Sanggar Seni Nuansa Rekam Video Tari Di Depan Perpustakaan Palnam

0

SANGGAR Seni Nuansa Banjarmasin rupanya sudah jatuh hati dengan Perpustakaan Palnam. Usai sukses menggelar pertunjukan daring Lantunan Musik Panting bulan lalu, kali ini Sanggar Seni Nuansa Banjarmasin melakukan rekaman video tari daerah Banjar di Perpustakaan Palnam dengan latar belakang Rumah Banjar, Sabtu (11/7/2020).

DENGAN pakaian khas Banjar, seniman dari Sanggar Seni Nuansa tampak lihai menampilkan tarian khas Banjar di depan Perpustakaan Palnam. Sekadar diketahui sanggar ini sudah berdiri sejak tahun 1997 silam, yang diprakarsai Dea Sanderta dan sejumlah mahasiwa Universitas Lambung Mangkurat.

Arif Budiman, Pembina Sanggar Seni Nuansa mengatakan, tujuan rekaman video tari daerah Banjar sebagai bahan lomba festival tari tingkat nasional yang diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui rekaman video dalam waktu dekat. Selain itu, sekaligus untuk persiapan mengikuti lomba tari tingkat Provinsi yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melalui rekaman video tahun 2020 ini.

“Perpustakaan Palnam mempunyai ciri khas, yaitu berada di perbatasan Kota Banjarmasin dan Martapura, dengan arsitektur Rumah Adat Banjar, yang semakin mempertegas ciri khas dan keunikan tersendiri,” ucap Arif.

Baginya latar belakang bangunan Perpustakaan Palnam, semakin mempercantik visual tarian karya Sanggar Seni Nuansa.

Sementara itu Kepala Dispersip Kalsel Nurliani Dardie, menyambut baik penggunaan Perpustakaan Palnam menjadi lokasi rekaman video oleh Sanggar Seni Banua untuk ajang lomba.

BACA JUGA : Suguhkan Musik Panting, Dispersip Kalsel Berkolaboasi Dengan Sanggar Seni Nuansa

Bunda Nunung -panggilan akrab beliau- mengatakan, kegiatan ini sangat bermanfaat untuk mempromosikan Perpustakaan sekaligus budaya dan tradisi Banjar.

Menurutnya perpustakaan bukan hanya tempat membaca, akan terapi telah bertranformasi sebagai tempat inklusi sosial, dengan menjadi wadah berkegiatan bagi masyarakat dalam hal seni dan budaya.

Mantan Kadispersip Banjarbaru ini menambahkan, perpustakaan menjadi salah satu alternatif unik untuk berkarya dan berkreasi dengan dukungan desain interior ruangan yang menarik, serta lingkungan yang nyaman untuk tempat berkegiatan baik siang maupun malam hari.

Bunda Nunung menegaskan, perpustakaan harus mengikuti perubahan dan mau tak mau harus beradaptasi serta berevolusi sehingga tidak terlindas perubahan zaman.

Dia menyebut saat ini perpustakaan berangsur menjadi tempat berinteraksi dengan komunitas sosial serta working space tempat tumbuhnya inovasi baru dan dengan harapan agar tumbuh generasi muda yang inovatif dan kreatif dalam berkegiatan yang positif.

“Perpustakaan berbasis Inklusi sosial merupakan perpustakaan yang memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensinya dengan melihat keragaman budaya, kemauan untuk menerima perubahan, serta menawarkan kesempatan berusaha, melindungi dan memperjuangkan budaya dan hak asasi manusia,” tandasnya.(Jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Donny Muslim

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.