Walikota Banjarmasin Didesak Umumkan Tiga Kali PSBB Berhasil atau Gagal?

0

PENGAMAT kebijakan publik yang juga Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Kalimantan Selatan, Subhan Syarief menyoroti soal keberhasilan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Banjarmasin.

SEBAB, pada 8 April 2020, kasus Covid-19 di ibukota Kalimantan Selatan ini hanya 14 orang terjangkit virus Corona. Kemudian melonjak pada awal Mei, menjadi 59 kasus.

Hingga, awal Juni 2020, terakumulasi kasus Covid-19 naik berlipat-lipat mencapai 431 kasus di tengah pemberlaukan PSBB tiga kali atau selama 38 hari, terhitung sejak 24 April hingga berakhir pada 31 Mei 2020.

“Sepatutnya, hasil dari PSBB yang dilaksanakan tiga kali itu dievaluasi. Gagal atau tidak, sebab hasilnya tidak sejalan dengan penurunan kasus Covid-19, malah justru sebaliknya meningkat tajam,” ucap Subhan Syarief kepada jejakrekam.com, Senin (1/6/2020) malam.

BACA : Bikin SE, Walikota Ibnu Sina Tegaskan Bukan New Normal, Hanya Tanggap Darurat Pasca-PSBB

Menurut dia, Walikota Ibnu Sina selaku Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Banjarmasin tentu harus mempertanggungjawabkan hal itu kepada publik.

Anehnya lagi, menurut dia, walau tidak memilih melaksanakan new normal atau tatanan kehidupan normal baru, justru menerapkan status tanggap darurat pasca-PSBB.

“Tentu hal itu sangat riskan bagi masyarakat. Apalagi, tren kasus Covid-19 di Banjarmasin justru terus memuncak,” ucap Subhan.

BACA JUGA : PSBB Berakhir, Kasus Covid-19 Tinggi, Banjarmasin Tak Berlakukan New Normal

Kandidat doktor hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang ini mengungkapkan sudah sepatutnya diumumkan ke publik, apakah PSBB tiga jilid itu gagal atau berhasil dilaksanakan di Banjarmasin.

Menurut Subhan, baik PSBB maupun new normal ada dua elemen terpenting yang mendasari yakni pemerintah dengan aparat keamanan serta masyarakat yang aktif dan partisipatif.

“Di sini, peran pemerintah bisa melakukan empat langkah yakni menyiapkan rencana tindak siaga kesehatan dan keselamatan, siaga ekonomi, siaga sosial dan siaga keamanan,” ucap Subhan.

BACA JUGA : Positif Covid-19 Kalsel Bertambah 116 Pasien Dalam Sehari, Terbanyak Dari Warga Pasar Tradisional

Sedangkan, kata arsitek senior ini, dari sisi masyarakat adalah pengendalian di tangan RT dan RW, sosialisasi dan simulasi rutin dan berkelanjutan, membangkitkan semangat gotong royong dan pelibatan stakeholders masyarakat lainnya baik ormas, LSM, dan lainnya.

“Inilah salah satu indikator berhasil ada tidaknya PSBB atau new normal, jika kasus Covid-19 justru tidak bertambah atau malah berkurang, bukan sebaliknya melonjak tajam. Ini merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah kota kepada publik,” imbuh Subhan.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.