Ketika Kebijakan Pembangunan Abai dengan Karakteristik Kota

0

Oleh : Nanda Febryan Pratamajaya

TRADISI tahunan, ketika musim hujan datang maka Banjarmasin harus siap-siap dikepung banjir. Walau masih berskala kecil dan sedang, namun harus segera diantisipasi agar tak separah Kota Jakarta yang sudah terancam tenggelam.

ADA dua permasalahan yang paling menonjol yang berhubungan dengan sistem drainase di kota Banjarmasin. Yakni, masalah bangunan di atas lahan rawa/ tanah gambut dan rumah di bantaran atau di dalam badan sungai.

Sebagaimana diketahui pada umumnya Kota Banjarmasin terdiri atas rawa-rawa yang sebagian diuruk pada saat mendirikan bangunan di atasnya. Umumnya lagi, yang diuruk dengan tanah diambil dari pegunungan di Kalsel itu adalah bagian halaman bangunan sampai ke jalan.

BACA : Hujan Lebat Sebentar, Banjarmasin Sudah Dikepung Banjir

Sedangkan, bagian samping bangunan, ada yang diuruk, ada juga yang dibiarkan berupa rawa, tergantung dari nilai bangunan. Semakin banyak bagian yang diuruk, semakin mahal harga bangunan karena mahalnya material urukan.

Ada bangunan-bangunan tertentu, umumnya ruko-ruko mahal yang seluruh tanahnya diuruk. Demikian juga ada kompleks perumahan mahal di Jalan Achmad Yani yang menguruk seluruh areal perumahannya.

Dari segi drainase sebenarnya rawa-rawa adalah media penyimpan air yang sangat baik, perumahan yang mengurug total seluruh arealnya harus menyediakan saluran-saluran untuk sistem drainase dengan kapasitas yang harus mencukupi untuk curah hujan sesuai dengan intensitas desain.

Pada perumahan yang diuruk sebagian, jika permukaan jalan sudah diatas level pasang tertinggi, umumnya tidak menyediakan lagi saluran drainase atau saluran dengan kapasitas kecil saja.

Ini karena curah hujan sebagian besar akan mengalir ke bagian yang tidak diuruk yaitu kolong dan bagian lainnya. Namun dari segi sanitasi situasi seperti ini bukanlah lingkungan yang sehat.

BACA JUGA : Diguyur Hujan, Jalanan Banjarmasin Berubah Menjadi Sungai Dadakan

Air yang terperangkap di rawa tanpa terjadi pertukaran yang menyeluruh, merupakan media  berkembangnya penyakit, disamping gas yang keluar akibat pembusukan organik yang terendam. Apalagi umumnya lantai rumah terbuat dari papan yang bagaimanapun juga sambungansambungannya tidaklah kedap sepenuhnya.

Itulah sebabnya penyakit ISPA menduduki peringkat atas di Banjarmasin. Kolong rumah yang tertutup juga merupakan tempat bersarangnya tikus.

Satu point yang amat penting yang seharusnya menentukan arah pengembangan kota Banjarmasin, namun secara tidak disadari telah dibelokkan adalah kelebihan Banjarmasin yang secara alami terdiri dari puluhan sungai-sungai, besar dan kecil.

Banyaknya sungai yang terdapat di Kota Banjarmasin adalah anugerah yang sama sekali belum dikembangkan oleh pihak-pihak pembuat keputusan.

Kota Venesia sangat terkenal sebagai kota air yang menjadikannya kota pariwisata, dikunjungi oleh ribuan wisatawan setiap tahunnya dengan pemasukan devisa yang sangat besar.

Nusantara mempunyai Venesia dari Timur, yang belum dipoles, sehingga belum dapat dipromosikan. Kota Banjarmasin telah mempunyai infrastruktur sebagai kota sungai, yang jika dikembangkan secara konsisten akan menjadi tujuan wisata mancanegara alternatif selain Bali, Lombok, Yogyakarta, Danau Toba dan lain-lain.

BACA LAGI : Banjarmasin, Kota Sungai Dihantui Bayang Krisis Air Bersih ‘Abadi’

Sebelum sempat dikembangkan sebagai kota sungai, perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini, malah semakin menjauhkan Banjarmasin dari substansinya sebagai kota sungai dengan memusatkan pembangunan melulu pada infrastruktur darat.

Kebijakan pembangunan seakan membiarkan penghunian di bantaran dan di dalam badan sungai pada banyak sungai, terutama di pusat kota, sehingga keindahan sungai menjadi hilang sama sekali, diganti dengan pemandangan yang kumuh.

Demikian juga alokasi dana pembangunan kota Banjarmasin yang tidak seimbang antara pembangunan infrastruktur darat dan infrastruktur sungai.

Padahal jika benar-benar ingin mengembangkan kota sungai Banjarmasin, alokasi dana pembangunan infrastruktur harus seimbang, antara infrastruktur darat dan infrastruktur sungai.(jejakrekam)

Penulis adalah Ketua DPP Intakindo Kalsel

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.