Ekspedisi Militer Belanda dan Jatuhnya Benteng Ramonia, Basis Pertahanan Pejuang Banjar

0

Oleh : Mansyur ‘Sammy’

BENTENG Ramonia. Benteng ini umumnya kurang dikenali dalam buku sejarah lokal Banjar. Wajar, kemudian minimnya catatan sejarah membuat kisah tentang benteng ini jarang terekspose.

PADAHAL benteng ini merupakan basis pertahanan pejuang Banjar di era Perang Banjar tahun 1859-1863. Kisah tentang Benteng Ramonia terungkap ketika ekspedisi militer Belanda secara besar-besaran dilakukan pasca tenggelamnya Kapal Onrust, 26 Desember 1859 di Sungai Barito, Muara Teweh.

Dalam upaya menaklukkan pertahanan Antasari di Hulu Barito (Gunung tongka), ekspedisi militer Belanda harus menaklukkan dua benteng yakni Batoe Putih dan Ramonia.

Begawan sejarah Banjar FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Idwar Saleh berpendapat Benteng Ramonia yang terletak di wilayah Hulu Sungai Utara (HSU). Benteng ini merupakan basis pertahanan Tumenggung Jalil, selain Benteng Tundakan. Benteng Tundakan maupun Benteng Ramonia (Tanjung Alang) tergolong pertahanan yang cukup sulit ditaklukkan.

BACA : Pembalasan Pasukan Belanda Pasca Tenggelamnya Onrust (3-Habis)

Oleh karena itu, ekspedisi atau penyerangan kedua ke Gunung Tongka yang direncanakan pada September 1861, baru terealisasi dua bulan kemudian, November 1861. Pasalnya, militer Belanda harus menaklukkan kedua benteng tersebut terlebih dahulu.

Pada versi lain, G.L.C. Tihon, dalam tulisannya “Tongka, zuid en oostkust van Borneo”, terbit tahun 1862, memaparkan letak dari benteng Ramonia terletak di wilayah Hulu Sungai Barito. Satu arah dengan wilayah Ampah, Tamiang Layang.

Benteng Ramonia berada di area anak sungai bernama Sungai Karrauw. Benteng ini adalah basis pertahanan pasukan Antasari, yang harus ditaklukkan untuk membuka akses ke Goenoeng (Gunung) Tongka.

BACA JUGA: Tenggelamnya Onrut, Kapal Modern dari Feyenoord dalam Perang Banjar (1)

Pemimpin militer tertinggi Belanda di Banjarmasin, Verspyck menunjuk Kapten Van Vloten di Ampah sebagai komandan ekspedisi untuk menaklukkan Benteng Ramonia. Untuk itu, didatangkan pasukan bantuan pimpinan Kapten De Roy van Zuijdewijn.

Ketika bantuan militer dari Kapten De Roy van Zuijdewijn tiba dengan pasukan dan artileri pada tanggal 25 September 1861, Van Vloten pun bergerak menuju Ramonia (Tandjong Allang). Pada benteng ini, terdapat dua bangunan utama. Luchtmans G Van Vloten memerintahkan Kapten Labaar untuk bergerak dengan pasukannya di sebelah kiri. Sementara, letnan Schade van Westrum harus menyeberangi sungai dengan 40 orang pasukan pendukung yang lebih kecil ke kanan.

Pada penyerangan ini, Letnan van der Hoek menerima tembakan mematikan di dada. Kemudian anggota pasukan ekspedisi van Vloten, juga meninggal dunia tertembak pasukan Antasari. Kemudian terdapat 8 luka berat dan 12 luka ringan. Sementara pasukan Antasari yang berlindung di benteng ini terus mempertahankan diri dengan sengitnya, disertai tembakan sengitnya dari lubang tembakannya di dinding benteng.

BACA LAGI : Perang Banjar di Hulu Barito dan Karamnya Onrust (2)

Setelah serangan sengit, akhirnya pasukan Antasari meninggalkan Benteng Ramonia dan benteng ini bisa diambil alih pihak pemimpin militer Belanda.

Dalam misi militer penaklukkan benteng Ramonia, anggota pasukan Belanda, Veer de Rochemont mengambil beberapa barang yang ditinggalkan Pasukan Antasari. Di antaranya bendera perang Antasari, beberapa surat, padi dan garam, tong berisi perbekalan yang sebelumnya diambil dari kapal Onrust yang ditenggelamkan Pasukan Antasari dan Surapati. Demikian dituliskan dalam majalah De gids, algemeen cultureel maandblad, Volume 30, tahun 1866.(jejakrekam)

Penulis adalah Penasihat Komunitas Historia Indonesia Chapter Kalsel

Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya (SKS2B) Kalimantan

Dosen Prodi Pendidikan Sejarah FKIP ULM Banjarmasin

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.