Guru SD dan SMP di Banjarmasin Ditanamkan Wawasan Kebhinnekaan

0

UNDANG-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 mengamanatkan pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM), demokratis, nilai keagamaan dan nilai kemajemukan bangsa dalam menebarkan toleransi.

UNTUK menebar benih-benih pemahaman kebangsaan, 100 guru SD, guru agama dan guru PKN SMP se- Kota Banjarmasin dilatih Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin bersama Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) didukung Yayasan Cahaya Guru (YCG) dan The Asia Foundation (TAF).

Workshop bertema kebhinnekaan ini digelar selama dua hari di STIKES Suaka Insan, Banjarmasin, pada 30-31 Agustus 2019.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin Totok Agus Daryanto berharap lewat workshop ini, para guru bisa membekali para peserta didiknya di sekolah mengenai tantangan bonus demografi yang dihadapi Indonesia.

“Saat ini, generasi usia produktif lebih banyak dibanding lapangan pekerjaan, karena semua dikuasai revolusi industri. Sebab, pekerjaan manusia sekarang digantikan dengan mesin,” ucap Totok Agus.

BACA : Jaga Semangat Kebhinnekaan, Toleransi Jangan Hanya Jadi Jargon

Dengan melatih dan mengasah para guru, Totok mengatakan nantinya ilmu dan pengalaman yang didapat bisa ditransfer kepada para siswa di sekolah untuk memperkuat pendidikan karakter, kompetensi dan literasi.

Perwakilan The Asia Foundation, Muhammad Mustafa mengakui Indonesia merupakan negara paling toleran dibandingkan negara lain di dunia. Hanya saja, kata Mustafa, saat ini gejala intoleran mulai mengemuka sehingga patut diwaspadai.

“Terutama di lingkungan pendidikan yang menjadi unsur penting dan memiliki andil besar dalam memberikan nilai-nilai toleransi kepada anak didik di sekolah. Jadi, peran guru bukan hanya transfer of knowledge (transfer keilmuan) tapi juga transfer of value (transfer nilai),” papar Mustafa.

BACA JUGA : GP Ansor-Banser Sebut Kelompok-Kelompok Minoritas Masih Jadi Ancaman

Ketua LK3 Banjarmasin Rafiqah mengatakan sasaran workshop kebhinnekaan ini ini sengaja diberikan kepada para guru, karena lewat motode atau keterampilan mengajar di sekolah, bisa memberi wawasan kebangsaan kepada anak didiknya.

“Ini penting sekali menanamkan wawasan kebhinnekaan dan keragaman. Apalagi, fasilitator langsung dari Yayasan Cahaya Guru yang konsen mengembangkan sekolah guru kebhinnekaan,” tandasnya.(jejakrekam)

 

Penulis Siti Nurdianti
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.