Ulang Memori 2R di Pilgub Kalsel? Rosehan-Aditya Dikabarkan Intens Jalin Komunikasi

0

KABAR poros ketiga jelang even pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur (Pilgub) Kalimantan Selatan pada awal Desember 2020 bakal terbangun, makin kencang berhembus.

SINYALNYA pertemuan politik antara mantan Wagub Kalsel HM Rosehan Noor Bachri dengan putra mantan partnernya, Rudy Ariffin, yakni HM Aditya Mufti Ariffin, seakan mengulang memori 2R (Rudy Ariffin-Rosehan NB) pada Pilkada Kalsel 2005 silam.

Ketika itu, 2R diusung koalisi PPP-PKB mampu mengalahkan incumbent Gubernur Sjachriel Darham-Noor Aidi (Bupati Tabalong, ketika itu) diusung PDIP-PBR hingga jago Golkar pemenang Pemilu 2004, Gusti Iskandar Sukma Alamsyah-H Abdul Hafiz Ansary dalam perhelatan pilkada pertama melalui suara rakyat pada 30 Juni 2005 silam di Banua.

Soal pertemuan politik intens dengan Rosehan NB tak ditepis HM Aditya Mufti Ariffin yang akrab dipanggil Ovie ini. Kepada jejakrekam.com, Kamis (9/7/2020) lalu, Aditya yang juga Ketua DPW PPP Kalsel mengakui cukup sering bertemu dengan Rosehan NB, termasuk komunikasi lewat ponsel.

BACA : PPP Tawarkan Golkar, Mau Koalisi Permanen Atau Celup Lepas!

“Ya, biasalah dalam politik itu, ada komunikasi. Apalagi, kami punya sejarah dengan Pak Rosehan NB, karena pernah menjadi pendamping Abah (maksudnya Rudy Ariffin) pada periode pertama sebagai Gubernur Kalsel (masa jabatan 2005-2010),” ucap Aditya Mufti Ariffin.

Mantan anggota DPR RI ini mengakui saat ini politik sangat dinamis, sehingga jika ada rumor bakal terbentuk poros ketiga di Pilgub Kalsel, bisa jadi benar namun juga dapat pula tak terwujud.

“Namanya juga politik. Ya, kalau hitung-hitungan kalau PPP dan PDIP berkoalisi dalam Pilgub Kalsel, sebenarnya sudah cukup. PPP punya tiga kursi dan PDIP ada delapan kursi. Jadi, sudah cukup 11 kursi untuk menjadi parpol pengusung pasangan calon,” kata Aditya.

BACA JUGA : Punya Hubungan Historis, Gusti Iskandar Berharap PPP Usung Dirinya di Pilgub Kalsel

Namun dengan tegas Aditya menegaskan semua keputusan itu tergantung pada DPP PPP. Ia pun mengatakan tetap konsisten dengan pilihan mundur dari gelanggang politik pilkada, khususnya pemilihan Walikota-Wakil Walikota Banjarbaru.

“Kalau ada kader yang mendorong ke Pilkada HST misalkan, saya ucapkan terima kasih. Yang pasti, saya telah mempertimbangkan matang-matang soal politik, karena alasan kemanusiaan di tengah pandemi virus Corona ini,” papar Aditya.

BACA JUGA : Membaca Peta Politik Golkar-PAN di Pilgub Kalsel, Koalisi di Bawah 50 Persen Penuh Risiko

Apakah nanti bisa mengulang ‘Neo-2R’ lagi di Pilgub Kalsel 2020 mendatang? Aditya hanya menjawab dengan tertawa.

“Kita lihat nanti, saat pendaftaran calon pada September 2020 mendatang. Itu baru kelihatan keputusan politik parpol. Saat ini tak bisa ditebak, karena masih dinamis. Yang pasti, saya tegaskan semua keputusan itu di tangan DPP PPP,” cetusnya.

Isu poros ketiga ini menyusul, karena nama Rosehan NB maupun Mardani H Maming justru tidak termasuk yang diusulkan DPD Partai Golkar Kalsel ke Jakarta. Sebab, Golkar lebih memilih rekan laga sang incumbent, Gubernur Sahbirin Noor yang akrab dipanggil Paman Birin itu adalah mantan Walikota Banjarmasin yang juga Ketua DPW PAN Kalsel, H Muhidin.

BACA JUGA : PAN-Nasdem Mengusung, Golkar Siap Deklarasikan Duet Paman Birin-Muhidin pada Agustus Nanti

Sementara, poros kedua disebut-sebut akan diisi mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM era Presiden SBY, Denny Indrayana yang juga tengah mencari duetnya maju di Pilgub Kalsel 2020. Meski santer dikabarkan jika Partai Demokrat dan Partai Gerindra bakal berada di garda sang profesor hukum tata negara ini.

Sementara itu, pengamat politik FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Setia Budhi mengakui mengapa PDIP tidak dipilih tergabung dalam koalisi pengusung Paman Birin-H Muhidin dari Golkar-PAN, karena kemungkinan besar sudah dibaca tim pemenangan petahana.

BACA JUGA : Respon Isu Berduet dengan Muhidin, Paman Birin : Terserah yang Memiliki Kuasa

“Secara kultural, PDIP belum memiliki akar kuat, kecuali di Tanah Laut dan Tanah Bumbu, sedikit di Kotabaru. Namun, jika berkoalisi dengan PPP, maka mesin partai Ka’bah ini akan bisa mendongkrak lumbung suara Hulu Sungai dan Kabupaten Banjar,” kata Setia Budhi.

Menurut doktor lulusan Universitas Kebangsaan Malaysia, jika kekuatan Hulu Sungai bergabung dengan Pesisir, maka bisa berpotensi mengancam basis pendukung kubu incumbent.

“Bisa jadi, PDIP akan mendukung Rosehan maju di Pilgub Kalsel 2020. Sedangkan, PPP tentu sebagai parpol lawas di percaturan politik Kalsel berpotensi kuat membangun kongsi politik dengan PDIP.  Apalagi, PPP telah teruji dalam beberapa kali pilkada tingkat provinsi,” imbuh Setia Budhi.(jejakrekam)

Penulis Ipik Gandamana/Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.