Pakar Antropolog ULM Sarankan Narasi Humanisme Ditonjolkan Dalam Menangani Covid-19

0

PAKAR antropologi masyarakat, Nasrullah yang tergabung dalam tim pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk membantu percepatan penanganan Covid-19 di Kalimantan Selatan, memberikan rekomendasi agar Gugus Tugas lebih mengedepankan narasi humanis dalam menghadapi wabah ini.

MENURUTNYA, narasi perjuangan berupa simpati dan empati masyarakat dalam menangani wabah yang menonjol akan menimbulkan ketenangan masyarakat tanpa harus mengurangi kewaspadaan.

“Misalnya cerita seorang guru yang berjuang menghadapi penyakit ini, itulah mungkin yang lebih banyak kita narasikan,” jelas Antropolog jebolan UGM ini saat berbincang dengan Jejakrekam, Minggu (5/7/2020).

Lebih lanjut, dia menyayangkan saat ini narasi Covid-19 lebih banyak didominasi angka-angka statistik perkembangan kasus, dibandingkan kisah baik kesembuhan masyarakat dari Covid-19. Hal ini, justru membuat ketakutan mendominasi rasa kemanusiaan di akar rumput.

BACA: Saat Istilah Asing Viral Di Tengah Wabah Corona Dinatularisasikan Ke Bahasa Daerah

Nasrullah pun berpendapat, bahwa tradisi masyarakat Banjar yang lekat dengan kultur lisan juga harus diperhatikan dalam menangani tragedi ini.

“Di akar rumput masyarakat membutuhkan narasi untuk diceritakan, sebab Banjar lekat dengan kultur lisan,” ujar tokoh masyarakat Batola ini.

Ruang yang lebih harus diberikan bagi tenaga medis, masyarakat, pasien yang sembuh, hingga awak media yang memberitakan perkembangan kasus Covid-19. Harapannya, sikap demikian bisa menumbuhkan empati dan simpati masyarakat untuk berjuang bersama dalam menangani wabah ini.

“Pada ujungnya penyakit ini menjadi perjuangan bersama-sama,” tandasnya.

BACA JUGA: Sosiolog ULM : Tanpa Kajian Serius, New Normal Akan Berbahaya

Tergabung dalam tim pakar ULM bersama 11 akademisi dari lintas disiplin ilmu lain, Nasrullah merasa bersyukur lantaran bisa berkontribusi sesuai dengan disiplin ilmu yang ia kuasai.

Nasrullah mengatakan tak hanya pakar medis dan epidemiologi, agar para pakar dari rumpun ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, kebijakan publik hingga ekonomi juga mendapatkan porsi lebih dari menentukan kebijakan penanganganan wabah Covid-19. (Jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Siti Nurdianti

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.