Menepi Digilas Zaman, Kilau Pasar Kong yang Terus Memudar

0

KAWASAN Sudimampir seakan tak bisa dipisahkan dengan derap perekonomian Kota Banjarmasin. Dulu, di pusat perdagangan aneka barang ini sangat sibuk, namun perlahan terus meredup, bahkan sebagian pasar sudah mati suri.

TERSISA kini yang masih menggeliat hanya Pasar Ujung Murung, Pasar Sudimampir Baru dan Pasar Sudimampir Raya, Kelurahan Baru Ilir, Banjarmasin Tengah.

Tak hanya itu, kawasan ini pun di era Walikota Banjarmasin Sofyan Arpan, periode 1999-2004 pernah dibidik untuk disulap menjadi kawasan kuliner, ketika model Kya-Kya Kembang Jempun Surabaya tengah boming.

Namun, itu tinggal rencana di atas kertas. Kini, kawasan Sudimampir termasuk di dalamnya Pasar Kong, telah menepi tergilas zaman.

H Muhammad, salah satu pedagang emas di Pasar Kong Sudimampir bercerita, pasar itu dibangun sebelum Indonesia merdeka atau di masa kolonial Belanda.

“Pasar Kong dulunya merupakan sentra perdagangan emas, intan dan batu permata lainnya. Dulu, pasar ini hanya berdinding papan dan beratap daun rumbia,” ucap H Muhammad kepada jejakrekam.com, Sabtu (14/12/2019).

BACA : Banyak Pasar Tradisional di Banjarmasin Mati Suri

Pria yang kini berusia 78 tahun ini masih ingat, ketika bangunan mentereng Pasar Kong terjaga, puluhan pedagang intan, emas dan batu pertama membuka tokonya. Era kejayaan Pasar Kong itu pada tahun 1950-an hingga tahun 1980-an.  

Para pembeli pun tak hanya dari Kalimantan Selatan. Para pedagang pun berdatangan ke Pasar Kong Sudimampir, berasal dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, hingga para pemburu barang berharga dari Pulau Jawa dan Sulawesi.

“Makanya, Pasar Kong ini terkenal dengan bisnis pembelantikan intan, emas dan batu permata. Dulu berdasar cerita orangtua, Pasar Kong dan Pasar Sudimampir menggunakan atap daun rumbia atau kajang, jarang yang mengunakan bangunan permanen seperti sekarang,” tuturnya.

Ini ditambah, pada masa jayanya, Pasar Kong dan kawasan Sudimampir juga berdiri dua bioskop besar yang jadi pusat hiburan rakyat. Yakni, Mawar Theater dan berganti nama menjadi Presiden Theater dan Ria Theater.

“Pokoknya, Pasar Kong dan Pasar Sudimampir buka sampai malam, ketika masa itu. Ya, karena ada menjadi pusat hiburan malam, makanya kawasan ini pun hidup,” kata H Muhammad.

BACA JUGA : Ditarget Setor Rp 7,5 Miliar di Tengah Banyak Pasar yang Mati Suri

Ingatan Muhammad juga senada dengan Rahmatullah. Pedagang lawas di Pasar Sudimampir ingat betul dulu bioskop Mawar Theater menjadi primadona hiburan warga, terutama pada akhir pekan.

“Bioskop Mawar ini berdiri sekitar tahun 1960-an yang masih satu lokasi dengan Pasar Kong. Namun, akibat terbakar sekitar tahun 1975, akhirnya bangunan dibongkar dibangun lagi berganti nama jadi Presiden Theater. Waktu itu, bioskop ini menyuguhkan film-film berkualitas di zamannya,” katanya.

Rahmatullah pun tak memungkiri perkembangan zaman, ketika VCD bermunculan, hingga berdirinya Studio 21 di Mitra Plaza, Jalan Pangeran Antasari, turut mematikan bioskop-bioskop lokal yang ada di Kota Banjarmasin. Satu per satu tumbang, karena Studio 21 menayangkan film-film yang lebih gress.

BACA LAGI : Cerita Bioskop Ratna dan Pasar Blauran, Kenangan Tersisa Warga Banjarmasin

Baik H Muhammad maupun Rahmatullah pun berharap Pemkot Banjarmasin bisa segera memikirkan rencana peremajaan pasar-pasar yang bersejarah di ibukota Kalsel. Menurut Muhammad, jika Pasar Ujung Murung akan diremajakan, maka pasar lainnya pun harus diberlakukan sama.

“Kami mendukung rencana pemerintah kota untuk kemajuan pasar yang menjadi pusat perekonomian kota. Jangan sampai, kondisi Pasar Kong yang kian lapuk ini terus ditinggalkan para pedagang akibat sepi, dibiarkan mati dengan sendirinya,” kata H Muhammad.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2019/12/14/menepi-digilas-zaman-kilau-pasar-kong-yang-terus-memudar/
Penulis Sirajuddin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.