Diaspora Orang Bakumpai dari Barito hingga ke Mahakam dan Katingan (1)

0

SUKU Dayak Bakumpai berdasar banyak literature merupakan subetnis Dayak Ngaju yang mayoritas memeluk Islam. Penulis Belanda pun menyebut mereka dengan julukan Becompaijers, Bekoempaiers atau Becompayer, yang banyak bermukim di Daerah Aliran (DAS) Sungai Barito.

KETUA Pusat Kajian Antropologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Setia Budhi Ph.D meyakini berdasar hasil risetnya, suku Bakumpai tak bermukim di DAS Barito di Provinsi Kalimantan Tengah dan Selatan.

“Ternyata, kantong-kantong orang Bakumpai itu ada di daerah Long Iram, Kalimantan Timur dan Samba di Kalimantan Tengah, serta Handil Brunai serta Kota Banjarmasin yang berkembang hingga ke abad ke-19,” ucap Setia Budhi kepada jejakrekam.com, Selasa (3/9/2019).

Menurut Setia Budhi, ada pendapat pertama yang menyimpulkan orang-orang Bakumpai yang bermukim di DAS Barito, akibat situasi Perang Barito 1869 terpaksa hijrah mencari kawasan yang lebih aman. “Mereka menyeberang ke arah timur terus ke Sungai Mahakam. Sebagian lagi menyusur ke arah barat ke Sungai Katingan, Tumbang Samba,” tuturnya.

BACA : Laung Bahenda, Simbol Perlawanan Dayak Bakumpai

Sebagai fakta di lapangan, doktor jebolan Universitas Kebangsaan Malaysia ini menyebutkan bukti-bukti linguistik yang menghubungkan bahasa-bahasa di daerah itu dengan data fonologis, morfo sintaksis dan leksikal, dapat dibuktikan kelompok-kelompok bahasa Samba, Berangas dan Long Iram, erat hubungannya dengan bahasa Bakumpai di Sungai Barito.

“Terutama, di Muara Bahan dan Tumbang Lahung. Penjelasan lainnya, pemukiman mereka itu tampak sama dengan tempat asal mereka. Hal ini tentu dilatar belakangi spirit Hakula yang menyebabkan orang Bakumpai dapat diterima di mana-mana tempat, suku maupun agama,” papar Setia Budhi.

Menurut dia, suku Bakumpai meninggalkan kampung halaman ke daerah lain karena berkeyakinan daerah lain itu bisa memberi kehidupan lebih baik.

“Ini pernah saya tanyakan kepada Anjang Hasan di Long Iram. Terungkap, jika hijrahnya orang Bakumpai ke kawasan itu, karena ikut orangtua yang mengguling batang di Sungai Mahakam,” tutur Setia Budhi.

BACA JUGA : Etnis Bakumpai Lebih Dulu Menganut Islam Dibanding Masyarakat Banjar

Dosen FISIP ULM ini mengungkapkan di kawasan Sungai Mahakam, hutan masih lebat sehingga banyak orang Bakumpai datang ke Long Iram, dan bekerja di hutan karena takut dengan serangan Belanda, imbas dari Perang Banjar-Barito.

“Jadi, di kawasan Long Iram, orang Bakumpai masih bisa berprofesi sebagai nelayan dengan merengge, marawai dan mauntang-untang seperti pekerjaan awal di Desa Basahab, Barito Kuala,” ucapnya.

Dengan semangat mampu bertahan hidup (survival), Setia Budhi mengungkapkan orang Bakumpai di tanah rantau juga tidak melepaskan diri dari sistem sosial budaya seperti Hakula dan Handep. Menurut dia, bagi orang kebanyakan Orang Bakumpai dalam sistem sosial budaya kekeluargaan Kula Biti adalah sangat diutamakan.

Setia Budhi pun mengakui banyak pendapat mengenai siapa orang Bakumpai, berdasar perdebatan para peneliti terhadap subetnis Dayak Ngaju ini. Menurut dia, ada tiga pendapat mengenai asal usul orang Bakumpai, perbedaannya dilihat dari sejarah perpindahannya ke kawasan lain di Kalimantan.Seperti di Kampung Long Iram, Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

BACA LAGI : Ulek Sungai Barito dan Denyut Kehidupan Masyarakat Bakumpai

Masih menurut Setia Budhi, pendapat pertama menyatakan orang Bakumpai berasal dari suku Dayak pedalaman (mountain people), pendapat kedua mempersepsikan berasal dari pesisir pantai (coastal people).

“Sedangkan, pendapat ketiga pula merujuk kepada peristilahan kata Bakumpai. Baik Schwaner maupun Sellato, serta para ahli umumnya meyakini orang Bakumpai berasal dari Dayak Ngaju,” tutur Setia Budhi.

Tiga pendapat yang dikemukan antropolog dan sosiolog jebolan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta adalah Bakumpai berasal dari nama tumbuhan kumpai yang tumbuh di sepanjang Sungai Barito.

BACA LAGI : ‘Menggugat’ Kiprah Pangeran Antasari di Kecamuk Perang Banjar

Pendapat kedua, menyatakan nenek moyang orang Bakumpai bernama Datu Pandung Kumpai Duhung. Sedangkan, pendapat ketiga ditahbiskan dari nama seorang datuk Datu Bi-Yatu dan Bi-Yulu.

“Ketiga pendapat ini selalu menjadi perbincangan yang menarik hingga ke masa kini. Pelbagai pendapat perspektif penulisan tentang asal usul orang Bakumpai nampaknya merujuk pada konteks orang Bakumpai sebagai komunitas yang tinggal di hulu Sungai Barito atau disebut sebagai orang Ngaju,” imbuhnya.(jejakrekam/bersambung)

Penulis Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.