GELIAT sinema di Tanah Kalimantan semakin bertumbuh. Forum Sineas Banua (FSB) kembali menghelat Aruh Film Kalimantan (AFK) 2019 pada 13-15 Desember 2019 mendatang.
UNIK dibanding tahun pertama, AFK 2019 kali ini bakal angkat isu ekualitas. Sejauh ini, ekualitas secara jamak dimaknai sebagai kesamaan status, hak dan kewajiban dalam hal ekonomi, hukum, gender, kesehatan, hak asasi manusia (HAM) dan hal-hal lain yang sejatinya berlaku pada semua anggota masyarakat.
Meski demikian, di tengah persoalan ekualitas yang tak berkesudahan, AFK mencoba mendorong munculnya pemaknaan dari para seniman dan kreator Kalimantan. Gagasan itu pun direspon para pegiat film di lima provinsi Kalimantan dengan apik.
BACA : Aruh Film Kalimantan: Dirikan Layar Tancap, Intimkan Film dengan Masyarakat
Direktur AFK 2019, Ade Hidayat menuturkan antusiasme dan partisipasi peserta pada AFK tahun ini lebih tinggi dibanding perhelatan sebelumnya.
“Di tahun 2018 kami menerima 67 film, sedangkan tahun ini 77 film untuk kategori kompetisi dan non kompetisi,” ujar Ade Hidayat saat berbincang dengan jejakrekam.com, Selasa (10/12/2019).
Rencananya, Jumat (13/12/2019) besok, seremoni festival film fiksi pendek ini akan dibuka Walikota Banjarmasin Ibnu Sina di Resto Apung Siring Balai Kota. Dengan pemutaran perdana film yang mengisahkan kepahlawanan Demang Lehman, berjudul “Panglima Tanpa Kepala” karya sutradara Anggi Irfansyah.
BACA JUGA : Suguhkan 100 Film Eropa Karya Sutradara Ternama asal Benua Biru
Sementara itu, festival milik sineas lokal ini akan ditutup Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani di Kota Banjarbaru, dua hari kemudian.
Pada tahun pertama, FK menerima 67 film. Namun, gembiranya pada AFK kedua ini, ada 77 film yang dikirim peserta dari seluruh Kalimantan.
Dalam helatan AFK 2019 ini dirangkai dua program besar yakni program kompetisi dan program non-kompetisi diperuntukan bagi bagi mahasiswa dan umum dengan kategori Mandau Emas. Sedangkan, bagi para pelajar dinamakan Kategori Mandau Perak.(jejakrekam)