Rejeki Takkan ke Mana

0

Oleh: Almin Hatta

Kekayaan atau kemiskinan bukan semata soal banyak sedikitnya rejeki yang dilimpahkan Tuhan, melainkan juga sebagai ujian kepada yang bersangkutan.”

SUATU ketika muncul keraguan di hati Imam Zahid tentang kebenaran ajaran yang mengatakan bahwa semua rejeki itu datangnya dari Tuhan Yang Maha Kaya, bukan dari penguasa yang mengatur negara, bukan pula datang dari pengusaha yang tiap bulan membayar gaji segenap karyawannya.

KERAGUAN Imam Zahid itu berasal dari pengamatannya terhadap orang-orang di sekitarnya. Ia menyaksikan ada orang yang kerjanya santai-santai saja, tapi dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah kaya raya. Sebaliknya, banyak orang yang bekerja keras siang malam tapi selalu saja hidup dalam kekurangan.

Imam Zahid sebenarnya sempat berpikir bahwa itulah kebesaran Tuhan. Itulah bukti nyata bahwa setiap butir rejeki Dia-lah yang mengatur dan menentukannya. Artinya, sekeras apa pun orang bekerja, jika Dia tak mengucurkan rejekinya maka semuanya akan sia-sia saja. Orang tersebut tak akan pernah kaya. Sebaliknya, semalas apa pun seseorang, bisa saja mendadak jadi kaya jika Tuhan mencurahkan segunung rejeki kepadanya melalui cara tak terduga.

BACA : Ilmuwan Sejati

Hanya saja, Imam Zahid kemudian berpikir bahwa jika demikian kenyataaanya, maka Tuhan tidak adil. Masa mengucurkan sedemikian banyak rejeki kepada orang yang malas, dan sebaliknya hanya meneteskan sedikit rejeki kepada mereka yang sudah bekerja keras. Padahal, ia sangat yakin bahwa Tuhan Maha Adil dan Maha Bijaksana!

Penasaran, Imam Zahid pun mengasingkan diri ke dalam sebuah gua di puncak gunung yang tak pernah dijamah manusia. Ia sengaja tak membawa bekal apa pun jua. “Aku ingin tahu bagaimana caranya Tuhan memberiku makan di tempat yang tak dikenal orang. Aku ingin tahu bagaimana rejeki dikucurkan Tuhan ketika di tempat itu cuma ada aku seorang,” ujarnya kepada dirinya sendiri sambil rebahan di lantai gua yang dingin dan tak lama kemudian ia sudah ketiduran.

Seperti diceritakan Ahmad Najieh dalam bukunya bertajuk “50 Kisah Nyata”, tak lama kemudian muncul serombongan kafilah dagang yang tersesat. Bersamaan itu muncul hujan deras, maka kafilah itu pun berteduh ke dalam gua dan tentu saja mereka melihat Iman Zahid yang tidur pulas sendirian. Sang Iman sendiri sebenarnya tahu ada banyak orang yang datang, tapi ia tak membuka matanya dan pura-pura tidur saja.

BACA JUGA : Serpihan Surga

Beberapa orang dari kafilah dagang itu kemudian mencoba membangunkannya, tapi Imam Zahid tak membuka matanya apalagi bersuara. Maka para pedagang kaya raya itu menduga bahwa orang sebatang kara itu sudah sangat kelelahan karena didera kelaparan. Mereka lalu menyodorkan makanan dan minuman ke mulutnya, tapi Imam Zahid tetap diam. Dugaan para pedagang itu pun semakin kuat, orang itu diyakini sudah sekarat sehingga hidungnya pun tak mampu lagi membaui aroma makanan yang disodorkan.

Mereka lalu sepakat membuka paksa mulutnya dan memasukkan sepotong roti plus beberapa tetes minuman. Diperlakukan sedemikian rupa, Imam Zahid pun tak mampu lagi menahan tawanya. “Aku sebenarnya tak apa-apa, tidak kelaparan seperti yang kalian duga. Aku cuma ingin mengetahui bagaimana caranya Tuhan memberikan rejeki kepada setiap hamba-Nya di mana pun berada,” ujarnya.

Begitulah, rejeki dari Tuhan Yang Maha Kaya selalu dilimpahkan kepada siapa saja dan dengan cara yang tak bisa diduga apalagi direkayasa. Rejeki bisa berupa imbalan dari pekerjaan, bisa juga muncul begitu saja tanpa kita tahu kenapa harus demikian.

BACA LAGI : Hidup Ini Indah

Bahwa rejeki orang per orang tak sama banyaknya, itulah pertanda nyata bahwa Tuhan Maha Menentukan Segalanya. Rejeki tak selalu selaras dengan kerja keras atau kemalasan seseorang. Soalnya, kekayaan atau kemiskinan bukan semata soal banyak sedikitnya rejeki yang dilimpahkan Tuhan, melainkan juga sebagai ujian kepada yang bersangkutan: mampukah si kaya tetap bersikap biasa dan membagi kekayaannya kepada mereka yang tak berpunya? Dan, sanggupkah di miskin mensyukuri keberadaannya yang papa dengan tetap mengingat kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa?(jejakrekam)

Penulis Almin Hatta
Editor Almin Hatta

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.