Adanya Penolakan Bukti Edukasi Covid-19 Belum Merata di Tengah Masyarakat

0

PANDEMI virus Corona (Covid-19) menjelma menjadi histeria publik. Fenomena yang terjadi seperti tenaga medis yang ditolak warga setempat untuk kembali ke rumahnya, sampai penolakan jenazah Covid-19 atau pendirian rumah karantina di dekat pemukiman warga.

DI KOTA Banjarmasin, tercatat dua kali penolakan warga atas pendirian rumah karantina. Pertama, rencana Balai Diklat BKD Kota Banjarmasin yang berada Komplek Kayutangi II, Kelurahan Pangeran, dialihfungsikan menjadi rumah karantina, ditolak oleh warga setempat. Alasannya, dekat pemukiman mereka dan takut orang dalam pemantauan (ODP) Covid-19 berkeliaran.

Kemudian, Gedung BTIKP Provinsi Kalimantan Selatan di Jalan Perdagangan, Kelurahan Kuin Utara, walau terbilang strategis dan jauh dari pemukiman tetap saja ada suara kontra.

BACA : Sempat Ditolak Warga, Gedung BTIKP Akhirnya Tetap Dijadikan Rumah Karantina ODP Covid-19

Alasan warga Komplek Bumi Indah Lestari 2 tidak ingin akses jalan kompleks jadi perlintasan ambulance membawa ODP Covid-19 menuju rumah karantina.

Fenomena ini dinilai psikolog Universitas Muhammadiyah Banjarmasin (UMB) Ceria Hermina, makin membuktikan jika masyarakat belum memahami kondisi saat ini.

“Sehingga ada pengabaian, kemudian kecemasan yang berlebihan, atau juga dia semacam tidak ingin tahu,” ucap Ceria Hermina kepada jejakrekam.com, Rabu (15/4/2020).

Psikolog jebolan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta ini mengungkapkan, keterbukaan informasi dan sosialisasi dari pemerintah sangat penting pada kasus tersebut. Inilah pentingnya untuk mengelorakan kembali edukasi yang benar terhadap kasus virus Corona atau Covid-19.

BACA JUGA : Ditolak Warga Kayutangi II, Rumah Karantina ODP Covid-19 Dibatalkan

“Mereka masih kurang informasi terkait rumah karantina ini. Mereka cemas dan beranggapan, kenapa kawasan mereka dianggap tempat karantina. Padahalsudah ada standar operasional prosedur (SOP) masing-masing,” ujar Ceria.

Menurut dia, peran serta dari pemerintah dan seluruh masyarakat serta berbagai aspek lainnya sangat dibutuhkan agar stigma buruk terhadap orang terpapar Covid-19 tidak berlanjut.(jejakrekam)

Penulis M Syaiful Riki
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.