Perjalanan Panjang Urang Banjar Di Riau

0

SUKU Banjar yang tinggal di beberapa kabupaten di Provinsi Riau, Sumatera, bahkan menyebar hingga ke Malaysia, merupakan anak cucu dari para penghijrah Suku Banjar di Kalimantan Selatan yang datang beberapa abad silam.

TOKOH Urang Banjar di Riau, Prof Dr Sujianto MSi menjelaskan, para leluhurnya yang berasal dari kawasan Hulu Sungai, Kalimantan Selatan, datang pertama kali ke Sumatera pada pertengahan abad ke-19 silam.

BACA : Ekspedisi Militer Belanda dan Jatuhnya Benteng Ramonia, Basis Pertahanan Pejuang Banjar

Kedatangan urang Banjar, papar Prof Sujianto, membuka kawasan pemukiman yang dinamakan Kampung Sapat, Kuala Indragiri, yang kini masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau.

“Di Desa Sapat ada ulama besar bernama Syekh Abdurrahman Siddiq Al Banjari. Beliaulah  yang dulunya membawa urang Banjar ke sana, dan terus berkembang hingga ke Sungai Luar, Sungai Piring, sampai ke Tembilahan,” kata Sujianto kepada jejakrekam.com, Sabtu (15/2/2020).

Sujianto menuturkan, kedatangan Syekh Abdurrahman Siddiq Al Banjari disambut baik oleh Kesultanan Indragiri yang berkuasa pada tempo itu. Syekh Abdurrahman Siddiq Al Banjari pun diangkat menjadi mufti Indragiri.

BACA JUGA : Menjaga Eksistensi Bahasa Banjar

Menurut Prof Sujianto, enam dari 20 kecamatan yang ada Kabupaten Tembilahan (Provinsi Riau) penduduknya mayoritas urang Banjar, dengan bahasa tutur sehari-hari Bahasa Banjar.

“Kami sekarang generasi keempat yang migrasi ke Riau. Nenek moyang kami berasal dari Hulu Sungai, seperti Nagara, Amuntai, Kalua, dan macam-macam,” jelas Wakil Rektor II Universitas Riau ini.

Dia mengungkapkan, tidak sedikit warga Banjar sekarang ini menduduki posisi strategis di Provinsi Riau. Salah satunya adalah Wakil Rektor Unri Prof Dr M Nur Mustafa, dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unri Prof Dr Sri Indarti.

Prof Sujianto menyebut, tradisi budaya Banjar seperti kuliner, wayang, mamanda hingga madihin, masih lestari hingga kini di sana. Urang Banjar pun berasimilasi dengan kebudayaan Melayu baik dari aspek ekonomi, sosial, hingga budaya.

BACA LAGI : Rumah Berornamen Banjar Sarat Nilai Luhur, Sayang Kini Kian Tersingkir

“Arsitektur Banjar seperi rumah Bubungan, dan rumah panggung, kini masih dipakai di sana,” timpal guru besar FISIP Unri ini.

Dia mengatakan, kini keturunan Banjar yang bermukim di Riau mendirikan organisasi kemasyarakatan dengan nama Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB), sebagai wadah silaturahmi antar warga Banjar di sana.

“Kegiatan macam-macam di Riau. Misalnya pada bulan Ramadhan, ada pasar wadai yang khusus menjual kue-kue khas Banjar,” pungkas Prof Sujianto.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2020/02/15/perjalanan-panjang-urang-banjar-di-riau/,suku banjar di riau,Banjar di riau,Sejarah orang banjar di riau,Suku banjar di tembilahan,Warga banjar di riau
Penulis Ahmad Husaini
Editor Almin Hatta

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.