Sikap Kita Atas Bencana Corona

0

Oleh :  Muhammad Firhansyah

TAK ada yang menyangka tahun 2020 menjadi salah satu tahun tersuram bagi dunia. Apalagi Indonesia. Dunia kesehatan kita gempar, wabah Corona begitu cepat menyebar, jumlah korban terus meningkat membuat jantung publik kencang berdebar, ekonomi terpuruk.

PARA pekerja harian seperti buruh, Ojol (Ojek Online), PKL, UMKM, dan lainnya mulai mengkhawatirkan. Sebab, banyak yang di rumahkan. Akhirnya, bingung mencari makan. Teror pemutusan hubungan kerja ( PHK) mengancam. Para ASN pun diinstruksikan hanya bekerja dari rumah, ujungnya layanan publik menjadi lamban.   

Situasi saat ini  harga sebagian sembako melangit, alat kesehatan sejenis masker, APD (alat pelindung diri) makin langka dan sulit. Kalaupun ada harganya mencekik,  para pahlawan garda depan seperti dokter dan tenaga medis yang berjuang di karantina dan rumah sakit mulai menjerit, sebab “alat perang” yang dibutuhkan kian hari kian sedikit.  Ujungnya jas hujan jadi solusi yang menarik.

BACA : Lelang Batal, Ada 2.518 Pelaku Usaha Konstruksi di Kalsel Terdampak Corona

Corona juga mulai merubah arah pandang manusia, ada yang memanfaatkan situasi ini dengan menimbun masker, sanitizer, dan sembako sebanyak mungkin. Seruan social distancing malah yang terjadi panic buying, diminta belajar dan bekerja di rumah tapi malah sibuk wara wiri diluar rumah, himbauan disiplin direspon dingin sebab alasan yang tak login.

Bencana corona juga menguji cara perikemanusiaan kita, pasien positif dianggap aib, jenazah corona ditolak padahal ada adab tak hanya untuk yang hidup juga untuk yang wafat, tak peduli tetangga lapar atau sekarat. Ada yang hanya asyik mengutuk keadaan, atau menyebar berita horor bahwa virus semakin liar.

Dampak corona masjid dan tempat ibadah ditutup, rencana mudikpun diminta dibatalkkan,  hari raya idul fitri bagi ummat islam di himbau dirumah cukup keluarga inti saja. Banyak yang berubah, banyak mental kita yang tak siap, banyak yang merasa dikecewakan.

Menyikapi kondisi diatas diperlukan satu pemahaman yang benar dan tepat terlebih dahulu, bahwa keadaan kita hari-hari ini sedang dalam darurat Covid-19. Penerimaan akan situasi ini harus menjadi kesadaran bersama. Setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup dan kehidupan pasti punya makna  apalagi bencana nasional bernama corona tak ada satupun yang sia-sia tanpa makna.

BACA JUGA : Tiga RS Covid-19 Dibantu Golkar, RSUD Ulin Butuh 20 Lembar APD Tiap Hari

Sejatinya semua ini adalah sekelumit tentang cara manusia menjalani hidup dan kehidupan, bencana apapun bentuknya memang selalu bersamaan dengan kesedihan, amarah, luka, sesal, dan tangis bahkan ada yang kehilangan. Akan tetapi akan sangat tergantung dengan cara kita menyikapi, sejauhmana sudut pandang yang tepat yang kita ambil, dan kesadaran seperti apa yang kita bangun.

Sebab sebagian dari kita terkadang terhentak dengan bergantinya musibah yang terjadi tapi keesokan harinya kita mengulangi kekonyolan yang menghilangkan rasa kemanusiaan atau hilangnya kebersamaan menyelesaikan masalah secara bergotong-royong.

Setidaknya ada beberapa sikap yang harus kita bangkitkan kembali disaat situasi seperti ini pertama menjaga lisan, etika dan adab kita dengan sesama. Banyak bencana yang muncul saat lidah atau lisan kita tidak terjaga, pemberitaan terkait corona yang seperti cerita horor menjadikan pikiran kita tidak jernih bahkan imun tubuh menurun. Sehingga dalam situasi ini lisan adalah barang pertama yang kita jaga.

BACA JUGA : Cegah Dampak Covid-19, Dinsos Balangan Percepat Penyaluran Bansos

Selanjutnya adalah etika dan adab. Adab adalah buah yang baik kalau etika atau perlakuan kita baik. Adab juga bagian dari kita menjaga kebersamaan, keutuhan, tidak saling menyakiti dan menyengsarakan. Tidak berprasangka buruk, tidak menolak jenazah covid, tidak menyiarkan kabar sesat dan menyesatkan. Semua itu bagian dari menjaga etika dan adab

Kedua sabar dan tegar dalam ujian. Dalam setiap perjalanan manusia kita memang banyak menemui masalah, sudah setumpuk peristiwa yang kita saksikan dan entah kapan akan berakhir. Salah satu kunci sukses melaluinya adalah dengan sabar dan tegar apalagi suasana Corona saat ini bukan hanya kita yang menghadapi tapi seluruh dunia yang merasa. Meskipun sabar itu berat tapi kita harus melakukannya sebab tidak ada manusia yang bisa lepas darinya.

Ketiga Taat pemimpin dan ulama. Kondisi Corona di sejumlah titik terlihat “kacau” dan tak disiplin. Memang berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah atau fatwa MUI atau edaran pemuka agama menimbulkan berbagai dampak (sosial distancing, Beribadah, belajar dan bekerja di rumah) Tapi, tujuan utamanya adalah keselamatan jiwa dan kehidupan di masa mendatang.

Menaati arahan dan himbauan yang baik dari pemimpin dan ulama di masa-masa genting saat ini adalah pilihan yang bijak. Kepercayaan pada dua pihak ini menjadi jalan terbaik agar kita bisa bersama-sama menghadapi dan melalui bencana ini sampai nanti reda dan kembali seperti semula. Semoga.(jejakrekam)

Penulis adalah Asisten Ombudsman RI

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.