Metode Daring di Tengah Pandemi Covid-19 dan Tantangan Guru untuk Pendidikan ke Depan

0

Oleh : Muhammad Aditya Hariyadi

WORLD Health Organization (WHO) telah menetapkan Covid-19  sebagai pandemic karena telah menyebar ke penjuru dunia.Penyebaran yang begitu pesat dan sangat banyak memakan korban di pelbagai negara tentunya ini menjadi masalah yang sangat besar.

DALAM kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) pandemic adalah wabah yang berjangkit serempak dimana-mana atau meliputi geografis yang luas.

Pandemic Covid-19 akan berdampak di berbagai sektor kehidupan seperti ekonomi, sosial, termasuk juga pendidikan. Organisasi pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nation Education, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada Kamis (5/3/2020) meyatakan bahwa wabah virus Corona telah berdampak terhadap sektor pendidikan.

BACA : Demi Kuliah Daring, Mahasiswi Uniska Rela ke Hutan dan Tempuh Jarak Puluhan Kilometer

Hampir 300 juta siswa terganggu kegiatan sekolahnya di seluruh dunia dan terancam terhadap hak-hak pendidikannya di masa depan. Terlebih di Indonesia, dunia pendidikan juga ikut terganggu akibat penyebaran virus Covid-19 ini.

Jika penyebaran terus meningkat maka dapat di pastikan dampak yang di rasakan dunia pendidikan juga akan terancam. Dampak yang paling di rasakan adalah peserta didik di instansi penyelengara pendidikan seperti sekolah di semua tingkatan sampai perguruan tinggi.

Presiden pun Jokowi menghimbau masyarakat untuk mengurangi aktifitas di luar rumah demi menekan penyebaran virus corona di Indonesia. “Saatnya kita kerja di rumah, belajar di rumah, ibadah di rumah,”  ujar Jokowi dalam konferensi pers di Istana Bogor, Jawa barat Minggu (15/3/2020).

Jokowi meminta masyrakat untuk melakukan sosial distancing untuk mencegah peyebaran virus covid-19.Namun upaya ini tidak sepenuhnya di pahami oleh seluruh masyrakat Indonesia sebagai strategi penekanan terhadap penyeberan virus yang sangat pesat.

Sejak di berlakukannya sosial distancing memberi dampak bagi dunia pendidikan di Indonesia.Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mendukung kebijakan yang di tetapkan oleh pemerintah daerah utuk meliburkan sekolah karena situasi yang sangat mengkhawatirkan

“Dampak penyebaran Covid-19 akan berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Kami mendukung kebijakan meliburkan sekolah,” tutur Nadiem pada Minggu (15/3/2020).

BACA JUGA : Pembangunan 10 Gedung Baru Dimulai, UIN Antasari Makin Moncer

Dari situasi ini dan negara yang kena dampak dari sektor pendidikan berupaya mengambil kebijakan terbaik agar terlaksananya pendidikan tetap dengan kualitas terbaik, terlebih Indonesia. Tantangan nyata yang di hadapi negara kita dalam sektor pendidikan dan harus segera dicarikan solusinya adalah:

(1) tidak meratanya teknologi di sekolah tiap-tiap wilayah, (2) guru yang kurang paham akan teknologi atau gaptek, (3) keterbatasan akses teknologi seperti jaringan, alat, bahkan kouta yang tidak terpenuhi, (4) hubungan guru dengan orang tua siswa dalam metode daring, karena selain guru yang gaptek orang tua sekalipun banyak belum memahami akan teknologi.

Dari ke empat dampak di atas menjadi catatan untuk dunia pendidikan kita yang harus mengejar ketertinggalan dan keterlambatan dalam konsepsi metode pembelajaran berbasis daring (online).

Dan dapat d tarik kesimpulan bahwa masih banyak guru yang belum memenuhi kompetensi dalam dunia pendidikan di era 4.0. Dan yang menjadi harapan terbesar di masa mendatang adalah hadirnya seorang guru yang memang layak dan memenuhi kompetensinya terlebih di era yang serba canggih ini. Seminimal mungkin seorang guru harus menguasai dan memiliki alat teknologi berupa laptop dan sebagainya.

Terlepas dari itu semua seorang guru juga di harapkan mampu memberikan pendidikan bukan hanya sebuah pembelajaran, seorang guru juga di harapkan mampu mencetak generasi yang memiliki pola pikir berkemajuan.sekolah tidak untuk mencari kerja namun dengan sekolah kita mampu menciptakan lapangan pekerjaan.

Kembali ke permasalahan di atas di tengah wabah pandemi Covid-19 ini harusnya menjadi perhatian yang lebih dari sektor pendidikan dan opini ini saya harapkan akan sampai kepada bapa menteri Nadiem Makarim untuk lebih melihat keluh kesah guru dan siswa-siswi di sekolah. jangan hanya menuntut guru untuk kerja profesional tanpa ada rewards dan fasilitas yang sesuai dari pemerintah.

Dampak lain yang kita rasakan dari ketidak pahaman guru terhadap teknologi adalah semua menjadi di bebankan kepada siswa baik berupa tugas yang sangat banyak dan metode pembelajaran yang tidak jelas outputnya selain hanya untuk meberikan siswa nilai dan sekedar memenuhi kewajiban sebagai seorang guru.

BACA JUGA : Antisipasi Pandemic Corona, Sebagian Kampus di Banjarmasin Tiadakan Kuliah Tatap Muka

Seharusnya pembelajaran melalui metode daring (online) bisa menjadi sangat efektif asalkan guru mengerti dan paham metode tersebut.Padahal pembelajaran secara daring (online) bukan membebani siswa dengan tugas yang bertumpuk setiap harinya.

Pembelajaran secara online seharusnya mendorong siswa agar menjadi lebih kreatif dan mengakses sebanyak mungkin ilmu pengetahuan dan menjadi siswa sebagai pelajar yang luas dan dalam akan keilmuan yang mereka miliki.

Dari tantangan ini kita harus berani berbenah agar menciptakan dunia pendidikan yang sesuai dengan harapan kita bersama.

Jangan jadikan sekolah hanya untuk mencetak generasi yang feodal, tapi jadikan lah sekolah untuk mencetak generasi yang memiliki daya kritis yang kuat. Setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru, dan setiap buku adalah ilmu. (jejakrekam)

Penulis adalah Gubernur Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari Banjarmasin

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.