Rudy Ariffin Enggan Berkomentar, Pengamat Politik : Mundurnya Ovi Sebuah Pilihan Rasional
MESKI sudah mengantongi rekomendasi dari banyak parpol seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Golkar, PDI Perjuangan dan lainnya, toh HM Aditya Mufti Ariffin memilih jalan politik untuk mengakhiri langkahnya untuk mencalonkan diri jadi Walikota Banjarbaru di suksesi 2020 mendatang.
BERPASANGAN dengan politisi kawakan Golkar yang juga Wakil Ketua DPRD Banjarbaru, AR Iwansyah, politisi muda PPP yang akrab disapa Ovi ini pun menghentikan langkah untuk maju sebagai bakal calon walikota. Walau sosialisasi diri atas pencalonannya yang dilakukan Ovi, juga terbilang cukup lama dan tentu memakan ongkos politik tak sedikit.
Ketua DPP PPP Rudy Ariffin yang juga mantan Gubernur Kalsel dua periode enggan mengomentari langkah politik yang diambil putranya tersebut. “Silakan tanya ke yang bersangkutan saja,” kata Rudy Ariffin, singkat saat dikontak jejakrekam.com, Rabu (17/6/2020).
BACA : Alasan Kemanusiaan, Aditya Mufti Ariffin Pilih Mundur sebagai Calon Walikota Banjarbaru
Pengamat komunikasi politik FISIP Universitas Lambung Mangkurat, Fahrianoor menilai mundurnya HM Aditya Mufti Ariffin yang juga Ketua DPW PPP Kalsel dari bursa pencalonan di suksesi Banjarbaru 1, merupakan pilihan yang logis.
“Tentu dengan alasan keselamatan dan kesehatan para relawan atau pendukungnya karena pilkada tetap digelar di tengah pandemi Covid-19 yang belum mereda, patut diapresiasi. Alasan kemanusiaan yang menjadi dasar Aditya dalam memilih jalannya, bukan alasan paling rasional,” ucap Fahrianoor kepada jejakrekam.com, Jumat (19/6/2020).
BACA JUGA : Diusung Koalisi Golkar-PPP-PDIP, Aditya-Irwansyah Yakin Juarai Pilwali Banjarbaru
Doktor komunikasi lulusan Universitas Padjadjaran Bandung ini mengatakan strategi yang dimainkan Aditya bersama calon pendampingnya, AR Iwansyah justru akan meningkatkan citra positif di tengah masyarakat.
“Harus diingat bahwa politik itu merupakan investasi jangka panjang. Maksudnya, langkah-langkah politik yang diambil harus membangun empati, simpati dan kepercayaan publik. Itu langkah tepat bagi Ovi, karena telah mempertimbangkan masak-masak segala konsekuensinya,” tutur Fahrianoor.
BACA JUGA : Nadjmi-Jaya Hormati Keputusan Aditya Mufti Ariffin
Menurut dia, imej atau citra seorang calon pemimpin itu tidak dibangun secara instan, namun butuh waktu yang panjang agar mendapat kepercayaan publik, layak atau tidaknya sebagai kandidat.
Apalagi, Ovi merupakan politisi muda yang pernah duduk sebagai anggota Komisi III DPR RI periode 2014-2019, meski jalannya politiknya terhenti karena hasil Pemilu 2019 lalu, kalah dengan para pendatang baru, khususnya di daerah pemilihan (dapil) Kalimantan Selatan 2.
Untuk diketahui, pertarungan di dapil Kalsel 2 memang sangat dinamis, bahkan tergolong berat. Ini karena, kursi yang diperebutkan hanya lima diincar puluhan calon legislatif dari berbagai parpol peserta Pemilu 2019 lalu.
BACA JUGA : Akrab dengan AHY, Demokrat Dukung Aditya-Iwansyah? Ovi : Saya Berteman
Raihan suara Aditya Mufti Ariffin alias Ovi sebenarnya cukup signifikan dalam Pemilu 2019 di dapil Kalsel 2. Total suara yang berhasil didulang Ovi di dapil ‘neraka’ itu sebanyak 31.975 suara. Sedangkan, total suara caleg dan suara PPP keseluruhan di dapil Kalsel 2, berdasar data KPU RI mencapai 56.833.
Rincian sebaran suara Ovi di lima daerah dapil Kalsel 2. Yakni, di Banjarbaru meraup 10.570 suara, Banjarmasin terdata 7.642 suara, Tanah Bumbu dengan 2.160 suara, Kotabaru didapat 4.930 suara dan 6.673 suara di Tanah Bumbu. Bahkan, raupan suara Ovi justru bisa mengalahkan raihan partainya sendiri hanya 14.888 suara.
“Yang pasti, mundurnya Aditya Mufti Arifin juga sekaligus bernilai pendidikan politik bagi masyarakat. Sebab, alasan kemanusiaan juga sangat tepat, karena ancaman kesehatan dan keselamatan pemilih di tengah pandemi Covid-19 saat pilkada nanti digelar juga turut dipertaruhkan,” imbuh Fahrianoor.(jejakrekam)
Keramputnya alasan mundur semalam tuh bukanya karena kemanusian pang,inya sudah merasa sulit menang karena calon incombent kuat banar.
Amun inya dasar bujur mundur karena alasan kemanusian yg di sebabkan pemilu di lakukan di masa pandemi covid 19.walaupun incombent sudah meninggal dunia inya tetap mundur nih kada pas colon incombent meninggal lalu ae berubah.
Ketahuan sebuah nilai kemanusian tuh kedada artinya bagi inya.itu jar inya lah yang di katakanya lawan sikapnya yg berubah