Situasi Politik Ekonomi Dunia, Pengaruhi Tingkat Ekspor Kelapa Sawit

0

MEMASUKI tahun 2020, Industri kelapa sawit tanah air menunjukkan sinyal positif, pasalnya harga Crude palm oil (CPO) naik.

KETUA umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalimantan Selatan Eddy S Binti harga CPO Cif Rotterdam pada awal tahun 2020 adalah USD 830/ton, atau naik USD 43 Pada Desember 2019 dengan harga USD 787 per ton.

“Harga yang baik ini diharapkan akan menjadi penyemangat bagi pekebun dan perusahaan perkebunan untuk memelihara kebun dengan lebih baik agar mendapatkan produktivitas yang tertinggi,” kata Eddy kepada jejakrekam.com, Sabtu (4/4/2020).

BACA : Dubes RI di Belanda Bahas Kelapa Sawit bersama Parlemen Belanda

Dia menuturkan produksi CPO nasional pada bulan Januari 2020 sebesar 3.48 juta ton sedikit mengalami kenaikan dibandingkan produksi bulan Desember tahun 2019 dengan 3,45 juta ton.

“Konsumsi domestik juga sedikit naik dari 1,45 juta ton menjadi 1,47 juta ton atau sebesar +1,8% sementara ekspor turun cukup banyak yaitu dari 3,72 juta ton menjadi hanya 2,39 juta ton atau sebesar 35,6%,” kata dia.

Eddy mengatakan penurunan ekspor terjadi pada CPO, PKO, biodiesel, sementara ekspor oleokimia naik dengan 22,9%.

BACA JUGA : GAPKI : Kontestan Politik Harus Perjuangkan Kelapa Sawit

“Penurunan ekspor terjadi hampir ke semua negara tujuan yaitu ke China turun 381 ribu ton atau sebesar 57%, ke Uni Eropa turun 188 ribu ton turun 30%, ke India turun 22 % sebesar 141 ribu, dan ke Amerika Serikat turun 64% seberar 129 ribu, sementara itu ekspor ke Bangladesh naik cukup drastis sebesar 52% dengan 40 ribu ton,” ungkap dia.

Eddy menduga penurunan ekspor yang cukup drastis dalam bulan Januari kemungkinan karena masih tersedianya stock di negara-negara importir utama, atau importir menunggu respon pasar terhadap program B30 yang diterapkan Indonesia.

Selain negara tujuan ekspor masih memiliki ketersediaan stok CPO, Eddy menyebut situasi politik-ekonomi dunia akhir-akhir ini dan harga minyak bumi yang tidak menentu karena ketidak sepakatan antara OPEC dengan Rusia.

BACA LAGI : Dampak Sosial Budaya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Batola

“Terjadinya pandemik corona yang melanda hampir keseluruh dunia, menyebabkan perlambatan kegiatan ekonomi global yang berakibat pada penurunan konsumsi minyak nabati terutama minyak nabati yang diimpor,” timpal dia.

Dia mengatakan Pandemi Covid-19 dikhawatirkan akan terjadi hingga lebaran atau hingga Juni mendatang.

“Sementara banyak pakar dunia memperkirakan puncak pandemik corona akan terjadi pada sekitar bulan Mei-Juni. Situasi ini dikhawatirkan akan menekan harga minyak nabati termasuk minyak sawit,” tutup Eddy S Binti.(jejakrekam)

Penulis Husaini
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.