Anak Muda Menebar Damai

0

DAMAI itu indah. Tapi kenapa banyak yang menyebar kebencian, hoax, dan berbagai berita tidak damai? Di media sosial, setiap hari ada saja kabar kebencian. Menyulut emosi, kegaduhan bagi yang bersumbu pendek. Anak muda jadi sasaran. Kelabilan emosi dan keterbatasan literasi media sosial, dimanfaatkan para penyebar kebencian. Apresiasi bagi anak muda penebar damai. Nasehat sebaya, lebih didengar agar tidak mudah terprovokasi.

DARI mana muncul gagasan soal pentingnya menebar damai bagi anak muda? Tanya Noorhalis Majid, selaku host Palidangan Noorhalis kepada Arif Riduan dan Junita Damayanti dari Forum Komunikasi Pemuda Antar Iman (FKPAI), Kamis (25/7/2019) di Pro 1 RRI Banjarmasin.

Awalnya lahir dari program live in yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Keislaman & Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin. Satu atau dua kali dalam setahun, LK3 menyelenggarakan live in, yaitu tinggal bersama di suatu kawasan atau komunitas masyarakat, tempatnya berganti-ganti. Pesertanya adalah para pemudia lintas iman, dari berbagai utusan agama, organisasi keagamaan, suku dan daerah di Kalimantan Selatan.

“Kegiatan tersebut dilaksanakan sejak tahun 2012 sampai sekarang. Dari kegiatan itu, lahirlah FKPAI. Melalui FKPAI kami melakukan berbagai kegiatan, dan tentu saja masih di dukung oleh LK3. Mulai dari kegiatan sederhana seperti diskusi, sampai kegiatan-kegiatan besar semisal religi expo dan refleksi budaya. Semua kegiatan itu tujuannya untuk membangun perdamaian di antara orang muda,” beber Arif Riduan.

Kenapa membangun damai itu dianggap penting? Tanya Noorhalis. Junita Damayanti, sarjana teologi STT GKE ini, menjelaskan agar anak muda memahami arti penting damai bagi kehidupan di masa yang akan datang. Bahwa masa depan itu milik anak muda. Karena itu, anak mudalah yang mengusahakan agar masa depan tersebut lebih baik dari pada masa sekarang.

BACA : Jaga Rasa Damai Banua, Pemuda Lintas Agama Teguhkan Komitmen Bersama

“Bahwa kita yang berbeda, tidak terhalang untuk berkomunikasi, bekerjasama, membangun damai bagi semua. Dengan sering berinteraksi dalam berbagai kegiatan, maka terbangun keakraban. Semua saling mengerti, saling memahami. Kami bertemua secara rutin, baik melakukan kegiatan diskusi, ataupun kegiatan lainnya seperti bakti sosial dan penghijauan,” katanya

Para pendengar Palidangan Noorhalis, ikut berpartisipasi. Saddam di Banjarmasin, mengapresiasi apa yang sudah dilakukan para anak muda yang tergabung dalam FKPAI ini. Pemuda seperti inilah yang akan menjadi penerus generasi sekarang. Pemuda yang sadar bahwa masa depan milik mereka, adalah pemuda yang hebat, karena sebagian pemuda kita terjebak narkoba dan tidak sadar dengan masa depannya. Semga saja para pemuda ini selalu dalam perdamai, dan terus memperjuangkan perdamaian, kata Saddam.

Arya di Kapuas, pun mengapresiasi, berharap visi dan misinya terarah pada kebaikan. Pemuda seperti ini merupakan aset. Mereka harus terus melakukan edukasi sebaya, karena cara menyelamatkan anak muda dari narkoba, pelecehan atau kehidupan bebas lainnya, adalah melalui tutor sebaya. Nasehat sebaya akan lebih mudah didengar, karena menggunakan bahasa yang sama.

Ratu di Kelayan Banjarmasin, mengatakan apa yang dilakukan anak muda ini sangat oke sekali. Layak menjadi contoh dan diapresiasi. Ada baiknya kegiatan anak muda ini juga melibatkan karang taruna di kelurahan, atau remaja mesjid, sekarang ini karang taruna dan remaja mesjid agak sepi kegiatannya.

Diskusi yang baru saja dilaksanakan, mengundang Romo Andre dari Keuskupan Banjarmasin, membahas tentang pemuda milenial. Berbagai tantangan dan persoalan pemuda dibahas. Pihaknya mengetahui, sekarang pemuda berada di era seperti apa, serta semakin menyadari bahwa tantangannya semakin berat dan jauh berbeda dari era sebelumnya.

BACA JUGA : LK3 Gelar Live In Pemuda Antar Iman di Balai Warukin

“Dengan berdiskusi maka kami saling mengingatkan. Kami menyusun berbagai rencana bersama untuk membangun kebersamaan. Kami juga menyelengarakan ngopi damai, membicarakan hal-hal yang dianggap penting bagi anak muda. Komunitas ini bukan hanya di Banjarmasin, tapi juga tersebar di seluruh kabupaten. Karena peserta dari live ini tersebut berasal dari berbagai kabupaten di Kalimantan Selatan,” kata Arif Riduan.

Junita kemudian menjelaskan tentang apa yang dia dapat dari kegiatan live in. Bahwa melalui live in para pemuda belajar bersama. Karena tinggal bersama dalam suatu tempat, mereka berkenalan, berinteraksi, bekerjasama, saling belajar. Menggali informasi dari pemuda setempat dan pemuda lainnya yang berbeda latar belakang serta domisili. Pengalaman itu sungguh sangat kaya, terjalin persaudaraan yang sangat akrab.

Tadi disebut religi expo, sudah berapa kali dilaksanakan dan apa tujuannya? tanya Noorhalis. Religi expo sudah dilaksanakan 4 kali. Tahun ini religi expo kelima. Pada momen itu, dilakukan pameran dari berbagai majelis dan organisasi agama. Ada panggung budaya yang juga diisi oleh berbagai agama dan orgnisasi serta sekolah berbasis agama.

Tujuannya ingin mengedukasi publik bahwa keragaman itu nyata, dan dapat hidup dari keragaman tersebut. Ingin menghadirkan keragaman ke ruang publik, agar masyarakat mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh organisasi agama-agama dalam rangka membangun kehidupan masyarakat. “Yang hebat dari acara ini, semua yang tampil memberikan suguhan, tidak dibayar. Para panitianya juga para relawan dari anak-anak muda yang tergabung dalam FKPAI,” kata Arif Riduan.

BACA JUGA : FKUB dan LK3 Gelar Workshop Banjarmasin Kota Rukun

Melalui FKPAI, pihaknya ingin mengajak anak muda melakukan berbagai kegiatan positif. Dengan demikian mereka akan terhindar dari ancaman narkoba ataupun radikalisme. “Mereka tidak akan sempat melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Karena teman sebaya akan mengingatkan dan selalu menggajak pada hal-hal yang positif,” kata Junita.

Apa pesan untuk anak muda lainnya, kata Noorhalis. Junita berpesan, sekalipun berbeda, marilah hidup dalam damai. Jadilah pemuda yang aktif mengkampanyekan hidup damai. Teruslah menyebar pesan damai, baik pesan langsung, ataupun melalui media sosial. Dari pada main game atau menjadi objek media sosial, lebih baik manfaatkan media sosial untuk menyebar pesan damai. “Dengan demikian, kita akan memetik hasilnya di masa yang akan datang,” ucapnya

Arif Riduan mengingatkan, bahwa masalah sebagai bangsa sangat banyak. Masalah tersebut tidak mungkin diselesaikan secara sendiri-sendiri, atau oleh satu agama saja, satu suku saja, satu kelompok saja. “Harus diusahakan oleh semua pihak. Karena itu mari bekerjasama menyebar damai,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Andi Oktaviani
Editor Andi Oktaviani

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.