkar, dan PKS.

Lalu ada sang petahana Walikota Ibnu Sina menggandeng Kepala Dinas PUPR Banjarmasin, Arifin Noor yang kini masih memiliki 10 kursi, hasil dari usungan PKB dan Demokrat. Disusul bakal calon independen, Khairul Saleh-Habib Muhammad Ali Al Habsy.

Menariknya, dalam sebuah lembaga survei di polingkita.com yang diakses terakhir oleh jejakrekam.com pada Kamis (20/8/2020) pukul 19.50 Wita, Ibnu Sina-Arifin Noor bersaing ketat dengan paslon Haris Makkie-Ilham Noor.

Dari total suara yang masuk sebanyak 1.387, 34,5 persen diraih sang petahana atau ada 479 suara. Sementara Haris Makkie-Ilham Noor meraih 474 suara (34,2 persen) atau hanya selisih tipis dengan petahana yakni sebanyak 5 suara atau 0,3 persen.

BACA : Tersisa PDIP dan Nasdem, Jelang Pilwali Banjarmasin Sudah Tercipta Tiga Poros

Keseruan persaingan di lembaga poling tersebut tak bisa disusul paslon Hj Ananda-Mushaffa Zakir. Yang mana hanya meraih 188 suara atau 13,6 persen saja.

Padahal, basis pendukung Ananda pada kalangan milenial terbilang cukup kuat. Bahkan pendukung runner up Putri Indonesia 2006 ini sampai memiliki akun media sosial resmi di Instagram yang bernama @anandaforbjm.

Sementara, bakal paslon independen Khairul Saleh-Habib Muhammad Ali Al Habsy meraup 169 suara (12,2%). Sedangkan yang belum menentukan dukungan ada 56 orang dan memilih golput sebanyak 21 suara.

Pengamat politik UIN Antasari, Dr Ani Cahyadi Maseri

Pengamat politik asal UIN Antasari Banjarmasin, Dr Ani Cahyadi Maseri mengakui hasil poling sementara itu hanya gambaran kecil. Khususnya dari tingkat elite dan melek teknologi.

Wajar, dalam poling tersebut hanya terisi sebanyak 1.387. Masih sangat jauh dari total penduduk di Kota Banjarmasin mencapai 715 ribu jiwa.

“Kalau poling di atas, hanya gambaran tingkat elite, tidak bisa menggambarkan dukungan secara utuh, sebab untuk Banjarmasin saja yang familiar online di bawah 40 persen,” kata Ani Cahyadi Maseri kepada jejakrekam.com, Kamis (20/8/2020).

BACA JUGA : DPP Golkar Ancam Tak Dukung Ananda-Mushaffa Zakir di Pilwali Banjarmasin 2020 Disanksi

Menurutnya, ketiga paslon yang telah resmi diusung sejumlah parpol itu sama-sama memiliki kans besar untuk memenangi Pilwali Banjarmasin 2020. Misalnya, kata dia, seperti petahana yang masih berpeluang besar bertahta di periode kedua.

“Sebab, bisa menggerakkan jaringan birokrasi yang ada sampai ke tingkat RT, meskipun tidak bisa di lakukan secara formal,” jelas doktor lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Namun, Ani Cahyadi menyayangkan saat PKS tak mengusung Ibnu Sina. Pasalnya, hal tersebut menurut dia, bakal berpengaruh cukup signifikan untuk meraih hati masyarakat.

“Tidak bisa lagi menggerakkan basis partai sebelumnya PKS yang terkenal gigih dalam konsolidasi di akar rumput,” ujar Ani.

Atas dasar itu, Ananda justru bakal diuntungkan lantaran menggandeng kader dari PKS.

“Ananda dan Mushaffa Zakir, justru dlihat dari basis partai sangat berpeluang memenangkan kontestasi,“ tuturnya.

Belum lagi, papar dia, Ananda memiliki dukung dari berbagai kalangan salah satunya ‘emak-emak sosialita’. “Meskipun tentunya masih ada kekurangannya, dalam hal merebut hati kalangan tradisional yang juga cukup lumayan banyak di kota Banjarmasin hampir 25 persen,” kata Cahyadi.

BACA JUGA : Tatap Pilwali Banjarmasin, Haris Makkie Ajak Warga Nahdliyin Bergerak Bersama Gerindra

Masih menurut dia, Haris Makkie dan Ilham Noor juga punya kelebihan. Sebab Sekdaprov Kalsel tersebut merupakan sosok yang disegani di kalangan Nahdlatul Ulama (NU).

“Cuma masalahnya, apakah bisa efektif digerakkan secara struktural. Lagi-lagi beliau yang bisa menjawabnya, kekurangannya basis dukungan belum bisa dipetakan secara jelas,” papar Cahyadi.(jejakrekam)

Penulis M Syaiful Riki
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.