KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) Letjen TNI Doni Monardo menyebut kebakaran hutan dan lahan (karhutla) memicu bencana kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan, 99 persen akibat ulah manusia.
PENEGASAN ini dilontarkan jenderal bintang tiga ini saat memimpin rapat koordinasi Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Karhutla Kalsel di Gedung Aberani Sulaiman, Kantor Pemprov Kalsel, Banjarbaru, Kamis (19/9/2019) malam.
“Lahan yang terbakar ini, 99 persen akibat ulah manusia. Semua lahan yang terbakar, terutama semak belukar yang kemudian usai terbakar menjadi kebun. Jadi, 80 persen lahan terbakar itu menjadi kebun,” ucap mantan Pangdam XVI/Pattimura ini.
Menurut dia, laporan itu didapatnya dari petugas Satgas yang bekerja di lapangan, karena kebakaran hutan dan lahan hampir mayoritas untuk keperluan pembukaan lahan perkebunan.
BACA : Eks Bupati Batola : Kabut Asap Bukan Hanya Dipicu Pembukaan Kebun Sawit
Dari data BNPB tahun 2019, ada 15 provinsi yang terbesar luas areal yang terbakar yakni Nusa Tenggara Barat (NTB), Riau, Kalteng, Kalbar, Kalsel, Sumatera Selatan, Jambi, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kaltim, Papua, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Lampung, dan Jawa Barat.
Sementara, untuk lahan gambut yang terbakar di Indonesia, posisi Kalsel berada di peringkat keempat. Rangking pertama diduduki Provinsi Riau, Kalteng, Kalbar, Kalsel, Sumsel, dan Jambi.
“Saya minta kepada satgas, apabila ada rakyat untuk menjadi satgas harus direkrut, daripada mereka dibayar oleh orang berduit, mending mereka menjadi satgas karhutla,” tuturnya.
BACA JUGA : Titik Api Terus Bertambah, Kabut Asap Mulai Terasa Pekat di Banjarmasin
Eks Pangdam III/Siliwangi ini menekankan adanya perlu upaya intensif, agar seluruh komponen turut terlibat dalam upaya pencegahan karhutla yang menyebabkan bencana kabut asap di berbagai daerah di Indonesia.
Doni Monardo mengatakan dalam setiap peristiwa karhutla harus dicarikan masalahnya kemudian diurai dan ditemukan solusi tepat. Salah satunya, dengan mengubah pola pikir masyarakat, sehingga bisa membantu dalam memaksimalkan gerakan pencegahan karhutla di musim kemarau seperti sekarang.
“Kalau tidak bisa merawat alam, kita akan kalah dengan alam. Mari kita jaga, jangan kita rusak. Bagaimana cara menjaganya, di antaranya terus menjaga alam,” tutur Doni.
BACA JUGA : Dikepung Kabut Asap, Palangka Raya Belum Putuskan Status Darurat Karhutla
Eks Sesjen Wantannas ini pun berharap pemerintah daerah dan elemen lainnya untuk mengajarkan pengenalan lahan gambut sejak dini kepada masyarakat. Terutama, karakter lahan gambut dan permasalahan yang ada di dalamnya.
“Sudah saatnya, mari kita berpikir untuk program-program yang berguna bagi masyarkat. Banyak yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya yang bermukim di lahan gambut,” ucap Doni.
Caranya, menurut dia, dengan mengembangkan lahan gambut menjadi lahan produktif bagi masyarakat seperti untuk perkebunan kopi liberika, lidah buaya, pinang, bawang merah, nanas dan cabe yang terbukti banyak membuahkan hasil di berbagai daerah.(jejakrekam)