Pribadi Sederhana nan Berwibawa (In Memoriam H. Nadjmi Adhani)

0

Oleh: Dr. MS. Shiddiq, S.Ag, M.S

PETANG Jum’at itu, 27 Juli 2018, setengah berlari saya langsung menuju pojok utara Gedung IASTH UI Salemba, lokasi favorit saya memarkirmobil, karena aksesnya lebih mudah keluar parkiran.

SAYA sudah hapal sebentar lagi JalanSalemba Raya akan macet parah, dan benar saja, baru keluar gerbang, mobil saya sudah terjebak dalam kemacetan.

Saya harus bergegas sampai ke Hotel Mercure Jalan Sabang, sebab sehari sebelumnya sudah membuat janji dengan sahabat saya Budiman, salah satu anggota DPRD Kota Banjarbaru untuk membicarakan perihal program bantuan lembaga internasional untuk pengembangan sistem informasi anti korupsi di Kota Banjarbaru. Menurut Budiman, Walikota Banjarbaru H. Nadjmi ingin sekali mendengarkan langsung informasi mengenai program tersebut.

Jarak antara Salemba dengan Jalan Sabang sebenarnya tidaklah terlalu jauh, tapi tau sendiri jalanan Jakarta di sore hari yang sulit ditebak. Kira-kira pukul 18.45 WIB atau hampir satu jam saya baru tiba di Hotel Mercure setelah berjibaku di kemacetan Jakarta yang luar biasa itu.

BACA : Sempat Komunikasi 3 Hari Lalu, Ibnu Sina Kenang Sosok Nadjmi

Seperti kesepakatan sebelumnya soal waktu dengan Budiman, saya menunggu di lobi hotel, tak lama dia datang dan kami langsung pindah menuju kafe di lokasi yang sama. Saya semakin bersemangat, karena proposal yang saya sampaikan mendapat tanggapan orang nomor satu di Banjarbaru.

Respon baik yang sama tidak banyak saya dapatkan dari beberapa bupati atau walikota di Kalsel yang saya kirimkan proposal terkait proyek yang didanai lembaga internasional itu. Yang cukup mengejutkan saya adalah, bahwa beliau sendiri yang langsung meminta untuk bertemu membahas masalah itu. Tentu kesempatan yang tidak mungkin saya lewatkan.

Sekitar 30 menitan, kami ngobrol banyak hal dengan Budiman.Tak lama berselangWalikota H Nadjmi yang didampingi Sekdakot Banjarbaru Yanni Makkie dan Ketua DPRD Banjarbaru AR Iwansyah menyusul.

Bergantian kami saling berjabat tangan. “Nadjmi,” katanya singkat sambil melempar senyum. Saya langsung membalas “Shiddiq Pa, urang Banjar jua.”. Pa Nadjmi sumringah. “iyakah,” ujarnya pendek. Setelah dipersilahkan kami semua duduk. Ingin sekali menceritakan semua mengenai tawaran kerjasama program pendanaan dari UNDP itu, saya pun memilih duduk tepat di depannya.

Sambil berbicara dan saling bertukar informasi serta menjelaskan secara detil mengenai program yang saya tawarkan, sesekali mata saya menyelidik. Pak Nadjmi, Walikota yang sederhana, pikir saya. Mengenakan kemeja putih lengan pendek, celana warna biru gelap, dan hanya mengenakan sandal hotel warna putih. Terlihat biasa sekali untuk tampilan seorang kepala daerah, tak ada kesan mewah apalagi glamor. Sementara Sekdakot Yanni Makkie mengenakan kaos kerah berwana coklat tua.

BACA JUGA : Ini Kiat Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani Atasi Pandemi Covid-19

Senada dengan Sekda, Ketua DPRD Iwansyah mengenakan stelan celana panjang warna gelap dan kaos kerah bermotif batik. Sesekali dia juga menceritakan hal-hal lucu, suasanasemakincairdanhangat, membuat saya semakin bersemangat. Penampilan sang walikota yang “ala kadarnya” ini, membuat saya semakin kagum, karena kesederhanaannya.

Pak Nadjmi kemudian memesan sop iga, kopi tubruk, dan kentang goreng. Saya lupa apa yang dipesan Sekda Yanni Makki dan ketua DPRD, karena fokus saya tertuju pada sosok pria tegap meskipun sedikit berisi yang ada di depansaya. Kami pun berbicara panjang lebar.

Saya ceritakan kepada beliau apa yang saya ketahui mengenai program yang mungkin bisa diaplikasikan di Banjarbaru, apalagi Pemko tak perlu mengeluarkan dana besar karena semua program didanai oleh lembaga donor. Dan, beliau meresponnya dengan positif.

“Diq, nanti koordinasi dengan Budiman, ya, kita agendakan untuk presentasi di hadapan teman-teman Bappeda kalau perlu dengan kawan-kawan DPRD,” ujarnya antusias. “Secepatnya Pak, nanti saya juga koordinasi dengan PakSekda,” sahut saya menimpali dengan harapan program yang saya tawarkan bisa terlaksana.

BACA JUGA : Innalillah, Walikota Banjarbaru Berpulang Karena Terinfeksi Covid-19

Tak terasa satu setengah jam ngobrol dengan orang nomor satu di Banjarbaru itu. Tak ada kesan berjarak, sangat ramah, tidak pula menggurui. Bersama PakNadjmi seolah sedang berhadapan dengan guru yang tengah asik memperhatikan muridnya. Seolah orang tua yang sedang membimbing anak-anaknya. Tenang tapi penuh perhatian. Tak Ada kesan menggurui dan bersikap layaknya atasan.

Setelah pertemuan itu, beberapa kali saya berkoordinasi dengan Budiman sahabat saya, dan melaluiS ekda, baik di Banjarmasin maupun di Jakarta, mencoba menindaklanjuti program yang pernah kami bahas. Pernah pula secara pribadi beliau mengundang datang ke ruangannya. Sayangnya, program tersebut belum berhasil, karena ada beberapa tahapan yang tidak dapat diikuti sampai waktu pengajuannya ditutup.

27 Juli 2020, tiga tahun setelah pertemuan pertama dengan PakNadjmi, seorang kawan melalui WA grup mengabarkan kalau PakNadjmi masuk rumah sakit, pemimpin sederhana tapi berwibawa itu, tergolek lemah dengan pengawasan timmedis yang merawatnya dengan protokol kesehatan yang ketat, karena diduga terjangkit wabah Covid-19.

Melalui laman instagram miliknya, Pak Nadjmi meminta doa kesembuhannya dari seluruh kerabat dan warga Kota Banjarbaru sekaligus meminta kepada warga untuk tetap mentaati protokol kesehatan dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Sedih tentu saja, meskipun dalam keadaan sakit tetap memikirkan warganya.

BACA JUGA ; Meski Pandemi, Walikota Nadjmi Adhani Jamin Dana Pilkada Banjarbaru Aman

Dua pekan setelah berjuang melawan sakitnya, 10 Agustus 2020 Pukul 2.30 WITA, pemimpin rakyat Banjarbaru itu akhirnya dipanggil Yang Maha Kuasa. Meski pun tak banyak kenangan khusus bersama, akan tetapi mendengar dan menyaksikan kiprahnya berjuang untuk warga Banjarbaru, karya-karyanya, semangatnya, gaya kepemimpinannya, ribuan orang yang dibantu dan ditingkatkan kualitas hidupnya, dan visi misi futuristiknya selama memimpin masyarakat Banjarbaru memang luar biasa, membuat saya hanyut dalamduka yang dalam karena dia terlalu cepat menghadap Sang Pencipta.

Kepergiannya bukan hanya duka wargaBanjarbaru. Kepergian H. Nadjmi Adhani adalah kehilangan putra terbaik banua, aset bangsa yang luar biasa. Selamat jalan pejuang rakyat. Semoga warisan semangatmu untuk memperbaiki nasib bangsa menjadi pandemic kebaikan yang bisa kami tiru. Karya dan teladanmu abadi dalam ingatan kami. Allahummagfirlahu Warhamhu Wa’afihi Wa’fu ‘Anhu. Alfatihah. .(jejakrekam)

Penulis adalah Direktur Eksekutif CIDES Institute, Pegiat Literasi Media

(Isi dari artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis bukan tanggung jawab media)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2020/08/11/pribadi-sederhana-nan-berwibawa-in-memoriam-h-nadjmiadhani/

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.