Survei Indikator : Popularitas Nadjmi Masih Teratas, Dibayangi Aditya Ariffin
HASIL survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia terhadap peluang siapa bakal calon yang dipilih masyarakat Kota Banjarbaru jelang suksesi 2020, menempatkan calon petahana Walikota Nadjmi Adhani masih berada di urutan teratas.
SURVEI yang lembaga survei besutan Burhanuddin Muhtadi ini dilakukan pada 4-9 Oktober 2019, memposisikan sang incumbent Nadjmi Adhani masih terbilang tinggi popularitasnya di tengah masyarakat Banjarbaru.
Dalam siaran pers yang diterima jejakrekam.com, Sabtu (26/10/2019), Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan berdasar temuan survei, petahana Nadjmi Adhani merupakan tokoh dengan popularitas tinggi.
“Hampir semua pemilih tahu tentang sosok Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani sebanyak 94 persen. Disusul, mantan anggota DPR RI asal PPP, HM Aditya Mufti Ariffin yang namanya dikenal sekitar 82 persen pemilih Banjarbaru. Di posisi ketiga ada Wakil Walikota Banjarbaru Darmawan Jaya Setiawan yang cukup populer dengan kisaran 68 persen di kalangan pemilih Kota Idaman,” urai Burhanuddin Muhtadi.
BACA :Bersua dengan Surya Paloh, Nadjmi-Jaya Makin Mantap Gaet Nasdem
Dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah dan Universitas Paradimana Jakarta ini mengungkapkan nama lainnya justru popularitasnya masih rendah, secara umum masih berkisar 20 persen atau lebih rendah dari tiga nama yang ada.
Menurut Burhanuddin, selain populer, Nadjmi Adhani juga memiliki tingkat kesukaan paling tinggi di antara pemilih yang mengenal masing-nama berkisar 83 persen. Sedangkan, Darmawan Jaya Setiawan disuka 75 persen pemilih yang mengenal. Sementara, Aditya Mufti Ariffin yang juga Ketua DPW PPP Kalsel ini hanay disukai 69 persen pemilih yang mengenalnya.
“Jadi, kedua petahana ini memiliki tingkat kedisukaan yang cenderung tinggi, karena mengantongi citra kepemimpinan yang positif di mata publik. Hal ini didorong evaluasi publik atas kinerja kepemimpinan selama memimpin Banjarbaru dalam empat tahun terakhir ini bernilai positif,” papar Burhanuddin.
BACA JUGA :Ditopang 6 Kursi, Gerindra Buka Peluang Usung Walikota Nadjmi Adhani
Master riset bidang politik dari Faculty of Asian Studies (MAPS) Australian National University (ANU) mengungkapkan dari survei itu, publik menilai positif kepemimpinan Nadjmi Adhani-Darmawan Jaya Setiawan, karena dinilai cukup bersih dari praktik korupsi dan suap.
“Publik puas atas hasil kerja Nadjmi Adhani dan Darmawan Jaya Setiawan dalam mewujudkan pemerintahan yang mendengar aspirasi masyarakat (80 persen), dalam mengurangi kemiskinan (70 persen), dan dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (69 persen),” beber Burhanuddin.
Lebih spesifik, menurut dia, cukup banyak publik yang aware (sadar) dengan sejumlah program kerja Pemerintah Kota Banjarbaru. Di antara publik yang aware, mayoritas menilai program berjalan dengan baik.
Burhanuddin menyebut lima misi pembangunan yang diusung pasangan petahana ketika maju dalam pencalonan tahun 2015 yang lalu adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM, infrastruktur, perekonomian daerah, reformasi birokrasi, dan kenyamanan hidup bermasyarakat), diketahui oleh sekitar 34 persen pemilih.
“Di antara yang tahu menilai lima misi tersebut sudah dijalankan dengan baik hingga sejauh ini sebanyak 90 persen. Kemudian, program Banjarbaru bersih, hijau dan sehat diketahui oleh sekitar 53 persen, dan di antara yang tahu mayoritas menilai program sudah berjalan dengan baik atau mencapai 96 persen,” ungkap Burhanuddin.
BACA JUGA :Diuji Survei, Duet Aditya-Irwansyah Harus Tetap Melamar ke Golkar
Masih menurut dia, program peningkatan kapasitas layanan kesehatan dan pendidikan juga diketahui sekitar 49 persen warga Banjarbaru, dan di antara yang mengetahui mayoritas menilai program sudah berjalan dengan baik dengan kisaran kepuasan 91 persen.
“Program pembangunan infrastruktur perkotaan, diketahui oleh sekitar 50 persen warga, dan di antara yang mengetahui mayoritas menilai program sudah berjalan dengan baik atau berkisar 94 persen,” urai Burhanuddin.
Menurut dia, evaluasi sejumlah program lainnya bisa dilihat dalam infografis. Burhanuddin mengatakan bagi petahana, evaluasi publik atas kinerja selama menjabat merupakan hal yang sangat krusial, dan menjadi pertaruhan apakah pada saatnya nanti publik akan memberikan political reward atau punishment.
“Jadi, secara umum hingga sejauh ini, kepuasan terhadap Nadjmi Adhani terbilang sangat tinggi, sekitar 87 persenwarga puas atas kinerjanya sebagai Walikota Banjarbaru. Begitu juga terhadap Darmawan Jaya Setiawan, sekitar 87% puas atas kinerjanya sebagai Wakil Walikota Banjarbaru,” kata Burhanuddin.
BACA JUGA :Gandeng Iwansyah, Aditya Ariffin Incar Kursi Walikota Banjarbaru
Namun demikian, menurut dia, tingkat kepuasan yang tinggi tidak lantas menjamin petahana bisa kembali terpilih pada pemilu mendatang. Sementara ini, tingkat penerimaan terhadap Nadjmi Adhani untuk kembali terpilih sebagai Walikota Banjarbaru periode mendatang baru sekitar 60 pesen, cukup tinggi, tetapi jauh lebih rendah dibanding tingkat kepuasan atas kinerjanya.
“Pengalaman pilkada, calon petahana biasanya unggul jauh dari calon lain sejak jauh hari. Dan pada umumnya, dukungan terhadap petahana cenderung menurun semakin mendekati hari pemilihan, karena efek sosialisasi calon penantang. Jika mampu bertahan pada jarak yang cukup aman dengan para pesaingnya, maka peluang petahana menang pada pilkada tetap terbuka,” tegas Burhanuddin.
Menurut dia, cukup banyak kasus di mana perubahan radikal bisa terjadi, terutama di wilayah perkotaan. Ini tantangan besar bagi petahana, distribusi dukungan ke depan akan sangat tergantung dari bagaimana petahana mempertahankan kinerja dan citra positifnya di mata pemilih.
Sementara ini, kata Burhanuddin, distribusi elektoral masih berpihak kepada petahana. Dukungannya jauh melampaui calon pesaing lainnya.
“Aditya Mufti Ariffin sejauh ini merupakan calon pesaing dengan modal elektoral yang paling besar, tapi masih jauh di bawah petahana dengan selisih yang konsisten sekitar 40 persen atau lebih,” tuturnya.
Burhanuddin menganalisis pada posisi tingkat popularitas yang juga sudah tinggi, Aditya kemungkinan akan sulit memangkas jarak elektoral terhadap petahana dengan kualitas personal seperti saat ini.
“Kesenjangan popularitas antara Aditya dengan petahana tampak tidak memiliki efek elektoral yang kuat seandainya Aditya sudah sepopuler Nadjmi Adhani. Kualitas personal Aditya harus jauh lebih positif ke depan, tidak ada pilihan lain,” kata Burhanuddin.
BACA LAGI :PPP Dorong Aditya dan Jaya Maju Mencalon di Pilwali Banjarbaru
Di pihak petahana, menurut dia, kredibilitas yang dibangun melalui kinerja selama menjabat tampak beroleh hasil yang positif, paling tidak menurut persepsi publik. Bukan hal yang mudah bagi penantang untuk beroleh kemenangan melawan petahana pada situasi seperti saat ini.
“Ke depan, kegiatan sosialisasi akan semakin luas menerpa pemilih. Evaluasi terhadap kualitas calon-calon yang bersaing akan semakin kuat di kalangan pemilih,” ucapnya.
Kata Burhanuddin, jika kualitas calon ke depan tidak banyak berubah, petahana kemungkinan besar akan kembali terpilih dalam pemilu mendatang.
Tapi, menurut dia, jika sebaliknya, penantang menjadi jauh semakin positif citra personalnya dan kredibilitas petahana tidak mampu dipertahankan, maka kelompok yangmasih ragu terhadap petahana tidak akan bertahan, dan jika pengaruhnya semakin luas maka dampak negatif pada basis elektoral akan semakin besar.
“Populasi survei adalah seluruh warga negara Indonesia di Kota Banjarbaru yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yaitu yang berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan,” urainya.
Burhanuddin menjelaskan penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel sebanyak 410 responden.
“Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 410 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error — MoE) sekitar ±5% pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh kecamatan yang terdistribusi secara proporsional,” imbuhnya.(jejakrekam)