Semangat Hari Pahlawan dalam Puisi di Halaman Kampus Uniska

0

SEBAGAI alumni Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary (Uniska MAB), Gubernur Kalsel Sahbirin Noor yang akrab disapa Paman Birin sangat aktif untuk membesarkan almamaternya. Buktinya, dalam rangkaian lomba baca puisi Hari Pahlawan Tingkat Provinsi Kalsel, Paman Birin menyumbangkan karya puisinya.

SAAT penutupan lomba baca puisi, Paman Birin didampingi Rektor Uniska MAB, Prof Abdul Malik serta citivitas akademika kampus itu membacakan para pemenang lomba puisi dari semua kategori di halaman kampus hijau, Jalan Adhayksa Nomor 2, Kayutangi, Banjarmasin, Selasa (19/11/2019).

Ada 67 peserta yang mengikuti lomba baca puisi, terdiri dari 45 pelajar dan 22 mahasiswa. Peserta pun melampaui ekspektasi dari panitia yang semual menargetkan hanya 20 peserta dari semua kategori.

BACA : Puisi Dua Pejuang Kalimantan Berbeda Jalan; Hassan Basry-Ibnu Hadjar

Paman Birin pun bercerita dirinya menggemari baca puisi dan sastra sejak duduk di bangku sekolah dasar. Dengan kemampuan yang diasah dari alam itu, Paman Birin pun kerap menjuarai lomba di sekolah. Hingga sewaktu masuk SMA, Paman Birin pernah menjual karya puisinya seharga Rp 22 ribu.

“Hadiah hasil dari menang baca puisi itu saya jual, dan uangnya untuk mendaftar masuk sekolah,” ucap Paman Birin.

Ia berharap pada momentum Hari Pahlawan, semua anak bangsa untuk bersatu padu dan meneladani perjuangan para kesuma bangsa yang telah berjuang memerdekakan negeri ini.  “Semangat kepahlawanan ini yang memotivasi kampus Uniska MAB menggelar lomba baca puisi,” ucap Paman Birin yang membacakan puisi karya sastrawan pejuang, Khairil Anwar dalam puisi berjudul Antara Kerawang-Bekasi.

Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Lomba Baca Puisi Hari Pahlawan Uniska MAB, Syensadikin mengungkapkan lomba baca puisi juga untuk membumikan kecintaan para pelajar dan mahasiswa terhadap sebuah karya sastra yang menjadi bagian dari budaya bangsa.

BACA JUGA : Usai Pegunungan Meratus, KSK Garap Antalogi Puisi Sayur Mayur

“Tim juri dalam menilai para peserta ini mengamati dan mempelaari penghayatan, makna, gestur serta ucapan yang jadi kriteria penilaian,” ucap Sadikin.

Ia berharap para generasi milenial yang akrab dengan dunia digital dan di tengah kemajuan teknologi informasi, bisa lebih akrab dengan karya-karya sastra, terutama puisi-puisi yang memiliki nilai pesan moral dan seni indah agar bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.(jejakrekam)

Penulis Ricky Fahriza
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.