DPRD Kalsel Bingung Soal Keberadaan 2.400 Rapid Test

0

KEBERADAAN alat pendeteksi positif atau tidak terpapar virus Corona melalui rapid test (tes cepat), ditelusuri Komisi IV DPRD Kalimantan Selatan. Ini karena alat pedeteksi itu merupakan bantuan dari pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan.

KETUA Komisi IV DPRD Kalsel HM Lutfi Saifuddin mengaku bingung di mana keberadaan 2.400 rapid tes yang didrop pemerintah pusat itu.

“Kami yang ada di dewan saja bingung, apalagi masyarakat biasa. Kan, kita sudah punya 2.400 rapid tes, dimana keberadaan barang itu” cecar Lutfi Saifuddin dalam rapat dengar pendapat dengan Tim Gugus Tugas Pencegahan, Pengendalian dan Penanangan (P3) Covid-19 Kalsel di DPRD Kalsel, Banjarmasn, Senin (30/3/2020).

BACA : Pejabat Utama Polda Kalsel Lakukan Rapid Test

Sesuai fungsinya, Lutfi meminta agar alat deteksi lewat uji sampel darah itu bisa difokuskan bagi orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP), sehingga bisa diketahui positif atau tidaknya terjangkit virus Corona.

“Nah, kalau sudah positif, langsung dirawat di rumah sakit rujukan dan berlakukan standar operasional prosedur, seperti pengisolasian. Kalau ternyata negatif, ditangani seperti biasa,” cecar politisi Gerindra ini.

Lantas kemana alat rapid test itu? Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalsel HM Muslim menjawab 2.400 rapid test itu telah didistribusikan ke 13 kabupaten dan kota dilengkapi tanda terima, usai diserahkan oleh Kemenkes.

“Sebenarnya, rapid tes ini kurang akurat, karena keberhasilannya hanya di kisaran 60 persen untuk mendeteksi positif atau tidak terjangkit Covid-19,” ucap Muslim.

BACA JUGA : Mempersiapkan Tes Cepat dalam Penemuan Kasus

Agar lebih sahih lagi, Muslim mengatakan maka sampel darah, lendir (slab) dan lainnya harus diperiksa di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kemenkes di Jakarta.

Ia merangkan drop rapid test itu tiba di Kalsel pada Kamis (26/3/2020) siang, karena tergolong baru dibutuhkan simulasi atau latihan bagi petugas yang menggunakannya.

“Makanya, kami kumpulkan ahli laboratorium seperti ahli mikrobiologi di RSUD Ulin dan Laboratorium Kesehatan untuk melatih para petugas pada Jumat (27/3/2020),” ucapnya.

Menurut Muslim, penggunaan rapid test harus hati-hati, karena mengambil sampel darah orang yang diduga ada virus Corona.

“Makanya, kami memetakan sasaran yang dilakukan petugas berkompeten di kabupaten dan kota. Pada Sabtu dan Minggu (28-29 Maret 2020), dilakukan pemeriksaan, ada 15 orang yang hasilnya negatif,” paparnya.(jejakrekam)

Penulis Ipik Gandamana
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.