Paribasa Banjar; Raja Liung

0

Oleh : Noorhalis Majid

LIUNG itu berarti menghindar. Kalau raja liung, berarti ahli dalam menghindar. Ilmu selisih disebut liung. Ahli dalam mengatur agar tidak pernah ketemu, tabrakan. Selalu selisih waktu dan kesempatan, disebut raja liung. Pendek kata, pandai agar tidak bertemu satu sama lainnya.

BILA lazimnya orang berusaha ingin bertemu, membuat janji, mencari kesepakatan waktu dan tempat perjumpaan, yang ini justru menghindari agar jangan sampai bertemu. Sekalipun dicari, ditunggu, ditongkrongi, tetap mampu menghindar agar tidak bertemu.

Banyak sebab kenapa orang enggan bertemu dan memilih menghindar atau baliung. Bisa karena takut, ada sesuatu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Bisa karena malu, ada hutang yang belum mampu dibayar. Bisa pula enggan karena ada pekerjaan yang belum tuntas. Ada banyak sebab orang menghindar. Namun yang mengejar juga punya jurus jitu untuk dapat menemuinya. Bila berbagai cara akhirnya tetap sulit, tidak berhasil, maka disebut raja liung. Bentuk pengakuan yang sekaligus sindiran.

BACA : Paribasa Banjar; Tamakan Pandir

Ada kisah seorang tokoh organisasi. Waktu dia masih mahasiswa dan aktif berorganisasi, suka mendatangi para senior minta sumbangan berbagai kegiatan. Para senior selalu terbuka dan memberikan sumbangan sesui kemampuan. Waktu berputar, generasi berganti. Mahasiswa tersebut akhirnya menjadi pejabat penting di Jakarta.

Belajar dari pengalaman dia, para juniornya mengikuti. Setiap ke Jakarta, selalu mencari dia, sekadar minta tambahan uang saku untuk pulang. Namun sangat sulit menemuinya. Berbagai macam alasan disampaikan. Ditunggu di ruang tamu tempat kerjanya, keluar lewat pintu belakang. Ditunggu di rumah, dia tidak pulang, alasan rapat di kantor. Sulit bertemu dan diakui tidak ada yang pernah berhasil menemuinya, akhirnya diberi gelar raja liung.

BACA JUGA : Bahasa Banjar Kaya Sinonim Kata, Tapi Banyak yang Hilang

Ungkapan ini menyindir pada orang yang sangat sulit ditemui. Padahal setengah mati mencarinya agar urusan bisa diselesaikan dengan baik. Seribu alasan, sibuk, sedang ini, lagi itu, di luar kota, dan lain-lain, membuat tidak mungkin bisa bertemu. Sekalipun alat komunikasi sudah canggih, pakai alat pelacak, tetap sulit menemuinya.

Bukan hanya soal utang. Soal rahasia lainnya yang harus disembunyikan juga dihindari jangan sampai diketahui. Diliungakan, dibuat agar sedemikiian rupa tidak bertemu. Bisa pula sengaja tidak mau saling bertemu, mungkin karena ada permusuhan, menghindar untuk bertemu, baliung supaya kada tasampuk.

BACA LAGI : Mengukur Eksistensi Bahasa Banjar Dari Karya Sastra Hingga Karya Akademik

Daripada menjadi masalah yang tidak pernah tuntas, lebih baik hadapi dengan terbuka, selesaikan secara baik-baik, apapun konsekuensinya hadapi saja, tidak perlu menghindar, terus baliung, apalagi diberi gelar raja liung, tidak akan menyelesaikan masalah. (jejakrekam)

Penulis adalah Kepala Perwakilan Ombudsman Kalsel
Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2020/02/02/paribasa-banjar-raja-liung/

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.