Radikalisme karena Faktor Ekonomi dan Minim Pendidikan

0

UNISKA Muhammad Arsyad Al-Banjari (MAAB) Banjarmasin menggelar focus group disscussion (FGD), Rabu (21/8/2019). FGD ini membahas radikalisme dengan narasumber Mayor Inf Sahdiana Maksum.

MAYOR Sahdiana mengungkapkan, radikalisme merupakan suatu ide atau gagasan dan faham yang menginginkan perubahan pada suatu sistem sosial dan politik dengan cara-cara kekerasan.

“Inti dari gerakan radikalisme adalah sikap dan tindakan seseorang atau kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam mengusung perubahan yang diinginkan,” katanya.

Diungkapkannya, penganut faham radikalisme dapat dikenali apabila seseorang atau kelompok melakukan upaya penolakan secara terus menerus dan menuntut perbuahan drastis yang diinginkan terjadi. “Orang-orang yang menganut faham radikalisme biasanya memiliki keyakinan yang kuat terhadap program yang ingin mereka jalankan,” katanya.

Menurutnya, penganut faham radikalisme memiliki anggapan bahwa semua pihak yang berbeda pandangan dengan kelompoknya adalah bersalah. “Kelompok atau individu yang terpapar faham radikalisme disebabkan beragam faktor, yakni karena pemikiran, ekonomi, politik, sosial, psikologis, hingga karena faktor pendidikan,” ucapnya.

BACA : Sepakat untuk Bersama-sama Memerangi Terorisme dan Radikalisme

Sahdiana memastikan konsensus dasar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika mewadahi semua kepentingan dari beragam ras, suku, agama dan lain sebagainya.

“Kalau kita berpegang teguh pada konsensus dasar kebangsaan, insya Allah Indonesia sejahtera, makmur, damai, dan kuat, sehingga diperhitungkan oleh pihak luar,” katanya.

Sahdiana menyebut Kalimantan Selatan relatif aman dan bebas dari faham-faham radikalisme. “Semoga Kalsel tidak terhasut oleh ideologi yang menginginkan perubahan terhadap ideologi bangsa Indonesia,” katanya.

Wakil Rektor Satu Uniska MAAB Dr Jarkawi mengatakan, pihaknya Ingin memberikan satu wawasan ke semua masyarakat civitas akademika mengenai literasi komunikasi, literasi membaca, dan literasi menulis.

Ia berpendapat faham radikalisme berkembang karena kurangnya informasi dan komunikasi, sehingga terpapar dan terhasut fikiran yang ingin mengubah ideologi dasar bangsa Indonesia.

“Dengan banyak berkomunikasi, membaca dan menulis, sehingga paham-paham radikal bisa kita antisipasi, agar memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tegas Jarkawi.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.