Abhaya

0

Oleh: Almin Hatta

ANUGERAH terbesar bagi perorangan atau bangsa ialah abhaya, ketidaktakutan, bukan keberanian jasmani semata, tetapi tidak adanya ketakutan dalam alam pikiran – Jawaharlal Nehru.

MAKA, anugerah terbesar dari gerakan reformasi yang dipelopori kalangan mahasiswa Indonesia beberapa tahun silam bukanlah tumbangnya pemerintahan rezim Soeharto yang sangat berkuasa selama 32 tahun. Bukan pula lengsernya Presiden Habibie yang memerintah cuma seumur jagung, atau kembalinya Presiden Gus Dur dari Istana Merdeka ke Istana Rakyat di Ciganjur. Bahkan, bukan pula naiknya Megawati Soekarnoputri sebagai presiden wanita pertama di negeri kepulauan ini.

Bunga terindah dari gerakan reformasi adalah tumbuhnya keberanian segenap anak bangsa tampil ke depan, untuk menyampaikan aspirasi dan seluruh unek-unek serta harapannya, tanpa sungkan-sungkan.

Gerakan reformasi tidak cuma sukses menyemaikan benih perlawanan terhadap kediktatoran dan penyimpangan, tapi juga berhasil membuahkan sikap peka dan kritis terhadap segenap ketidakberesan. Gerakan reformasi bahkan berhasil memanen sikap percaya diri seluruh lapisan masyarakat dari pegunungan hingga pesisir lautan.

Karena itulah setiap dibuka kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya melalui diskusi, seminar, poling, dan interaksi, segenap masyarakat dengan bebas merdeka menyampaikan sikapnya. Rakyat kecil sekali pun dengan gagah berani menyatakan berbeda pendapat dari petinggi negeri. Bahkan tak segan-segan menuntut pejabat yang dinilai tak beres kerjanya agar turun saja dari singgasananya.

Karena itu pula rakyat bisa dengan gagah berani menggelar aksi unjuk rasa, menyoal ketidakberesan sistem upah di perusahaan tempat mereka bekerja. Massa rakyat bahkan dengan lantang menolak Omnibus Law yang diyakini akan membuat buruh dan para pekerja jadi galau.

Massa rakyat juga bisa dengan lantang mengungkapkan penyelewengan, meski untuk itu mereka harus berhadapan dengan ancaman diseret ke pengadilan, dengan tudingan mencemarkan nama baik si tuan fulan.

Reformasi dengan demikian telah berhasil mengajarkan kepada segenap rakyat yang sekian lama diam, untuk kembali bicara dengan kata-kata dan bahkan kalau perlu dengan tindakan nyata. Reformasi dengan demikian telah sukses memberangus, bahkan membunuh, ketakutan sebuah bangsa yang sempat sekian lama bungkam seribu basa. Reformasi dengan demikian telah teramat berhasil menumbuhkan sikap ksatria: Katakan yang salah itu salah dan yang benar itu benar!

Reformasi ternyata telah menumbuhkan keberanian kita semua untuk menyatakan apa adanya, keberanian bagi kita semua untuk meluruskan penyimpangan, keberanian siapa saja untuk berkata “tidak” jika memang dia tak sependapat.

Abhaya, kata Nehru. Pemimpin besar dari India itu menegaskan, anugerah terbesar bagi perorangan atau pun sebuah bangsa adalah tiadanya ketakutan. “Bukan cuma keberanian jasmani semata. Tetapi juga abhaya, yakni tidak adanya ketakutan dalam alam pikiran,” ujarnya.

Agaknya, itu pula yang membuat rakyat Indonesia sekarang ini tenang-tenang saja di tengah teror virus corona yang sudah merenggut ribuan nyawa di seluruh penjuru dunia.(jejakrekam)

Editor Almin Hatta

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.