Penuhi Jalan Pramuka, Durian Pengaron Serbu Banjarmasin

0

PARA pedagang durian dadakan ramai memenuhi ruas Jalan Pramuka, Sungai Lulut, Banjarmasin. Ada belasan pedagang si raja buah ini menggelar dagangan di bahu jalan, berharap para pengguna jalan membeli dalam jumlah besar.

PASOKAN buah pun kebanyakan didatangkan dari daerah Pengaron, Kabupaten Banjar dan sekitarnya. Bahkan, ada beberapa pedagang langsung datang dari daerah penghasil menjajakan buah berduri itu dengan banting harga.

“Saat ini, musim buah durian berbarengan. Ada durian dari Kasongan (Katingan, Kalteng) dan Muara Teweh (Barito Utara). Namun, sepertinya mereka kalah bersaing dengan durian lokal Kalsel, terutama dari Pengaron,” ucap Roni kepada jejakrekam.com, Rabu (15/1/2020).

Saban hari, Roni dan kawan-kawan mendatangkan satu mobil pickup untuk mengangkut durian dari Pengaron dibawa ke Banjarmasin. Penyebaran kebanyakan berada di sepanjang Jalan Pramuka. Sebagian lagi di beberapa ruas titik kumpul warga kota.

BACA : Durian Paringin, Si Raja Buah yang Mungil Mulai Banjiri Banjarmasin

Karena panen melimpah, Roni mengakui harga durian Pengaron turun harga. Untuk ukuran kecil dibanderol seharga Rp 50 ribu per empat biji, ukuran sedang Rp 25 ribu dan besar Rp 50 ribu per biji. Terkadang, Roni juga menawarkan tiga biji ukuran besar dihargai Rp 100 ribu.

“Harga masih bisa ditawar. Kalau cocok, ada untung sedikit ya kami lepas. Karena tidak baik juga berlama-lama menahan buah durian, bisa cepat busuk,” kata pria asal Sungai Tabuk ini.

Roni mengakui saat musim panen durian, bisa merogoh uang jutaan rupiah per harinya. Menurut dia, musim durian banyak dimanfaatkan warga Sungai Tabuk dan sekitarnya menjadi pedagang dadakan.

“Kalau musim buah, ya kita jadi pedagang dadakan. Kalau tidak musim, kembali jadi kerja serabutan,” ucap Roni.

BACA JUGA : Si Bamban dari Desa Biih Dinobatkan Jadi Raja Durian

Ia bersyukur saat ini pamor durian lokal seperti Pengaron, Mandiangin dan lainnya makin terkenal dengan adanya festival durian tiap tahun. Bahkan, Roni pun mengaku bangga karena varietas lokal bisa bersaing dengan buah-buah impor atau durian asal Pulau Jawa dan Sumatera.

“Kebanyakan warga Banjarmasin lebih memilih beli durian lokal. Ya, karena sudah tahu rasa dan harganya. Dibandingkan buah dari impor, tentu lebih mahal,” ucapnya.

Menurut Roni, hampir tiap hari ada sekitar 250-500 biji durian dijajakan dirinya bersama rekannya. Tiap hari, bisa laku lebih dari separuh, karena banting harga. “Kebanyakan orang membeli untuk ukuran sedang, karena harganya masih murah. Mungkin satu bulan ke depan, durian lokal masih bertahan, sebelum nanti masa panen berakhir,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.