Pembaruan Religiusitas oleh Abah Guru Sekumpul

0

Oleh : Humaidy Ibnu Sami

DALAM suasana Haul Abah Guru Sekumpul, ada baiknya kita mencoba menelisik peran ulama ini dalam memperbaharui religiusitas masyarakat Banjar. Walaupun mungkin tidak pada tataran konsep atau pemikiran tapi hanya pada tataran amaliyah atau praxis keagamaan.

SEPANJANG pengetahuan saya, setidaknya ada 5  pembaharuan religiusitas yang dilakukan Abah Guru Sekumpul. Pertama, beliau telah melakukan pembaharuan dalam bentuk membangkitkan kembali Mangaji Baduduk (Majelis) sebagai jenis pendidikan non formal yang hampir tenggelam karena diserbu oleh lembaga pendidikan formal dan semi-formal seperti pesantren, madrasah dan sekolah.

Majelis pengajian di Sekumpul, Martapura yang massal dan kolosal, kemudian telah menjalar dan menumbuhkan banyak majlis di mana-mana bak cendawan berkembang di musim hujan. Majelis atau Mangaji Baduduk kembali digandrungi oleh masyarakat Banjar menyaingi lembaga-lembaga pendidikan formal dan semi-formal. Beliau sepertinya merevitalisasi Mangaji Baduduk yang pernah ditradisikan Datu Kalampayan (Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari), di Kampung Dalam Pagar, Martapura.

BACA : Haul Abah Guru Sekumpul: Memuliakan Guru, Maasi Papadahan Sidin

Kedua, beliau memperbaharui ritual sehabis setiap salat fardu seusai membaca wirid dan doa, yang asalnya berdiam merenung atau tafakkur diganti dengan membaca rabbighfirli wa lidayya 7 kali, Allahummaghfir lil mu’minin 10 kali, Ya Allahu biha 3 kali, lailaha illallah 3 kali, Muhammadarrasulullah Saw 1 kali, di tambah fi kulli lamhatin 3 kali, jazallah 3 kali dan Allahumma barik li fil maut wa fima ba’dal maut 3 kali.

Kemudian, dalam shalat sunat Hajat, sehabis fatihah pada rakaat pertama beliau menganjurkan membaca Ayat Kursi dan pada rakaat kedua sehabis fatihah membaca Ayat Amanar Rasul. Dahulu lazimnya yang dibaca sehabis fatihah adalah membaca surah Al-Kafirun 11 kali untuk rakaat pertama dan surah Al-Ikhlas 11 kali untuk rakaat kedua.

Ketiga, beliau memperbaharui seni membaca Maulid Nabi Muhammad Saw. Jika sebelumnya orang bermaulid memakai Syaraful Anam, Barjanzi karya Sayyid Ja’far Al-Barjanzi, Diba’i karya Syekh Abdurrahman Ad-Diba’i dan Al-Burdah karya Imam Busyiri, beliau menggesernya lebih membaca Simtud Durar atau Al-Habsyi karya Habib Ali Al-Habsyi. Kebetulan beliau mempunyai suara merdu dan sangat pandai ilmu ‘Arudl hingga beliau banyak melahirkan dan menciptakan lagu-lagu maulid yang asyik dan indah. Beliau juga, kemudian mengkombinasikan antara syair-syair Al-Habsyi dan Syaraful Anam, Barjanzi, Diba’i dan Burdah hingga menjadi sangat menarik.

BACA JUGA : Manaqib Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al Banjary

Tidak salah, jika Emha Ainun Najib, Habib Syekh dan banyak lagi penyanyi qasidah meminjam dan meniru lagu beliau. Dengan modal suara beliau yang sangat bagus dan merdu maulid Al-Habsyi menjadi digemari. Bermunculan banyak kelompok maulid habsyi, di wilayah Kalimantan Selatan bahkan menular sampai ke provinsi Kalimantan yang lain. Bukan hanya sampai di situ, beliau juga yang pertama kali menghidupkan kembali pembacaan maulid diiringi dengan irama musik bahkan tidak hanya tepukan terbang dan gendang juga alat musik lain seperti mandolin, biola, gitar, akurdion, organ dan piano.

Keempat, beliau juga memperbaharui Tarekat Sammaniyah dengan melakukan penyederhanaan doktrin dan tatacara bertarekat, tidak serumit yang tertera di dalam kitab Hidayatus Salikin dan Siyarus Salikin karya Syekh Abdussamad Al-Falembani. Dalam bai’ah masuk tarekat Sammaniyah bisa beliau lakukan secara massal dengan syarat mudah. Demikian juga, dalam memberikan ijazah bisa secara massal pula. Hanya seorang Mursyid yang berada pada maqam tertinggi dari tarekat Sammaniyah saja, yang memiliki otoritas dan wewenang menyelenggarakan baiat dan pemberian ijasah kepada murid-muridnya dengan sederhana.

Kemudian, jumlah bacaan zikir untuk pemula atau awam yang biasanya 100 sampai 300 kali beliau ganti cukup 73 kali saja. Lalu, irama gerakan kepala ketika berzikir saat membaca la kepala berada di sebelah kiri dan saat illallah kepala dihentak ke sebelah kanan beliau silahkan ganti bagaimana enaknya saja. Di tangan beliau, masuk tarekat menjadi sangat mudah, sederhana dan tidak memberatkan sama sekali.

Kelima, beliau juga memperbaharui pembacaan Manaqib Syekh Samman  yang dahulunya sepi hanya dibaca setahun sekali dan dihadiri hanya sedikit orang menjadi sangat rami dan dibaca hampir setiap bulan bahkan ada yang mingguan. Saat beliau hidup dan berada di Sekumpul, setiap tahun beliau menghauli Syekh Samman dengan acara besar-besaran bahkan menjadi semacam pertemuan rutin jamaah tarekat Sammaniyah sedunia.

Karena saat itu berdatangan mursyid-mursyid tarekat Sammaniyah dari berbagai daerah Nusantara dan dari berbagai belahan negara muslim di dunia. Di sana waktu itu, acara intinya adalah pembacaan Manaqib Syekh Samman di tengah ribuan jamaah.

Demikian butir-butir pembaharuan Abah Guru Sakumpul yang sempat saya telusuri. Semoga bermanfaat bagi kita semua.(jejakrekam)

Penulis adalah Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari Banjarmasin

Peneliti Senior LK3 Banjarmasin

Pencarian populer:Syarat masuk tarekat Sammaniyah,bacaan dzikir sammaniyah guru sekumpul,tarikat samaniyah guru kalampayan

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.