Deni Erwin Setia Layani Lansia

0

DENI Erwin lahir di Pagatan pada 35 tahun yang lalu. Deni, begitu Ia kerap disapa, hanyalah lelaki yang suka menyapa para lansia di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

MINGGU (23/2/2020) di rumah Marfuah di Desa Ringkit Kecamatan Kuranji. Deni menyapa Nenek berusia 78 tahun itu. Deni rupanya sedang melepas rindu. Setahun lamanya ia tak bersua dengan Marfuah.

Nenek yang kini hidup sendiri di sebuah rumah kayu, sumbangsih para tetangga. Hobi Deni berceloteh rupanya mampu membuahkan keceriaan. Alhasil, Marfuah senantiasa tergelak tertawa.

Bukan tanpa alasan Deni semangat memberikan perhatian untuk para lansia. Sejak kecil ia dirawat dan dibesarkan oleh sang nenek dan bibinya.

Perjuangan hidup yang cukup keras dilalui Deni sejak ia kelas 4 SD. Akibat terlilit hutang rentenir, orang tuanya pergi meninggalkannya sendiri. Hingga sang nenek sakit, akhirnya Deni kecil berganti merawatnya. “Setiap saya melihat ada lansia yang hidup sendiri, saya teringat nenek dan perjuangannya,” kenang Deni.

Deni kecil harus bekerja keras untuk hidup. Sejak di bangku SMP, Ia membantu bibinya berjualan jajanan. Keterbatasan juga membuatnya terpaksa tak melanjutkan sekolah ke jenjang SLTA. “Tak mampu bayar biaya daftar ulang,” ungkapnya.

Di tahun 2000 Deni bekerja di sebuah toko dengan upah Rp 225 ribu per bulan. Sorenya, Ia kembali membantu bibinya berjualan. Begitu ia lalui bertahun-tahun. Deni mengaku melakukan apa saja untuk bekerja. Berjualan kue, jadi tukang ojek. Apapun ia lakoni.

Hal itu rupanya menjadikannya seorang pekerja keras. Hingga suatu waktu di bulan puasa seorang dermawan menitipkan beberapa paket beras untuk diantarkan ke rumah anak yatim. Sejak itu, Deni kerap menerima permintaan untuk mendistribusikan bantuan.

Hingga akhirnya di tahun 2019 Deni bergabung dengan MRI Tanah Bumbu. Bersama MRI, Deni Erwin makin menajamkan nasibnya di dunia kerelawanan. Para lansia, anak yatim dan bahkan orang terlantar, tak luput dari sapanya.

Deni masih sama seperti dulu. Masih hidup dalam kesederhanaan. Masih berjualan bersama bibinya. Masih menjadi tukang ojek. Namun, ia selalu menebar senyum kepada siapa saja. Terbiasa hidup susah membuatnya merasakan kesusahan hidup orang lain.

Baginya, mengalami kesulitan tak harus diratapi, tapi harus dihadapi dengan sabar. Begitulah Ia akhirnya mampu menebar tawa di setiap rumah yang dikunjunginya.(jejakrekam)

Penulis Retno Sulisetiyani
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.