Pembalasan Pasukan Belanda Pasca Tenggelamnya Onrust (3-Habis)

Oleh : Mansyur ‘Sammy’

0

KAPAL Onrust atau Stoomschip Onrust adalah kapal Belanda yang tenggelam pada Perang Banjar, 26 Desember 1859 di Sungai Barito, Kabupaten Barito Selatan (Utara), sekarang wilayah Kalimantan Tengah. Kapal ini 160 tahun lalu, ditenggelamkan oleh laskar pejuang Tumenggung Surapati, pengikut Pangeran Antasari di wilayah Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.

KEKALAHAN itu memicu  Pemerintah Hindia Belanda pun menuntut balas. Dalam artikel de Ondergang van Onrust atau Jatuhnya Onrust dalam majalah yang terbit tahun 1860 yakni De gids: nieuwe vaderlandsche letteroefeningen. G. J. A. Beijerinck, tenggelamnya kapal van Onrust diawali dengan Pertempuran/Ekspedisi Gunung Tongka, adalah pukulan yang sangat sensitif dari Antasari ke Pemerintah Hindia Belanda dalam Perang Banjar.  Mayor GM. Verspijck, Komandan Ekspedisi Banjarmasin (1859-1863) pun marah besar.

Ini adalah bencana yang mengerikan.  Sebab, hal itu memicu kekalahan besar di Belanda dan juga menunjukkan betapa tidak bersahabatnya semangat penduduk. Pembalasan harus dihilangkan untuk saat ini, tetapi pada awal tahun berikutnya, 1860, adalah mungkin untuk melanjutkan. Ekspedisi angkatan laut dibentuk, yang terdiri dari kompi ketiga dan keenam dari batalion ketujuh Angkatan Laut Hindia Belanda, beberapa pasukan artileri.

BACA : Tenggelamnya Onrut, Kapal Modern dari Feyenoord dalam Perang Banjar (1)

Ditambah kekuatan maritim terdiri dari Boni, Suriname, sebuah barka dan 3 kapal besi. Pengkhianatan Surapati menuntut pembalasan berdarah, kata Verspyck, darah temanmu yang terbunuh hanya bisa disapu oleh darah para pembunuh

Pada 11 Februari 1860, dilakukan ekspedisi pembalasan dari Kapal Uap Celebes, Suriname dan Boni yang berakhir gagal. Buritan Kapal uap Suriname dan Boni datang ke Lontontour mendapatkan perlawanan gigih.Lontontour telah begitu diperkuat  para pemberontak sehingga mereka terpaksa kembali ke Bandjermasin dengan mengecewakan dan hanya tersisa beberapa tentara.

Dalam artikel dituliskan, pemberontak telah memiliki kesempatan untuk mempersiapkan benteng dan melengkapinya dengan 30-pon mesiu dari kapal uap tenggelam. Persenjataan ini dibawa ke darat oleh orang-orang Surapati, sehingga membuat kru Kapal Suriname kewalahan.

Kapal ini terkena bola meriam dan sampai menembus badan kapal bagian boiler. Semua isi kapal perang Onrust itu sebelum ditenggelamkan diangkut, senapan, lila, meriam dan mesiu yang kemudian digunakan Tumenggung Surapati dan Pangeran Antasari untuk menembaki kapal- kapal Belanda yang lewat.

BACA :  ‘Menggugat’ Kiprah Pangeran Antasari Di Kecamuk Perang Banjar

Karena itu, pecahlah perang Tongka Montallat yang berlangsung 27 Mei- 1  Juni 1861 disebabkan karena kekalahan Ekspedisi Onrust yang di pimpin oleh Van der Velde atas pasukan Temenggung Surapati dan Pangeran Antasari yang menimbulkan kemarahan Belanda dan memicu mereka ingin menuntut balas terhadap pasukan Pangeran Antasari dan Temenggung Surapati. Kemudian pihak Belanda juga mengetahui Pangeran Antasari dan Temenggung Surapati membangun Benteng di Tongka.

Mayor GM. Verspijck, Komandan Ekspedisi Banjarmasin (1859-1863) mengintruksikan Van Haes dan pasukannya agar menebus tetesan darah dan nyawa para Marinir Onrust yang telah tewas dengan gerakan sapu bersih terhadap Pangeran Antasari dan pasukannya serta memerintahkan bumi hangus kantong-kantong dan kampung musuh. Dan membunuh mati tanpa ampun orang Dayak atau Melayu (Banjar) yang telah ikut di dalam penenggelaman Kapal Onrust.

Akibat serangan bumi hangus yang dilakukan oleh Belanda banyak rumah-rumah yang dibakar di Lalutung Tuor, Butong, Pendreh, dan Kampung Bahan Hilir Puruk Cahu. Dan telah banyak pula menimbulkan korban jiwa diantara lain adalah Panglima Bachrun, Panglima Hujan Panas dan 5 orang lainnya yang terkena tembakan Belanda di Lalutung Tuor. Kerangka tujuh orang mayat korban di Lalutung Tuor tersebut telah di kuburkan kembali di dalam satu liang makam di Kelurahan Lanjas.

BACA LAGI : Perang Banjar di Hulu Barito dan Karamnya Onrust (2)

Sementara korban jiwa lainnya adalah keluarga Temenggung Surapati yaitu ibundanya ; Nyai Bulau dan dua orang Putrinya Nyai Santepak dan Nyai Lunyak juga turut jadi korban. Tapi pihak Belanda masih belum puas, kalau belum menangkap dan membunuh Pangeran Antasari. Mereka terus melakukan perjalanan ke Tongka dengan tujuan ingin menyerang Benteng Tongka yang merupakan tempat persembunyian Pangeran Antasari untuk menyusun kekuatan.(jejakrekam)

Penulis adalah Penasihat Komunitas Historia Indonesia Chapter Kalsel

Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya (SKS2B) Kalimantan

Dosen Prodi Pendidikan Sejarah FKIP ULM Banjarmasin

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.