Ekspor Kalsel Menurun Akibat Persaingan Global

0

VOLUME produk ekspor Kalsel tahun 2019 lalu mengalami penurunan dibandingkan tahun 2018. Hal ini disebabkan kerasnya persaingan global dan mahalnya biaya pengiriman produk ekspor.

MENURUT Kepala Dinas Perdagangan Kalsel H Birhasani kepada jejakrekam.com, Senin (3/2/2020), sejauh ini ada lima komoditi besar yang mendominasi ekspor Kalsel. Yakni pertambangan, kelapa sawit (CPO), kayu, karet alam, dan perikanan. “Produk UMKM juga termasuk komoditas ekspor, namun tidak terlalu besar,” katanya.

Mengenai penurunan ekspor, papar Birhasani, tidak hanya dirasakan oleh Kalsel, melainkan bersifat nasional. Artinya,  semua provinsi di negeri ini mengalami penurunan permintaan.

“Volume ekspor 2019 dibandingkan 2018, sebenarnya ekspor kita turun. Ini bukan saja dialami Kalsel tetapi secara nasional. ekspor turun,” ungkapnya.

Birhasani mengungkapkan, penyebab turunnya ekspor tergantung jenis komoditas. Untuk produk pertambangan, paparnya, sebenarnya tidak turun drastis. Tapi hanya sekitar 3 persen dibanding data Desember 2018. Penyebabnya adalah turunnya permintaan dan harga produk tambang yang menurun, sehingga para pengusaha produk pertambangan menahan diri.

BACA : Ekspor Batubara Kalsel Turun Imbas Perang Dagang Tiongkok-AS

Sedangkan untuk produk kelapa sawit, mengalami penurunan akibat adanya isu persaingan global yang mengatakan produk kelapa sawit berdampak pada lingkungan. Di sisi lain, harga kelapa sawit juga turun. Penyebab berikutnya, beberapa negara juga memproduksi produk kelapa sawit sehingga permintaan produk kelapa sawit ke Indonesia berkurang.

Untuk komoditas karet, lanjut Birhasani, penyebabnya hampir sama dengan sawit, yaitu turunnya permintaan. Pasalnya, sekarang beberapa produk yang berbahan baku karet alam tergantikan dengan sintetis menggunakan teknologi.

Kemudian untuk komoditas perikanan, penyebabnya ialah mahalnya biaya pengiriman. Beberapa pengusaha produk perikanan memilih jalan alternatif dengan mengekspor lewat laut.

Namun memakan waktu yang lama ketimbang lewat udara, sehingga berakibat turunnya kualitas produk tersebut. Pasar mintanya cepat, tetapi Kalsel tidak bisa memenuhi karena biaya pengiriman lewat udara yang mahal.

“Mudah-mudahan di tahun 2020 ini bisa membaik. Kelihatannya sudah ada peninjauan kembali dari pemerintah, khususnya ekspor melalui pesawat udara. Biaya pengirimannya sudah mulai turun,” ujarnya.(jejakrekam)

Penulis Muhammad Rifa'i (MR)
Editor Almin Hatta

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.