Mengembalikan Jati Diri Kota Banjarmasin, Mampukah (3)

0

Oleh : Subhan Syarief

KETIKA membicarakan jati diri sebuah kota, maka secara otomatis identitas kota tersebutlah yang akan tercermin pada tampilan berbagai aktivitas fisik dan non fisik sebuah kota.

BAGI Kota Banjarmasin sangat jelas bagaimana sungai dan perdagangan sangat kuat terpancar mewarnai fasade kota. Penyatuan dan saling menunjang antara objek sungai dan pasar sebagai simbol perdagangan jasa, jelas terlihat pada etelasi utama kota Banjarmasin.

Sehingga bisa tersaksikan bagaimana hampir semua pasar selalu berdekatan dengan sungai. Bahkan saling ketergantungan. Inilah keunikan yang dimiliki Kota Banjarmasin , yang sayangnya tidak terjaga dengan baik dan berkelanjutan.

BACA : Istana Sultan Banjar Mewah Karena Melimpahnya Lada

Bicara hal visi  berjati diri atau jati diri Kota Banjarmasin sangat perlu kajian lebih mendalam. Akan tetapi sebenarnya makna general yang mau disampaikan adalah lebih kepada sebuah usaha untuk mengembalikan kondisi Kota Banjarmasin seperti marwah kebahariannya.

Marwah yang menyebabkan Kota Banjarmasin pernah mencapai kejayaan diera lalu , kejayaan di bidang perdagangan jasa dengan mengandalkan sungai sebagai bagian penunjang utamanya.

Dalam hal ini, Kota Banjarmasin digagas mampu untuk kembali terformat pada bingkai kekhasan baharinya sebagai kota bergelar seribu sungai dan kota perdagangan jasa. Ya, sebuah kota yang berjati diri sebagai Kota Sungai dan Kota Perdagangan Jasa.

Sebenarnya, visi berjati diri ini dasarnya juga menjadi sangat selaras dan bisa disinergikan dengan visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Banjarmasin 2006- 2025 yang mengangankan Kota Banjarmasin sebagai Kota Sungai dan Gerbang Ekonomi Kalimantan.

Inti tujuan dari visi 2006 – 2025  tersebut jelas terlihat bahwa kota ini diinginkan untuk kembali ke masa jayanya dulu. Kejayaan ketika sungai dan perdagangan jasa nya menjadi ‘terdepan’ di kawasan Kalimantan.

BACA JUGA : Ditanam Sejak Sultan Suriansyah, Banjarmasin Pusat Lada Dunia

Sayangnya 15 tahun telah berlalu , walaupun telah dikomandani oleh tiga walikota yang berbeda ternyata arah visi tersebut belum tercapai. Sungai hanya dibenahi di daerah pusat lota , itupun hanya menyentuh bantaran sungainya. Sungainya sendiri masihlah belum tersentuh.

Sepertinya pemerintah hanya fokus benahi etelase (bantaran) sungai dengan gelontorkan  total dana bisa saja telah mencapai ratusan miliar rupiah. Begitu juga hal perdagangan jasa. Kawasan potensial seperti kawasan pusat perdagangan Kota Banjarmasin yang menyimpan potensi luar biasa tidaklah tersentuh.

Lihatlah bagaimana kondisi kawasan Sudimampir, Ujung Murung, Pasar Lima, Harum Manis, Cempaka dan Pasar Niaga dan sekitarnya yang semakin kusam, kumuh dan rapuh seolah mau lumpuh.  Sedihnya, kondisi ini seolah dibiarkan oleh Pemerintah Kota tanpa ada semangat Kuat untuk mengoptimalkan kawasan tersebut menjadi berkembang.

Padahal bagi pemimpin yang jeli dan cerdas, pasar adalah salah satu aset utama kota yang akan memicu pertumbuhan ekonomi kota dan warganya. Seharusnya menjadi perhatian utama pemimpin kota untuk dijaga , dioptimalkan dan dikembangkan supaya lebih maju lagi.

BACA LAGI : Mengembalikan Jati Diri Kota Banjarmasin, Mampukah? (1)

Dengan melakukan ‘pembiaran’ bisa diartikan pemerintah kota ‘main main’ dalam membuat atau menjalankan Visi kota Banjarmasin era 2006 – 2025. Visi yang menyatakan Kota Banjarmasin sebagai Kota Sungai dan Gerbang Ekonomi Kalimantan.

Bayangkan saja, visi menjadi Gerbang Ekonomi Kalimantan, tapi ternyata langkah kerja dan kebijakan kongkret Pemerintah Kota terkait pasar sebagai pusat perdagangan dan pusat pertumbuhan ekonomi ternyata dilakukan seadanya.

Pasar banyak yang dibiarkan tanpa mampu untuk tumbuh dan berkembang  dengan baik. Bahkan, seolah mau mati dan tidak menambah keindahan etalase kota.

BACA LAGI : Mengembalikan Jati Diri Kota Banjarmasin , Mampukah ? (2)

Ujungnya tentu muncul tanya, karena ini aneh dan sangat kontradiktif. Visi Kota adalah menjadi Gerbang Ekonomi Kalimantan , tapi sisi lain mengapa bisa dibiarkan dan tidak dicari jalan keluar untuk menata ulang kawasan pasar , terutama di pasar potensial yang ada di area Sudimampir, Ujung Murung, Pasar Lima dan berbagai kawasan sekitarnya tersebut. Bukankah pasar adalah salah satu pemicu utama perekonomian kota.(jejakrekam/bersambung)

Penulis adalah Ketua LPJK Kalimantan Selatan

Arsitek Senior di Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kalsel

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.