Bahasa Banjar Kaya Sinonim Kata, Tapi Banyak yang Hilang

0

DI tengah kesejukan rumah Noorhalis Majid yang terkesan alami, sejumlah pegiat Bahasa Banjar berdiskusi secara  mendalam tentang ungkapan Bahasa Banjar, Jum’at (11/01/2020). Diskusi berlangsung hangat.

AKADEMISI Stikip PGRI Banjarmasin Dr Ida Komalasari dalam diskusi itu mengungkapkan, secara umum tidak bisa dikotonomikan bahwa Bahasa Banjar lebih kaya ketimbang Bahasa Indonesia. Alasannya,  dari kosa kata saja maka  secara kuantitas Bahasa Indonesia lebih banyak daripada Bahasa Banjar.

“Tapi, Bahasa Banjar memang kaya akan sinonim kata, yang terkadang justru tidak ditemukan dalam Bahasa Indonesia,” katanya.

BACA : Pemertahanan Bahasa Banjar Melalui Seni Pertunjukan

Di sisi lain, papar Dr Ida, masyarakat Banjar kekinian justru mulai berkurang dalam menggunakan kosakata Bahasa Banjar, terutama Bahasa Banjar lawas. Karena itu, ia menyarankan untuk mempopulerkan kembali sejumlah kosa kata Banjar yang mulai terlupakan, sebagai bentuk kebanggan sekaligus melestarikan Bahasa Banjar.

“Warga Banjar yang madam di Tembilahan, Indragiri, hingga negeri Jiran justru masih menggunakan Bahasa Banjar lawas. Saya kira, Bahasa Banjar kita mulai berubah karena terpengaruh bahasa lain,” ujarnya.

Menurut Ida, salah satu alasan masyarakat Banjar madam tetap menggunakan Bahasa Banjar lawas karena menganggap Bahasa Banjar merupakan bahasa tutur yang santun.” Karena itu, di sana, Bahasa Banjar lestari hingga kini,” katanya.

BACA JUGA : Bahasa Banjar Zaman Dulu dan Rumah Lanting Diusulkan ke Kemendikbud

Doktor jebolan Universitas Negeri Malang ini menyebut, kebijakan pemerintah dalam melestarikan Bahasa Banjar mutlak diperlukan. Salah satunya adalah memberikan ruang kepada seni tutur Banjar di ruang publik dan feedback kepada seniman seperti Palamutan dan sastrawan Banjar.

Sedangkan Noorhalis Majid menuturkan, sejauh ini sudah banyak ungkapan dan adagium Banjar yang  perlahan-lahan menghilang lantaran kurang populer di kalangan generasi muda.

“Contoh ‘manimpakul’. Ttimpakulnya saja,  generasi sekarang banyak yang tidak pernah melihatnya. Apalagi ungkapannya. Oleh karena itu, kita sekarang mulai mengumpulkan ungkapan Bahasa Banjar yang mulai ditinggalkan itu,” kata Ketua Ombudsman Perwakilan Kalsel ini.

Majid  berencana, setelah terhimpun, maka kosa kata Banjar lawas yang sudah jarang dipergunakan dalam percakapan sehari-hari  itu akan dibukukan. Terutama mengenai istilah-istilah dalam Bahasa Banjar, sebagai upaya pelestarian bahasa lokal.

BACA LAGI : Mengukur Eksistensi Bahasa Banjar Dari Karya Sastra Hingga Karya Akademik

Bagi Majid,  pemangku kebijakan harus ada terobosan untuk melestarikan Bahasa Banjar,  termasuk riset dan diskusi secara berkala.

Sementara itu, antropolog ULM Nasrullah berpendapat, persoalan baru yang dihadapi Bahasa Banjar adalah istilah asing yang belum ada pandanannya yang tepat dalam Bahasa Banjar yang tepat.

“Misalnya apa bahasa Banjar untuk Wifi, kuota, dan sinyal. Tetuha kita dulu melokalisasikan istilah asing yang mulai populer, misalnya Bakodak, dan Bahonda,” pungkas Nasrullah.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Almin Hatta

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.