SEBAGAI pendatang baru di belantika politik Banjarmasin, mantan anggota DPRD Kota Banjarbaru Sri Naida hakkul yakin bisa merebut tiket parpol pengusung untuk turut berlaga di pemilihan orang nomor 1 dan 2 di ibukota Kalimantan Selatan.
BENTUK keseriusan Sri Naida adalah telah mengajukan lamaran sebagai bakal calon walikota ke tujuh parpol yang memiliki kursi di DPRD Kota Banjarmasin. Menurut Sri Naida, ikhtiar politik ini dilakoni dirinya, karena terpanggil ada beberapa hal yang dibenahi di ibukota Kalsel ini.
“Walau sempat jadi anggota dewan di Banjarbaru, namun saya aslinya orang Banjarmasin. Sekarang telah menjadi warga Banjarmasin. Tentu, secara politik, saya punya hak untuk mencalonkan diri,” ucap Sri Naida kepada jejakrekam.com, Rabu (8/1/2020).
BACA : Ketika Sastrawan dan Budayawan Banjar Galau akan Langkanya Hayati Banua
Menurut dia, parpol yang telah dilamarnya di antaranya PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Nasdem, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan parpol lainnya.
“Sudah ada tujuh parpol yang telah saya ajukan lamaran. Segala keputusan menjadi kewenangan partai politik,” kata jebolan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Mantan Sekretaris Seknas Jokowi Kalsel ini mengakui dirinya masih tercatat sebagai kader PDIP. Bahkan, Sri Naida tercatat sebagai Wakil Ketua DPC PDIP Banjarbaru. Karena sudah pindah domisili ke Banjarmasin, Sri Naida pun mengungkapkan akan mengikuti prosedur yang berlaku di partai banteng moncong putih.
BACA JUGA : Demokrat Bebaskan Lima Bakal Calon Gaet Koalisi Pengusung
“Walau agak berat untuk mendapat parpol pengusung, tidak ada salahnya untuk melakoni ikhtiar politik. Toh, nantinya masyarakat yang akan menentukan pilihan, ketika sudah diusung menjadi calon,” ucap Sri Naida.
Di tengah pramagtisme pemilih di Banjarmasin, Sri Naida hakkul yakin masih banyak pemilih rasional yang bisa digarap. Sebagai ahli biologi, Sri Naida mengakui prihatin perubahan ekologi yang terjadi di Banjarmasin, berakibat pula pada rendahnya ketahanan lingkungan di ibukota Kalsel.
“Seperti kawasan Veteran, dulu sungai ini sangat lebar sampai 15 meter. Sekarang, tersisa hanya 2 hingga 3 meter. Sekarang, sungai ini tak bisa dialui moda transportasi seperti jukung, apalagi klotok dan lainnya. Ini harus jadi perhatian kita bersama, sebab sungai-sungai di Banjarmasin, makin lama menghilang,” tandasnya.(jejakrekam)