Selain padi, Kabupaten HSU Kembangkan Hortikultura

0

STRUKTUR Lahan di Hulu Sungai Utara didominasi lahan rawa sebesar 89 persen, dengan kondisi lahan basah, pada musim kemarau lebih pendek dari biasanya.

BUPATI HSU Abdul Wahid mengatakan saat ini luasan lahan pertanian yang sudah tanam mencapai 11 ribu hektar dari terget 19 ribu hektar untuk tahun 2020.

“Lahan pertanian yang saat ini kondisi airnya masih dalam tidak bisa dilakukan penanaman, terutama untuk posisi lahan yang berada di watun (sebutan untuk tingkatan lahan) 3,4 dan lima. Untuk itu saat ini yang bisa tergarap hanya di watun 1 dan 2,” ucap Wahid dalam diskusi yang dihelat Jejakrekam.com, Minggu (16/8/2020).

Meskipun demikian,  produksi pertanian di Kabupaten HSU masih bisa surplus, pemerintah juga terus mendorong dan mendukung kegiatan optimalisasi pertanian yang dilakukan para petani.

Pemkab HSU, kata Wahid mendorong milineal untuk ikut berkontribusi dalam pertanian, karena masih ada potensi lahan yang bisa digarap, sekaligus mengoptimalkan SDM pertanian.

“Sektor pertanian terbukti mampu bertahan ketika ekonomi Indonesia pada kuartal dua tahun 2020 berada di posisi -5,32 persen. Dengan keterlibatan para generasi muda di bidang pertanian maka diharapkan sektor ini akan terus tumbuh dan berkembang,” kata Politikus Golkar ini.

Selain menjaga produksi padi, Pemkab HSU mengembangkan tanaman lain seperti tanaman hortikultura timun, cabe dan melon yang memiliki prosepek yang bagus untuk dikembangkan, dan harga yang terbilang stabil di pasaran.

“Saat ini pengembangan tanaman hortikultura terus dilakukan dengan pelibatan dan pembinaan oleh para PPL sebagai penyuluh dan pendamping para petani. Dengan demikian akan menjadi nilai tambah untuk peningkatan kesejahteraan petani,” jelas Wahid.

Kondisi Pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda melandai,  Pemkab HSU berupaya menjaga stok pangan untuk masyarakat, hal ini sebagai ikhtiar pemerintah untuk memenuhi hajat dasar masyarakat.

Sementara antropolog ULM Nasrullah mengingatkan pentingnya cadangan pangan bagi masyarakat, apalagi dalam pendekatan budaya masyarakat Banjar ada istilah kindai sebagai tempat untuk menyimpan padi dan Padaringan untuk menyimpan beras dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.

BACA JUGA : Jadi Penyangga Kalsel, Bupati Wahid Jamin Stok Pangan Aman Selama Pandemi

“Konsep kindai dan padaringan ini, bisa direvitalisasi dan diaktualisasi dalam bentuk yang lebih luas dari sisi kebijakan pemerintah,” ungkap Nasrullah.

Dia mengatakan stok pangan untuk menjamin ketersediaan kebutuhan jangka panjang selama ini sudah dilakukan para petani bahkan dalam lingkup kecil semisal keluarga. Sehingga konsep-konsep ini bisa dipadukan dengan pemerintah dalam lingkup yang lebih luas.

“Kindai limpuar bukan semata slogan tetapi benar-benar teraktualisasikan dalam sinergi antara kebijakan pemerintah dan dukungan masyarakat dalam hal ini petani,” tutup Nasrullah. (Jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Fahriza

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.