Tiru Jejak Idwar Saleh, Menolak Lupa dari Goresan Sejarawan Muda Mansyur

0

DUA tahun berturut-turut saat peringatan Hari Jadi (Harjad) Kota Banjarmasin, hasil riset sejarah yang cukup mendalam dari sejarawan muda FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Mansyur yang akrab disapa Sammy, selalu jadi kado ultah bagi ibukota Kalimantan Selatan ini.

BERAWAL dari sebuah Bandarmasih, kota para pemukim Melayu di tepian Sungai Barito dan Kuin, sejarah Kota Banjarmasin ini dimulai. Hipotesis ini juga terungkap dalam buku lawas karya begawan sejarawan Banjar, Prof Muhammad Idwar Saleh.

Guru besar sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini mencetuskan dalam hipotesisnya jika ketika disahkannya Pangeran Samudera hingga bergelar Sultan Suriansyah sebagai raja pertama Kerajaan Banjar pada 24 September 1526, sebagai hari kemenangan sang raja atas ‘perang saudara’ dengan pamannya, Pangeran Temenggung, penguasa terakhir Kerajaan Negara Daha.

BACA : Jadi Bandar, Umur Pasar Terapung Muara Kuin Setua Kesultanan Banjar

Hipotesis Idwar Saleh ini pun jadi rujukan untuk menentukan tanggal lahirnya Kota Banjarmasin, meski saat ini masih dalam perdebatan panjang dalam sebuah rapat paripurna DPRD Kotamadya Banjarmasin.

Sebagai kado Harjad Banjarmasin, Idwar Saleh juga mengarang beberapa buku sejarah lawas. Salah satunya buku “Banjarmasin Tempo Doeloe dan Wayah (Masa) Kini, berisi gambar-gambar Kota Banjarmasin di masa/tahun 1985 dan pada masa Hindia Belanda. Dilengkapi uraian singkat sejarawan Banjar ternama Idwar Saleh saat Harjad Banjarmasin ke-459 tahun.

Jejak sang idola ini ternyata diteruskan Mansyur. Sejarawan muda FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) berlatar belakang seorang mantan wartawan serta konsen mendalami ilmu sejarah dari pascasarjana Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, menelurkan karya untuk milad bekas ibukota Borneo era Hindia Belanda berjudul Bandjarmasin Tempo Doeloe.

BACA JUGA : Kemesraan Raffles dan Hare, Sang Penguasa Banjarmasin

Buku goresan Mansyur ini menceritakan denyut Kota Banjarmasin di era kolonial Belanda, yang mengontrol kota-kota lainnya di Tanah Kalimantan. Kupasan cukup renyah bercerita tentang ekologi Kota Banjarmasin dalam sudut pandang sejarah, interaksi manusia dengan alam sekitarnya.

Kali ini, untuk kado Banjarmasin berultah ke-493 tahun saat malam puncak peringatan hari jadi di Siring Balai Kota, Selasa (24/9/2019) malam, buku bergenre sejarah kembali diluncurkan Walikota Ibnu Sina bersama Wakil Walikota Hermansyah. Kali ini, Mansyur tak menulis sendiri, dia ditemani dua koleganya yang juga mendalami sejarah Muslim dan Wisnu Subroto, berjudul “Sahang Banjar; Banjarmasin dalam Jalur Perdagangan Rempah Dunia Abad 18,”

BACA JUGA : Melintas Batas Benteng Tatas, Dibina Inggris hingga Bumi Hangus

Buku sejarah ini pun mengupas seluk beluk sejarah maritime dan pelayaran Urang Banjar tempo dulu, karena Bandarmasih atau Banjarmasin merupakan penghasil lada (sahang) yang sudah dikenal sejak lama seantero dunia, hingga puncaknya pada abad ke-17.

Saat peluncuran buku itu, Walikota Ibnu Sina pun berharap generasi milenial di Banjarmasin bisa terbuka wawasannya mengenai kejayaan kota tercinta ini.

BACA LAGI : Hari Sabtu, Hari Rakyat dalam Tradisi Raja Tanah Banjar

Sang penulis, Mansyur pun mengakui sangat mengidolakan sosok begawan sejarawan Banjar Idwar Saleh yang selalu menginspirasinya dalam menggali dan meriset sejarah Banjarmasin dan Kalsel untuk pengetahuan bagi generasi sekarang.

“Ini semua kita lakukan agar bisa membuka mata dan wawasan bagaimana kehidupan sejarah Banjarmasin sejak dulu hingga kini. Ya, intinya menolak lupa,” tandasnya.(jejakrekam)

 

Pencarian populer:sekilas mengenai daerah banjar idwar saleh
Penulis Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.