Menjaga Eksistensi Bahasa Banjar

0

HATMIATI Masy’ud menyatakan, bahasa Banjar harus diberi ruang untuk eksistensi sehingga bahasa daerah ini akan terus hidup di tengah masyarakat. Dimana, beragam upaya untuk melestarikan bahasa daerah, salah satunya melalui medium sosial media.

MENURUT akademisi STAI Rasyidiyah Khalidiyah ini, media sosial merupakan media yang tepat untuk melestarikan bahasa daerah, sebab pengguna sosial media mayoritas merupakan generasi milenial yang berusia 35 tahun ke bawah.

Ia menyoroti influencer mengunggah banyolan di sosmed dengan bahasa Banjar sebagai bahasa penutur, yang sedikit banyak mempopulerkan bahasa Banjar.

“Bahasa Banjar sebenarnya lebih banyak penuturnya ketimbang jumlah masyarakat Banjar itu sendiri. Bahasa Banjar merupakan bahasa pergaulan masyarakat Kalimantan dan sejumlah daerah di luar Kalimantan, seperti di Indragiri dan Tembilahan di Kepulauan Riau,” beber komisioner KPU Kalsel ini.

BACA : Pemertahanan Bahasa Banjar Melalui Seni Pertunjukan

Ia menyebut bahasa Banjar merupakan ideologi, identitas dan suatu kebanggaan bagi masyarakat Banjar.

Penerima anugerah Sastra Rancage ini mengatakan, pendatang yang bermukim di Banua akan mempelajari bahasa Banjar sebagai bahasa tutur sehari-hari, meskipun dengan logat khas.

“Menurut mereka bahasa Banjar memudahkan interaksi kepada masyarakat, bukan hanya di Kalimantan Selatan tapi juga masyarakat Kalimantan lainnya,” kata Hatmiati.

Tetapi, Hatmiati menyayangkan sedikitnya karya sastra berbahasa Banjar. “Bahasa Banjar penuturnya itu banyak, tetapi dokumentasi tulisan-tulisan yang berbahasa Banjar sedikit. Ini yang perlu kita galakkan,” katanya

Hatmiati mengimbau kepada akademisi, penulis dan sastrawan untuk berkarya dalam bahasa Banjar, agar bahasa Banjar tidak hanya dikenali sebagai bahasa tutur sehari-hari saja tapi menjadi bahasa pengantar ilmiah dan bahasa sastra.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.