PANTAUAN jejakrekam.com, di beberapa tempat di Banjarmasin, khususnya di perempatan jalan dan traffic light, terlihat pengemis, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak.
AMINAH (45 tahun) mengemis bersama anaknya yang masih balita. “Suami hanya kuli di Pasar Harum Manis. Kami memiliki empat orang anak yang masih kecil dan masih sekolah. Pendapatan suami tidak mencukupi,” katanya.
Sementara, di kawasan Sentra Antasari, banyak anak-anak yang mengemis dan menjadi pengamen. Andi, mengaku meminta-minta karena orang tuanya bekerja serabutan.
“Saudara saya banyak. Orang tua tidak mampu, sehingga kami menjadi pengemis,” katanya.
Diungkapkannya, ia tidak bersekolah karena orang tuanya tidak memiliki biaya untuk menyekolahkannya. “Tidak melanjutkan ke SMP karena tidak ada biaya,” katanya.
Sementara itu, awalnya dianggap pengemis berasal dari ketidakmampuan ekonomi sehingga orang memilih meminta-minta. Namun dalam beberapa kasus, aparat Satpol PP justru menemukan uang puluhan juga sebagai simpanan pengemis. Kemudian pada momen-momen tertentu, seperti Ramadhan, jumlah pengemis bertambah banyak.
BACA : Fenomena Supardi, Manusia Gerobak Yang Termarginalkan
Pada 2019 Dinas Sosial Kota Banjarmasin jemput bola mendata anak jalanan, pengemis dan pengamen dengan turun ke jalan. Mereka mendatangi berbagai tempat seperti di kawasan Pasar Sudimampir Raya dan Pasar Baru Banjarmasin.
Identifikasi para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) guna mendata identitas para anak jalan, khususnya soal jenjang pendidikan atau partisipasi sekolah hingga data orangtua atau wali.
“Dengan data yang valid ini, tentu lebih mudah bagi Dinas Sosial Kota Banjarmasin atau instansi terkait untuk menyalurkan bantuan. Seperti, para penerima kartu keluarga sejahtera (KSS), dan program pemerintah pusat lainnya,” ucap Cahaya, petugas pendata dari Dinas Sosial Kota Banjarmasin.
Menurut dia, sesuai data yang dihimpun, selanjutnya Dinas Sosial Kota Banjarmasin akan mendatangi rumah anak jalanan atau pengemis.
BACA JUGA : Butuh Modal, Tak Semua Pengemis Itu Dari Keluarga Tak Mampu
Sementara itu, Didi, salah seorang anak jalanan mengaku telah memberi data sesuai apa yang diketahui. Remaja yang tinggal di kawasan Kelayan, Banjarmasin Selatan ini, mengungkapkan telah putus sekolah dari bangku SD.
Ia melakoni diri sebagai anak jalan akibat kedua orangtua telah bercerai, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan cara mengamen atau mengemis.
Didi tak memungkiri kehidupan di jalanan sangat keras. Dirinya kerap dilecehkan anak jalanan lainnya yang lebih besar dan dewasa dibandingnya. “Saya sering dipukul, kalau tidak memberi uang. Bahkan, terkadang uang hasil mengamen, diambil anak jalanan lainnya,” kata Didi.(jejakrekam)